Mohon tunggu...
Mahriani Ani
Mahriani Ani Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Ibu yang belajar tentang arti kehidupan

Jangan lupa like, comment, dan share

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan Terindah

23 Maret 2021   13:34 Diperbarui: 23 Maret 2021   13:44 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjelang Ramadhan, kusempatkan berkunjung ke panti asuhan ini. Membawa sedikit bingkisan dan bertemu langsung dengan anak2 panti, membuat hidupku bertambah semangat.

Apalagi hari ini, anak lelaki yang memang ku cari sedang bertugas memberikan penyambutan. Ah.. Dia memang anak yang menarik perhatianku. Sejak awal menjelang Ramadhan setahun lalu aku berkunjung ke panti ini.

Berkulit hitam, kepala plontos dan badan ceking. Sekilas dia sangat mirip dengan aku sewaktu kecil.

Ya... Dulu akulah si Alfa, maling kecil yang lihai mencuri. Segala macam apa yang bisa dicuri pasti ku curi. Silap mata hilang barang, begitulah kira-kira.

Sendal di mesjid, jajanan warung, alat tulis teman, pemalakan kecil-kecilan, rambutan, lengkeng, jambu yang masih di pohonpun ku petik tanpa izin. Cukup membuat histeris pemiliknya karena aku takkan turun sebelum karungku penuh.

Beberapa kali kepergok sedang mencuri akupun mendapat caki maki tidak membuatku jera.

Aksiku kian hari kian berani. Sampailah aku pada hari-hari candu melakukan pencurian di sebuah teras rumah yang terlihat sederhana. Ada motor matic merah di teras itu. Di dalam jok depannya banyak sekali duit.

Walau kadang koin recehan tapi jumlahnya lumayan.

Nahas buatku karena akhirnya kepergok oleh sang pemiliki rumah. Ternyata Ia adalah Ust pendatang baru.

Tidak seperti yang lain, pasti langsung teriak dan emosi pengen nabokin aku, begitu Ust ini melihatku beliau hanya diam, namun tangannya langsung mencengkram pergelangan tanganku. Matanya menatap tajam. Aku takut sekali.

Ia memintaku duduk diboncengan, lalu mengikat badan cekingku dengan kain. Tepat di depan kantor polisi, motor pun berhenti. Aku nangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun