Guru yang tidak mau direpotkan dan juga dikejar deadline administrasi penilaian, akan dengan mudah memberikan nilai kepada siswa yang sebenarnya membutuhkan bimbingan lebih intens.Â
Pemberian tugas sederhana dan ujian remedial tanpa melalui proses akhirnya menjadi pilihan. Padahal sejatinya hal tersebut tidak ada relevansinya dengan makna remedial itu sendiri.
Ya, di zaman sekarang kuantitas angka memang lebih dikedepankan daripada kualitas. Nilai sesuatu hanya dilihat dari angkanya. Nilai seakan menjadi tujuan utama dengan melupakan esensi, inti dan hakikatnya.
Alhasil, nilai yang tinggi belum bisa dikatakan nilai yang baik, tergantung kita menjalani prosesnya. Sebaliknya nilai yang rendah akan bernilai tinggi, jika didapat dengan proses yang baik.
Nilai bisa dibohongi, dibuat-buat atau diberikan. Yang penting bukan nilai, tetapi bagaimana kita bisa membuat nilai lebih bernilai, berkualitas dan bermanfaat. Ini yang seharusnya menjadi tujuan kita mendapatkan nilai dalam kehidupan.
[Baca juga: Prajurit, Purnawirawan, dan Jiwa Keprajuritan]