Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mana yang Seharusnya Lebih Difokuskan?

20 Oktober 2020   16:00 Diperbarui: 21 Oktober 2020   09:07 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Otak Manusia(SHUTTERSTOCK/Okrasiuk via kompas.com)

Itu artinya guru dituntut mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran. Karena sejatinya 4C lebih banyak mengedepankan aspek afektif/karakter siswa.

Namun, karena tuntutan kurikulum lebih mengarah kepada aspek kognitif dan keterampilan siswa, akhirnya pendidikan karakter hanya menjadi formalitas belaka. Nilai-nilai 4C terlalu difokuskan untuk mengejar aspek kognitif dan keterampilan siswa, sedangkan aspek afektif cenderung dianak tirikan.

Dengan mengucap salam dan berdoa, seolah-seolah nilai-nilai religius telah diberikan. Nilai-nilai moral dan sosial banyak diberikan dengan mengandalkan persepsi saja, tanpa adanya patokan dan acuan yang jelas. Jadilah nilai-nilai pendidikan karakter menjadi sangat bersifat subjektif.

Akhirnya, yang terjadi adalah siswa lebih banyak diajarkan untuk mengidentifikasi, menganalisis, membandingkan, memutuskan tanpa dibarengi dengan mengajarkan kebiasaan, emosi, kepribadian, nilai-nilai moral dan kepercayaan.

Jika guru hanya mementingkan aspek kognitif dan keterampilan tanpa memberikan nilai-nilai tambahan di dalam kelas, maka sejatinya guru tersebut sedang memberikan ilmunya hanya pada otak sadar siswa saja.

Ketika ini terjadi, siswa akhirnya akan menganalisis dan membanding-bandingkan. Lebih bahayanya, kalau gurunya sendiri yang dibanding-bandingkan. Guru ini lebih asyik, guru ini lebih enak, guru ini lebih mudah dipahami. 

Sebaliknya, ketika guru mampu menjangkau otak bawah sadar siswa, maka yang terjadi adalah  guru akan bisa merubah kebiasaan, merubah emosi/perasaan siswa, menanamkan nilai pada diri siswa. 

Guru yang seperti ini akan menjadi idola siswanya, guru yang disenangi siswanya. Jika siswa sudah suka, mengajarkan materi pun akan lebih mudah, karena siswa akan lebih menerima kehadiran guru di dalam kelas.

Mengaktifkan Reticular Activating System (RAS)

Lantas, bagaimana kedua bagian otak akan diatur untuk bisa lebih baik lagi?

Ya, mengaktifkan kedua otak belumlah cukup. Keduanya harus bisa diintegrasikan. Harus ada transfer informasi antar kedua otak.

Kuncinya adalah dengan menghidupkan filter Reticular Activating System (RAS), yang ada di antara otak sadar dan otak bawah sadar. Membuka dan menutupnya filter RAS akan sangat menentukan arus informasi dari otak sadar ke otak bawah sadar maupun sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun