Tay Ninh, Vietnam – Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang memperkuat kembali komitmennya dalam Pengabdian pada Mmasyarakat Internasional (PMI) melalui kegiatan Pelatihan Budaya Damai bagi para gurumuslimdi Tay Ninh Vietnam. Kegiatan kali ini mengusung tema “Ruang Damai: Membangun dan Menumbuhkan Budaya Damai di Komunitas” yang dilaksanakan di Ma’had Darussalam Lil-Tadrib Al-Islami, Tay Ninh, Vietnam.
Kegiatan ini dipandu oleh fasilitator Alternatives to Violence Project (AVP), Wahyu Arif Raharjo, M.IR., dosen Program Studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unwahas, bersama dua fasilitator pendamping dari Fakultas Agama Islam (FAI), yaitu Dr. Nurul Azizah, M.Pd. dan Linda Indiyarti Putri, M.Pd.. Kegiatan diikuti oleh 14 orang ustadz dan ustadzah dari Ma’had tersebut.
Program ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat dosen tingkat internasional yang didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unwahas melalui skema pengabdian internasional. Unwahas sendiri telah menjalin kerja sama dengan Ma’had ini sejak tahun 2023, dan beberapa alumninya kini tengah menempuh studi di Unwahas.
Guru-guru di Ma’had Darussalam Lil-Tadrib Al-Islami merupakan para pendakwah Muslim di Vietnam, hal mana umat Muslim menjadi kelompok minoritas. Mereka berasal dari etnis Cham, komunitas Muslim terbesar di Vietnam dengan jumlah populasi antara 78.000 hingga 100.000 jiwa. Ma’had ini menjadi satu-satunya sekolah Islam yang diakui secara resmi oleh pemerintah Vietnam, dan berperan penting dalam menjaga eksistensi pendidikan Islam di negeri yang dikenal sebagai Land of the Lotus.
Dalam pelatihan ini, para guru diperkenalkan dengan pendekatan hidup tanpa kekerasan (HTK), dimulai dari praktik memunculkan yang baik dalam diri sendiri, kemudian pada orang lain. Para peserta juga diajak untuk berefleksi bahwa setiap manusia memiliki fitrah kebaikan, dan pemahaman ini dapat memperkuat saling dukung serta kerja sama yang harmonis di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Refleksi tersebut diwujudkan melalui gambar nurani bersama yang dibuat oleh para guru, menggambarkan nilai-nilai kebaikan dan empati yang mereka rasakan. Melalui proses ini, mereka belajar bahwa kerja sama hanya dapat tumbuh bila ada saling memahami, bukan dengan memaksakan kebenaran versi diri sendiri.
Selama kegiatan, mereka tampak antusias dan bersemangat dalam program ini, menikmati berbagai permainan dan aktivitas yang disajikanoleh para fasilitator dan para pendampingnya, namun tetap mendalami makna reflektif di balik setiap sesi.
Pelatihan ini juga menjadi ruang pembelajaran lintas budaya dan bahasa, karena dilaksanakan dengan menggunakan empat bahasa: Bahasa Indonesia oleh para fasilitator, Bahasa Melayu sebagai penghubung utama, serta Bahasa Cham dan Bahasa Vietnam yang digunakan untuk memperkuat pemahaman peserta.
Melalui kegiatan Ruang Damai ini, Unwahas berharap dapat terus berkontribusi dalam membangun komunitas pendidikan yang damai, saling menghargai, dan inklusif, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di tingkat regional dan internasional. [MS2F]
**********
Kontributor: Linda I.P./ Imam Kh. Ulumuddin | Editor: Mahlail Syakur Sf.