Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan, Seni Mengatur Diri dan Keuangan

18 April 2021   13:54 Diperbarui: 18 April 2021   14:13 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menabung(KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI)

Masa anak-anak memang masa yang sangat menyenangkan. Masa dimana kita hidup tanpa beban, hidup dengan keluguan, dan tanpa adanya distraksi dalam kehidupan.

Ketika Ramadan datang, anak-anak begitu bergembira menyambutnya. Atmosfer Ramadan yang meriah membuat mereka begitu menikmatinya. Berpuasa sendiri adalah sebuah pengalaman spiritual sekaligus pengalaman belajar bagi mereka.

Pengalaman Menabung Ramadan

Ketika saya kecil dulu, orangtua saya mengajarkan saya berhemat ketika memasuki bulan Ramadan. "Hemat pangkal kaya, hemat membawa keberkahan," kira-kira seperti itu nasihat orangtua.

Karena tak bisa membeli jajanan di siang hari, orangtua menganjurkan saya untuk menabungkan uang jajan harian yang mereka berikan.

Biasanya, saya memasukkan uang jajan ke dalam celengan. Ketika hari raya tiba, celengan dipecahkan, dan uangnya bisa dibelikan mainan atau jajanan yang saya inginkan.

Lantas, bagaimana keadaannya setelah saya memiliki penghasilan sendiri? Apakah saya masih bisa berhemat ketika memasuki Ramadan seperti halnya di masa kecil dulu?

Rasanya sulit untuk mengatakan "Ya." Ketika kita sudah dewasa, dan memiliki penghasilan sendiri, terkadang kita mengaburkan makna antara keinginan dan kebutuhan. Kita tidak mampu membedakannya.

Karena dananya ada dan milik kita sendiri, sesuatu yang sejatinya hanya sebuah keinginan, terkadang kita menganggapnya sebagai sebuah kebutuhan.

Kita membeli sesuatu yang sejatinya tidak kita butuhkan. Dorongan nafsu membuat kita terlena sehingga tidak mampu menolak keinginan kita tersebut.

Menahan Diri di Bulan Ramadan

Ironis memang, ketika memasuki bulan Ramadan, bulan dimana kita seharusnya bisa menahan hawa nafsu, kita justru terjebak pada nafsu itu sendiri.

Misalnya, kita begitu bernafsu saat membeli menu untuk berbuka puasa. Padahal, ketika waktu berbuka datang, belum tentu kita bisa makan semua makanan yang kita beli.

Pada akhirnya, beberapa makanan tidak termakan. Bahkan, sebagian bisa saja terbuang. Bukankah ini berlebihan (israf) namanya?

Selain itu, di bulan Ramadan juga kita begitu mudah tergiur dengan promo-promo Ramadan yang ditawarkan para pedagang.

Jadilah terkadang kita membeli banyak barang dan menimbunnya. Padahal barang tersebut belum tentu juga kita butuhkan atau kita gunakan selama bulan Ramadan.

Oleh karena itu, terkadang kita perlu mengatur keuangan dengan baik di bulan Ramadan. Jangan sampai kita keteteran atau bisa juga kebobolan alias kehabisan dana.

Jangan disalahpahami. Kita mengatur keuangan bukan disebabkan karena datangnya bulan Ramadan. Bulan Ramadan tidak bisa disalahkan. Sebenarnya, sebab utamanya berada pada kekurangan diri kita yang tidak mampu mengatur nafsu kita sendiri.

Urgensi Mengatur Diri

Sejatinya, mengatur keuangan itu tidak hanya dilakukan di bulan Ramadan. Mengatur keuangan seharusnya bisa dilakukan pada setiap bulannya. Dan inti mengatur keuangan sejatinya adalah mengatur diri. 

Bukankah, setiap saat kita perlu mengatur diri? Bukankah diri kita setiap saat selalu bergejolak antara menahan diri atau memenuhi hawa nafsu?

Ya, tips yang paling ampuh untuk mengatur keuangan di bulan Ramadan sebenarnya mengatur diri. Mengatur diri untuk bisa menahan hawa nafsu, seperti halnya ketika kita berpuasa.

Dengan mengatur diri, kita bisa melakukan perencanaan keuangan yang baik dan memahami konsep prioritas dalam memenuhi kebutuhan.

Kita juga akan mahir mengelola dana yang kita miliki sehingga kebutuhan tambahan yang setiap saat muncul bisa kita antisipasi dan kita penuhi dengan baik.

Jika kita lebih pintar lagi, bulan Ramadan mungkin bisa dijadikan ladang bagi kita untuk berusaha dan berinvestasi. Apapun yang baik dan halal bisa kita usahakan. 

Daya beli masyarakat yang meningkat selama Ramadan harus kita baca dengan baik. Mungkin hal itu bisa kita jadikan sebagai ladang berniaga yang bisa memberikan keuntungan.

Akhirnya, ini akan membuat kita lebih bisa berhemat dalam menggunakan dana. Bahkan, mungkin saja kita bisa menabung untuk memenuhi kebutuhan kita setelah Ramadan.

Dengan begitu, ketika Ramadan usai, kita akan memecahkan celengan kita, dan mendapatkan keuntungan yang besar. Mirip dengan cerita celengan Ramadan masa kecil yang saya alami dulu.

Alhasil, Ramadan memang penuh misteri. Kita tidak pernah tahu, hal baik apa yang akan menghampiri kita. Ibarat berniaga, kita tidak tahu apakah kita akan beruntung atau merugi.

Jika kita tidak pandai-pandai mengatur diri, bisa saja kita mengalami kerugian, baik secara finansial maupun secara spiritual.

Oleh karenanya, di bulan yang suci ini kita seharusnya bisa mengatur keuangan sekaligus mengatur diri agar segala sesuatunya berjalan dengan baik dan kita mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dalam perniagaan Ramadan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun