Pengaruh Fanatisme Agama Terhadap Logika dan Pola Pikir
  Agama sebagai salah satu pilar utama dalam bermasyarakat memiliki funsi sebagai pembatas yang membatasi prilaku kita agar tetap sesuai norma dan etika dalam bermasyarakat. Namun, ketika agama di anut secara fanatik dan tanpa adanya ruang untuk refleksi dan introspeksi diri, itu akan berpengaruh pada pola pikir dan logika dari individu tersebut.
Fanatisme Menutup Ruang Diskusi
  Fanatisme sendiri sering sekali membuat kebenaran yang absolut dan tidak dapat di ganggu gugat. Dalam keadaan seperti ini, seorang fanatis agama cenderung susah atau bahkan tidak mau menerima informasi yang bertentangan dengan keyakinannya meskipun informasi tersebut di dukung dengan bukti yang kuat, pola pikir seperti ini yang akan menghambat seseorang untuk berkembang dan hanya terpaku pada satu sudut pandang saja.
Benturan Antara Logika dan Dogma
  Dalam dunia Intelektual, Logika digunakan sebaga dasar untuk menganalisis, menyelesaikan masalah, dan menarik kesimpulan secara objektif. Namun, dalam fanatisme agama sering kali menempatkan Dogma diatas Logika, akibatnya seseorang dapat mengabaikan  fakta ilmiah, menghindari pemikiran yang rasional, dan tetap berpegang teguh atas apa yang ia percaya meskipun merugikan diri sendiri atau orang lain
  Sebagai contoh, kita sering kali kita melihat individu atau kelompok yang fanatik akan agama, akan melakukan hal absurd atau nyeleneh karena mereka menganggap hal yang mereka lakukan adalah hal yang benar, padahal faktanya hal itu bukanlah hal yang benar jika dipikirkan dengan menggunakan logika. karena mereka mengganggap hal itu benar merekapun menjadikan agama sebagai tameng untuk menutupi perbuatannya, hal ini di timbulkan karena dogma yang sudah melekat pada seorang individu meskipun hal tersebut tidak sekalipun di ajarkan dalam agamanya dan tertulis di kitab sucinya.
Fanatisme Membangun Agresifitas
  Fanatisme agama juga sering melahirkan individu yang agresif dan pemikiran yang tertutup, di mana segala sesuatu hanya dilihat dengan "benar" atau "salah" tanpa melihat perspektif yang lebih luas, akibatnya individu dengan pola pikir yang berlawanan akan di anggap sebagai ancaman