Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Prediksi Bidang Pendidikan di Masa Pandemi, Antara Tepat dan Tidak Tepat

7 Januari 2021   21:21 Diperbarui: 13 Januari 2021   17:07 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simulasi PTM (ANTARA FOTO/SISWOWIDODO via kompas.com)

"Pemerintah nampaknya akan "memaksakan" membuka sekolah nanti di semester genap," itu prediksi saya sebelum Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri tentang pendidikan di masa pandemi dikeluarkan pemerintah November tahun lalu. 

Kala itu, saya memprediksi bukan tanpa argumen. Tekanan masyarakat, terutama orang tua, yang sudah mulai bosan dan lelah dengan pembelajaran daring, mulai terbiasanya masyarakat dengan adaptasi kebiasaan baru, dan adanya pencerahan dengan kehadiran vaksin yang akan segera terealisasi menjadi argumennya.

Prediksi SKB 4 Menteri

SKB 4 menteri ketiga yang dikeluarkan pada tanggal 20 November 2020 itu, isinya sejalan dengan apa yang saya prediksikan. Pemerintah merevisi SKB sebelumnya. Pada SKB terbaru ini, ada relaksasi aturan terkait pembukaan sekolah secara tatap muka. Inti isi SKB ini membolehkan, bukan mewajibkan, satuan pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) pada semester genap. 

Menurut SKB ini, peta zona risiko covid-19 tidak lagi menjadi acuan. Asalkan ada izin dari pemerintah daerah (pemda), satuan tugas (satgas) covid daerah, dan komite sekolah sebagai perwakilan orang tua, satuan pendidikan bisa melaksanakan PTM dengan protokol kesehatan yang ketat, walaupun ada di zona merah sekalipun.

Keluarnya SKB ini, pada awalnya seperti mengamini prediksi saya. Meskipun pemerintah tidak benar-benar memaksakan PTM, tetapi dengan memberikan relaksasi pada aturan, pemerintah pusat seolah "memaksakan" PTM dengan melemparkan bola panas itu kepada daerah. 

Artinya, pemerintah pusat berkeinginan PTM dilaksanakan, tetapi tergantung dari keadaan dan kesiapan tiap daerah untuk melaksanakannya.

Dengan adanya SKB ini, dunia pendidikan pun mulai bergairah untuk menyambut era baru PTM. Sekolah mulai berbenah mempersiapkan diri. Berbagai macam tim dalam satgas covid sekolah dibentuk. Tujuannya, memastikan bahwa PTM yang akan segera dilaksanakan bisa berjalan dengan baik dan aman.

Di masyarakat, diskursus publik terus terjadi terkait dengan PTM. Ada yang setuju PTM dilakukan, ada yang menolak keras. Keduanya memiliki argumen yang sama-sama kuat sehingga hal ini membuat para pengambil kebijakan mengalami kesulitan untuk memutuskan.

Keadaan yang Berubah

Setelah satu bulan SKB keluar, keadaan berubah. Kasus penularan covid-19 tak beranjak turun, bahkan terus menciptakan rekor tertinggi harian.

Disisi lain, beberapa negara eropa melaporkan ditemukannya strain virus covid-19 baru. Konon katanya strain virus baru ini lebih mudah menular, walaupun tingkat bahayanya tidak lebih besar dari virus yang lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun