Hari ini, untuk mengisi waktu di bulan Ramadan dengan kegiatan positif, saya mengikuti webinar. Â Webinar membahas tiga topik menarik, yaitu menulis fiksi dan nonfiksi, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), dan swasunting.Â
Dengan memperhatikan ketiga topik tersebut, Anda pasti memahami pada bidang apa kiranya topik-topik itu dibahas, bukan?Â
Ya, ketiga topik tersebut berhubungan dengan kepenulisan. Dalam dunia kepenulisan memang sangat banyak hal yang perlu diperhatikan. Untuk menjadi seorang penulis yang baik seorang penulis harus banyak belajar, baik secara formal maupun nonformal.
Apalagi, jika latar belakang keilmuan penulis bukan dari bidang sastra, maka ia perlu bekerja keras untuk banyak belajar. Meskipun kemampuan menulis itu sebenarnya berawal dari bakat dan kreativitas, hanya mengandalkan keduanya terkadang tidak mencukupi.
Banyak penulis sukses yang tidak memiliki latar belakang sastra. Namun, mereka mampu mengembangkan bakat dan kreativitasnya sendiri. Selain itu, mereka juga pastinya banyak belajar untuk mengasah bakatnya tersebut.
Menulis Mencicipi Kehidupan
Dalam webinar bertema kepenulisan hari ini, banyak hal baru yang saya dapatkan. "Menulis untuk mencicipi kehidupan," kata salah satu narasumber pada webinar kali ini. Sebelumnya, saya belum pernah mendengar ini. Dari isinya, saya sangat setuju dengan perkataan itu karena saya merasakannya sendiri.Â
Bagi saya, menulis memberikan banyak pembelajaran dalam kehidupan. Hal ini yang membuat saya semakin senang menulis setiap harinya. Semakin banyak menulis, semakin banyak rasa dalam kehidupan yang bisa saya cicipi dan rasakan nikmatnya.
Oleh karenanya, sejak aktif menulis, saya merasakan sensasi baru dalam kehidupan. Hidup menjadi lebih semangat dan berwarna. Setiap hari selalu ada hal baru yang saya pikirkan dan bisa saya tuliskan.Â
Dengan menulis, rasa, nalar, dan logika saya semakin terlatih. Selain itu, kesensitifan dan kemampuan berpikir kritis saya juga semakin terasah.
Ide yang datang bagaikan ombak terkadang memerlukan wadah untuk menuliskannya. Entah mengapa terkadang ide datang pada waktu yang kurang tepat. Jika kita tidak menuliskannya, ide tersebut akan menguap dan pergi dari pikiran kita.