Mohon tunggu...
MAHIROTUL MAHDIYAH
MAHIROTUL MAHDIYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Mahasiswi Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Keberagaman dalam Wawasan Kebhinekaan Global

6 April 2024   19:05 Diperbarui: 6 April 2024   19:08 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Mahasiswa PPG Prajabatan G2 2023 BK 01 UM

Pada Senin (1/4) mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 Tahun 2023 Universitas Negeri Malang Program Studi Bimbingan dan Konseling kelas 001, mengikuti Kegiatan Diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) bersama dua orang Narasumber yakni Ibu Irene Maya Simon, S.Pd., M.Pd dan Ibu Dr. Yuliati Hotifah, S.Psi, M.Pd yang dilaksanakan dari Pukul 07.30 - 13.30 WIB. 

Dari kegiatan tersebut, kami melakukan refleksi terkait keberagaman yang ada di kehidupan sehingga kami sebagai agen pendidikan diharapkan dapat memberikan pengajaran tentang kebhinekaan kepada peserta didik sebagai manusia yang beragam juga. Adapun refleksi tersebut kami rangkum pada setiap topiknya.

Pada topik 1 tentang "Kebhinekaan Global", kami memulai kegiatan dengan menuliskan nama panggilannya pada sticky note yang telah disediakan dan memilih salah satu huruf pada nama yang telah ditulis untuk dijadikan kata sifat yang dapat mewakili dirinya. Kegiatan selanjutnya yakni "Mulai Dari Diri". Pada kegiatan ini, mahasiswa diberikan 1 pertanyaan yaitu "apa jadinya jika semua manusia di dunia ini sama dan seragam? (warna kulit, bahasanya, adat istiadat, budayanya, semuanya sama). Masing-masing anggota dalam setiap kelompok memberikan jawaban dengan menuliskan pada sticky note yang telah disediakan, yang selanjutnya akan ditempelkan pada kertas manila berwarna putih yang juga telah disediakan. Setelah itu, dosen instruktur meminta setiap kelompok untuk mencari jawaban yang berbeda dengan kelompok lain dan menyampaikannya di forum kelas. Kelompok 1 menjawab apabila manusia di dunia semua seragam, maka dunia akan monoton dan tidak dinamis. Kelompok 2 menjawab apabila manusia seragam maka tidak ada arti dari keberagaman. Kelompok 3 menjawab bahwa individu tidak akan mengerti arti tentang toleransi. Kelompok 4 menjawab maka akan tidak ada pembeda antara satu sama lain. Sementara kelompok 5 menjawab tidak adanya keunikan dari manusia seperti budaya, kesenian, dan lainnya. Masing-masing kelompok memiliki jawaban yang berbeda-beda yang pada intinya bahwa semua jawaban mewakili perasaan dan pemikiran mahasiswa apabila semua manusia di dunia ini sama dan seragam.

Berdasarkan kegiatan mulai dari diri tersebut, kami mendapatkan pemahaman bahwa manusia dilahirkan dengan berbagai keragaman baik dari segi fisik, budaya, bahasa, tempat tinggal, negara dan lainnya karena tiap manusia dilahirkan sebagai pribadi yang unik, yang memiliki perbedaan. Sehingga, antar satu sama lain diharapkan dapat menerapkan sikap toleransi, menghargai, dan menghormati satu sama lain. Dari perbedaan tersebut akan timbul kesatuan sehingga membuat hubungan semakin erat, hal itu tercerminkan di identitas yang seharusnya dimiliki bangsa Indonesia. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki banyak pulau dari Sabang sampai Merauke. Tiap individu yang tinggal di tiap wilayah tentu beragam pula, hal itu tentu terkadang memicu konflik sehingga kita perlu menguatkan sikap persatuan bangsa. Dengan landasan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, kita perlu mempersiapkan diri untuk mempertahankan sikap nasionalisme pada diri. Dari topik ini kami lebih memahami mengenai semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Menginjak pada topik 2 terkait dengan Kebhinekaan Indonesia dengan judul “Negeri Penuh Harmoni”, kami diajak untuk memahami kebhinekaan indonesia demi mewujudkan profil pelajar pancasila. Kami diminta untuk berdiskusi terkait keberagaman yang terjadi di lingkup keluarga dan pertemanan pada masing-masing kelompok. Selanjutnya, dalam satu kelas akan dibagi menjadi 2 kelompok besar, satu kelompok akan berperan sebagai suku 'wiwi' dan kelompok yang lain berperan sebagai suku 'wowo'. Pada permainan peran ini, suku wiwi dan suku wowo digambarkan sebagai individu yang memiliki kepribadian sangat berbeda (bertolak belakang). Kami diberikan suatu kasus tentang "pemilihan kepala desa" dengan karakter kelompok yang berbeda yaitu peran suku wiwi dan suku wowo. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebhinekaan bukan hanya tentang baju adat, ras,  dan lain sebagainya namun juga mengenai karakter. Pada drama yang kami perankan tersebut tentunya banyak hal yang dapat dipelajari yaitu salah satunya sikap toleransi yang baik akan menimbulkan kerukunan dalam bermasyarakat. Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Untuk itu, kita semua harus terus menjaga keberagaman sehingga menjadi suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional menuju Indonesia yang lebih baik.

Selanjutnya pada topik 3 tentang “Damai dengan Diri”, kegiatan dimulai dengan mengenali diri sendiri dengan mengingat perasaan perasaan seperti apa saja yang pernah kita rasakan sebagai upaya untuk berdamai dengan diri. Kami juga mempelajari dan mendalami apa yang menjadi identitas diri kita, apa yang menjadi keunikan, serta prinsip yang kita terapkan dalam hidup. dalam topik ini kami memainkan One Line game dengan beberapa pilihan yang diberikan. Kami akan melangkah ke kanan jika hal itu sesuai dengan diri kita, atau diam di tempat jika hal tersebut tidak sesuai dengan diri kita. Dari permainan ini, kami lebih mengetahui fakta-fakta tentang diri kita serta teman kita yang lain. Kami mempelajari bahwa kita sebagai individu memiliki identitas yang berbeda-beda serta standar yang berbeda-beda. Kami juga memiliki masalah dengan perbedaan, 

untuk itu sebelum memulai untuk mengasihi orang lain kita perlu 'Welas Asih' pada diri kita sehingga ketika kita menyayangi seseorang. Hal ini juga berlaku sebagai seorang calon pendidik yang akan mendidik peserta didik dengan lebih tulus ketika kita telah mencintai diri kita sendiri.

Pada topik ke-4 tentang “Sekolah yang Bhineka”, kegiatan pada topik tersebut dipandu oleh Ibu Dr. Yuliati Hotifah, S.Psi, M.Pd. Kegiatan pada topik tersebut dimulai dengan kegiatan Mulai dari Diri dengan menjawab beberapa pertanyaan pemantik tentang sekolah yang bhineka. Pertanyaan pemantik tersebut antara lain membahas mengenai keragaman yang dimiliki sekolah, praktik yang dilakukan sekolah yang telah mencerminkan penghargaan untuk keragaman, serta tantangan dalam mewujudkan budaya damai dan toleransi di sekolah. Kemudian kegiatan tersebut dilanjutkan dengan aktivitas bermain peran. Pada aktivitas ini, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan memerankan beberapa karakter seperti menjadi kepala sekolah yang plin plan, guru kreatif yang sibuk, komite sekolah yang birokratis dan hati-hati, orang tua yang konservatif, dan siswa yang aktif. Pada permainan peran tersebut, disajikan beberapa alur cerita terkait dengan pengambilan keputusan yang akan diperankan dan diselesaikan permasalahannya. Setelah para mahasiswa PPG BK 001 menyelesaikan permainan peran tersebut, dosen intruktur meminta seluruh mahasiswa untuk melakukan refleksi.  Untuk mewujudkan sekolah yang bhineka, maka perlu adanya pendidikan toleransi. Di mana guru dapat mengajarkan siswa untuk menerima, menghormati, dan menghargai setiap perbedaan. Nilai toleransi tersebut dapat diimplementasikan di sekolah melalui 2 strategi seperti dengan memperkuat budaya sekolah (school culture) dengan nilai-nilai moderasi (toleransi), dan dengan memperkuat budaya kelas (classroom culture) dengan nilai-nilai moderasi (toleransi).

Pada topik 5, kami membahas tentang “Sekolah yang Damai”. Lingkungan sekolah yang diidamkan oleh banyak orang adalah lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan damai. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan damai adalah lingkungan sekolah yang menghargai adanya perbedaan, memaksimalkan potensi yang dimiliki peserta didik, terbebas dari pelanggaran-pelanggaran yang dapat merusak masa depan, dan sebagainya. Pada topik ini kami diminta untuk melakukan permainan “Sekolah Damaiku”. Pada permainan tersebut, kami disediakan peralatan yang disiapkan berupa papan bergambar rumah, dan kartu yang berisikan tentang kondisi ancaman (merah) kerentanan (kuning) dan kapasitas (hijau). Pada setiap kartu bertuliskan sebuah kondisi yang ada di sekitar lingkungan kita. Untuk peraturan permainan setiap tim dibagi menjadi 2 kelompok dan 1 wasit. Setiap kelompok diberikan papan rumahnya masing-masing. Setiap anggota berkesempatan memilih langkah permainan yang akan dilaksanakan sesuai dengan pilihan yang ada pada di bawah rumah. Lalu mereka mengambil kartu yang ada ditengah dan kemudian menaruhnya sesuai dengan warnanya di rumah masing-masing. Permainan tersebut berjalan hingga kartu yang berada di tengah habis. Pada akhir permainan setiap kelompok menghitung kartunya masing-masing dengan cara kartu ancaman dikali kartu kerentanan dibag kartu kapasitas. Kemudian mereka menghitung berapa hasil yang didapatkan sebagai menentukan pemenang. Dari permainan ini yang bisa kami refleksikan adalah untuk menciptakan sekolah yang damai, maka kita harus meningkatkan kapasitas agar bisa menghadapi ancaman yang tidak bisa dikontrol. Untuk memperkecil resiko, maka kita harus meningkatkan kapasitas dan mengurangi kerentanan dan ancaman. Ancaman berasal dari eksternal sekolah dan tidak bisa dikendalikan oleh sekolah seperti, siswa terlibat tawuran, masuk dalam komunitas terlarang. Kerentanan adalah suatu yang menghambat terciptanya sekolah yang damai yang berasal dari faktor intern, bisa dikontrol dan ditingkatkan menjadi kapasitas seperti adanya intoleransi, tindakan bullying, diskriminasi, kekerasan seksual, kurangnya kedisiplinan. Sedangkan kapasitas adalah hal-hal yang menjadi kekuatan sekolah berupa kebijakan, fasilitas dan praktik baik. Kapasitas ini seperti membiasakan 5S di sekolah, menyediakan dan mengoptimalkan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, membentuk tim keamanan dan tim kedisiplinan sekolah, memberikan sosialisasi  terkait bahaya bullying, menyediakan pembelajaran dan kegiatan agama yang menumbuhkan sikap toleransi, berkolaborasi dengan orangtua dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun