Sekolah pada zona-zona ini akan melanjutkan belajar dari rumah secara daring. Hanya 6% daerah yang berzona hijau yang diizinkan untuk membuka sekolah, itu pun dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Pemaparan Mas Menteri selanjutnya lebih menitikberatkan pada protokol kesehatan bagi sekolah-sekolah yang akan dibuka di zona hijau. Pemaparan ini begitu penting untuk bisa mengingatkan masyarakat akan protokoler kesehatan yang masih banyak dilanggar.Â
Sejatinya pemaparan protokoler kesehatan ini bukan hanya untuk sekolah-sekolah di zona hijau, tetapi untuk seluruh sekolah di Indonesia.
Lalu, bagaimana dengan nasib pendidikan bagi sekolah-sekolah di zona yang lain? Bagaimana pembelajaran daring bisa diefektifkan? Bagaimana kurikulum beradaptasi di masa covid ini? Ini juga menjadi salah satu catatan yang disampaikan Ketua Komisi X DPR RI pada acara ini.
Menurut saya pemaparan yang diberikan Mas Menteri sudah sangat proporsional. Berkenaan dengan beberapa pertanyaan dan catatan yang diberikan, itu juga hal yang sangat penting. Memerlukan pembahasan khusus mengenai hal tersebut.
Saya sendiri sebagai guru yang aktif memberikan pembelajaran daring di akhir semester kedua tahun ajaran lalu, memiliki beberapa catatan mengenai hal ini.Â
Menurut saya keefektifan pembelajaran daring sangat tergantung akan mentalitas pelaku utama pembelajaran, yaitu guru dan siswa. Saya mengamati ada tiga jenis mentalitas, mentalitas yang menganggap pembelajaran daring ini sebagai tantangan, beban dan liburan.
Bagi mereka yang menganggap ini sebagai tantangan, maka pembelajaran daring akan menjadi sangat efektif. Guru tertantang untuk mencari metode-metode baru dalam mengajar. Hasrat lama untuk menggunakan teknologi semaksimal mungkin bisa dilaksanakan. Bukankah guru sebenarnya sangat didorong untuk menggunakan teknologi sebelum pandemi ini ada? Inilah saatnya para guru untuk berinovasi.
Bagi siswa yang memiliki mentalitas tertantang, maka mereka akan semakin aktif belajar. Masa dirumah saja yang sudah pastinya akan semakin banyak waktu tersedia dijadikan sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri.Â
Berbagai macam sumber pelajaran baru tersedia dengan melimpah. Siswa hanya tinggal memilih saja, mana yang akan dimanfaatkan.
Bagi mereka yang menganggap pembelajaran daring sebagai beban, maka keefektifannya kurang maksimal. Guru akan terlihat semakin lelah, kurang semangat dan kehabisan ide dalam memberikan pembelajaran. Pada akhirnya keluhanlah yang akan diutarakan.Â