Mohon tunggu...
Mahesa AlifAlMuntadzor
Mahesa AlifAlMuntadzor Mohon Tunggu... Lainnya - ...

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tujuan Hidup

13 November 2020   14:09 Diperbarui: 13 November 2020   14:14 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama saya Mahesa Alif Al-Muntadzor. Dulu saya selalu beranggapan bahwa makna dari nama akhiran saya itu merupakan sebuah takdir bagi saya di masa depan untuk melakukan sesuatu yang dapat membimbing dunia ini menuju sebuah kedamaian abadi. Dunia dimana tidak ada konflik yang selalu menyelimuti pikiran setiap manusia sejak dahulu untuk membawakan sebuah bencana menjadi sesuatu solusi khusus dari segala permasalahan yang ada. Ya, dulu dimana saya masih berusia sekitar 5 tahunan, usia dimana bahkan para anak kecil pun dapat langsung berpikir bahwa menjadi pahlawan merupakan jati diri mereka yang sebenarnya di masa depan nanti hanya karena mereka baru saja menonton P*wer R*nger di TV setelah baru pulang dari masjid abis sholat maghrib. 

Menurut orang tua saya, nama "Al-Muntadzor" memiliki sebuah arti yaitu "yang di tunggu-tunggu". Sebuah arti yang dapat di dengar oleh telinga kecil saya pada saat itu yang menjadi sebuah "Jimat Kebahagiaan" saya di waktu masa kecil dulu. 

Yah.. walaupun dengan memiliki sebuah "Jimat Kebahagiaan", sebenarnya masa kecil saya dulu itu tidak terlalu ada yang menarik untuk di ceritakan. Masa kecil bagi saya hanyalah sebuah prolog dari sebuah cerita kehidupan yang panjang atau mungkin bisa di bilang seperti sebuah episode kilas balik yang tidak terlalu penting untuk di ceritakan di Nar*to yang bahkan tidak ada kaitannya sama sekali dengan cerita utamanya. Untuk bisa melihat gambaran masa kecil saya dulu, hanya cukup bayangkan saja sebagaimana anak-anak kecil berperilaku saat mereka sedang merasa senang maupun sedih pada masanya. Tidak ada yang menarik sama sekali. Sehingga akhirnya pada suatu hari saya menemukan sebuah lemari di dalam gudang rumah saya yang entah mengapa di dalamnya terdapat sebuah tempat bersalju yang setelah itu bertemu dengan manusia berkaki kuda yang mengatakan bahwa ternyata saya adalah pahlawan yang di tunggu-tunggu di dunia dalam lemari tersebut yaitu untuk menegakkan keadilan dan menghempaskan kejahatan di dunia tersebut. Itulah yang saya pikirkan, tetapi tentu saja hal itu tidak akan pernah terjadi. 

Pada saat umur 13 tahun, tanpa sadar saya sudah duduk di bangku SMP dengan masih membawakan sebuah "Jimat Kebahagiaan" itu yang semakin lama semakin memudar keberadaannya. Saya yang dulu menganggap bahwa pahlawan merupakan tujuan sejati saya di masa depan telah berubah menjadi hal yang lain. Presiden! Itulah yang saya pikirkan pada saat umur saya sudah mencapai remaja, meskipun tujuan awal saya sudah menghilang tetapi tekad pahlawan saya masih tetap ada. 

Tujuan saya menjadi presiden pada saat itu benar-benar merupakan ide selintas saja yang langsung masuk begitu saja dalam benak saya ketika saya mengetahui bahwa menaikan derajat sosial itu adalah hal yang paling penting dalam kehidupan bersosialisasi di masa remaja. Ya, Mencari perhatian. Itulah tujuan yang sebenarnya. Tujuan yang bisa di capai hanya dengan memakai kostum mencolok pahlawan sehingga dapat mudah menarik perhatian orang lain dan juga dengan tekad pahlawan yang busuk. Masa remaja merupakan masa di mana sebuah pandangan mayoritas merupakan sesuatu hal yang mutlak. Ketika ada seseorang di kelas yang di kenal dengan kenakalannya mengungkapkan sebuah pendapat sesuatu kebenaran di sanalah semua orang di kelas mendukung orang terpopuler di kelasnya yang mengungkapkan sebuah pendapat yang menarik. Sehingga mereka mendapatkan sebuah penjelasan yang pasti dengan kepastian yang tidak jelas tetapi tetap di dukung karena pandangan mayoritas merupakan sesuatu hal yang mutlak. Dan itulah saya pada masa SMP dulu dengan mengambil sebuah manfaat dari hukum sosial remaja tersebut selama 3 tahun di bangku SMP yang sehingga pada akhirnya semua itu berakhir ketika pandangan baru menyerang. 

Pada saat saya sudah duduk di bangku kelas 3 SMP saya sudah melewati banyak sekali rintangan yang seharusnya dapat memotivasi saya untuk melanjutkan tujuan saya menjadi mutlak. Tetapi sayangnya tujuan itu harus menghilang karena tanpa sadar  "Jimat Kebahagiaan" yang selalu saya bawa sejak kecil itu ternyata sudah lama menghilang. Pada saat itu saya masih belum menyadari bagaimana dan kapan jimat itu bisa menghilang. Bahkan saat saya sudah duduk di bangku SMA pun saya masih terus mencari cara untuk mengembalikan jimat tersebut kembali. Sehingga pada akhirnya dalam proses pencarian cara mengembalikan jimat tersebut, tiba-tiba saya mendapatkan sebuah pandangan baru dalam hidup. Saya merasa bahwa daripada terus bergantung dengan jimat itu lebih baik saya membuat sesuatu pandangan baru yang lebih baik dan dapat memotivasi saya dalam hidup agar tetap damai. Dan saat itulah saya langsung menghilangkan nama presiden dalam daftar tujuan hidup saya dikarenakan tujuan tersebut terlalu naif dan kekanak-kanakan untuk di capai. Begitulah saya menganggapnya dengan pandangan baru ini. 

Dan di sinilah saya Mahesa Alif Al-Muntadzor umur 18 tahun kelas 12 SMA yang masih menjalani kehidupan yang damai. Yah.. Meskipun begitu saya tahu bahwa kehidupan yang damai itu suatu hari pasti semakin lama akan memudar tiap waktunya yang sehingga nanti saya akan mendapatkan sebuah pandangan baru lagi dalam hidup yang lebih baik dan benar. Dan di situlah saya dapat belajar bahwa manusia itu ternyata benar-benar makhluk yang akan terus berubah setiap waktunya dan waktu akan terus berjalan setiap detiknya dan tidak bisa di putar kembali. Meskipun waktu di dalam jam dinding bisa di putar kembali pada akhirnya jam tersebut akan menyimpang dari kebenaran yang sudah ada. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun