Mohon tunggu...
Ronny Mailindra
Ronny Mailindra Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis

Penulis thriller, fantasi, dan silat. Bekerja sebagai programmer Blog: http://mailindra.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya

17 September 2013   09:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:46 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dipinjam dari sini

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah itu biasa dipakai untuk menunjukkan bahwa kelakukan anak tak jauh berbeda dari orangtuanya. Jika bapaknya maling maka ketika anaknya tertangkap karena maling orang tak heran lagi. Jika anaknya berhasil menjadi dokter maka orang tak heran jika melihat orangtuanya ada yang menjadi dokter. Namun tahukah kau bahwa anak adalah sebuah mesin fotokopi hidup? Membaca artikel gaya hidup yang berjudul ‘Indonesia yang Makin Tambun’ di kompas minggu tanggal 13 September 2013 kemarin, membuatku semakin waspada agar tidak meracuni anak-anak dengan kebiasaan buruk. Pada satu bagian artikel ada cerita tentang keluarga ‘Big Size’. Ayah dan ibu keluarga itu punya berat di atas 100 kg dan ketiga putri mereka yang masih SD tampak gemuk. Para anak bahkan berkata, “Jangan nanyain berat badan!” saat ditanyakan tentang berat badan mereka. Itu karena mereka kerap diledek di sekolah. Rahasia buah-buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya, seperti yang diungkapkan orangtuanya, adalah karena orangtua itu biasa memberi buah hati mereka MAKANAN PORSI BESAR. Sepertinya para orangtua sadar kebiasaan-kebiasan buruk yang tidak ingin mereka tularkan. Terbukti pada cerita keluarga di atas, orangtuanya mencoba membiasakan anak-anaknya berolahraga. Namun sepertinya kalori yang masuk jauh lebih banyak dari yang terbakar. Kesadaran untuk menjadikan buahnya unggul, tampak juga pada para perokok. Hampir semua melarang anaknya merokok, meski di rumah mereka memberi contoh betapa nikmatnya merokok. Lalu ada lagi orangtua yang ingin anaknya rajin membaca dengan menunjukkan bahwa duduk bersantai sambil chatting atau bermain game adalah hal yang mengasikkan. Sayang sekali. Maaf. Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya. Dan ternyata anak bahkan tidak perlu disuruh-suruh untuk meniru. Aku suka geli melihat anakku yang masih balita ikut pura-pura membaca—usianya masih tiga tahun dan ia masih buta huruf—jika melihat aku membaca. Ia bahkan bisa menirukan cerita dari buku cerita yang sering dibacakan untuknya. Yah, anak memang seperti mesin fotokopi. Jadi berhati-hatilah. Bagaimana? Apa kau punya pengalaman atau cerita tentang penurunan kebiasaan kepada anak? Silakan tulis di kolom komentar. Salam, R.Mailindra Sumber: http://mailindra.cerbung.com/2013/09/buah-jatuh-tak-jauh-dari-pohonnya/

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun