Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ketika Para Capres Bersahut-sahutan di Ruang Publik

26 Oktober 2018   15:31 Diperbarui: 26 Oktober 2018   15:47 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa kampanye kontestasi terbesar di republik ini telah berjalan lebih dari sebulan. Tepatnya 23 September 2018 lalu, kampanye pemilihan presiden 2019 dimulakan oleh kedua kandidat. Kubu Sang Petahana Joko Widodo dan pasangannya KH. Makruf Amin bernama Koalisi Indonesia Kerja, Sedangkan kubu sang penantang yaitu Prabowo Subianto dan pasangannya Sandiaga Uno bernama Koalisi Indonesia Adil Makmur.

Dalam masa sebulan ini, kampanye kedua kubu masih sekedar beretorika,  belum masuk ke substansi visi dan misi koalisi masing-masing. Waktu yang telah berjalan selama sebulan, hanya sekedar untuk memanaskan mesin politik masing-masing. Sedangkan waktu menuju hari-H masih tersisa selama 6 bulan lagi.

Uniknya, kedua kubu untuk mengekalkan momentum kepopuleran koalisi masing-masing, lebih kepada melempar isu dan opini ke ruang publik. Namun saya lebih tertarik kepada Sang Calon Presiden kedua belah pihak yang saling sindir-menyindir di ruang publik.

Bermula dari sindiran dan kritikan dari Capres nomor urut dua, Prabowo Subianto yang mengkritisi tentang sistem ekonomi Indonesia saat ini,

"Bahwa sistem ekonomi Indonesia saat ini, terjadi suatu fenomena mengalirnya kekayaan nasional ke luar."

"Ini bukan ekonomi Neolib lagi, tapi lebih parah dari Neolib, menurut saya ini adalah ekonomi kebodohan, the economic of stupidity.", disampaikan oleh Prabowo dalam rapat kerja nasional Lembawa Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Pondok Pesantren Minhajurasyidin, Lubang Buaya, Jakarta Timur (11/10/18)

Mendapat kritikan dan sindiran dari lawan politiknya, Capres Petahana Joko Widodo membalas dengan menekankan agar Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, menyebarkan semangat persatuan dan tidak melakukan politik kebohongan. Jokowi malah menekankan dalam suatu kesempatan, agar para Politikus tidak menjadi sontoloyo,

"Sekarang bukan zamannya lagi politik adu domba, politik pecah belah dan politik kebencian."
"Sekarang zamannya politik dan kontestasi adu program, dan adu ide serta gagasan, tapi kalau masih memakai cara lama seperti itu, namanya politik Sontoloyo.",
Kata Capres Jokowi di depan para wartawan.

Saling berbalas sindiran di ruang publik telah menambah sedikit banyak tensi dunia politik tanah air naik. Banyaknya perdebatan dan  perang meme antar kedua pendukung, menambah kegaduhan permulaan menjelang mesin politik memasuki gear kedua.

Namun sayang, retorika-retorika yang disampaikan kedua kubu masing-masing hanya sekedar untuk menyenangkan para pendukung di belakangnya saja. Seperti mana layaknya sebuah kampanye politik, menyerang keburukan dan kegagalan kubu lawan masih menjadi prioritas keduanya, daripada menyampaikan apa visi dan misinya, dan apa program unggulan untuk menarik rakyat memilihnya.

Sudah saatnya, kami menerima kampanye positif berupa program-program unggulan kedua kubu masing-masing. Pikatlah kami dengan visi dan misi yang mampu membawa Indonesia bersaing bersama dalam pentas dunia.
Salam dari Seberang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun