Menapaki akhir tahun 2020 untuk menuju hari pertama di tahun yang baru, setelah berlelah-lelah diri melintasi berbagai kondisi sulit dan kesedihan. Hendaknya tidak membuat kita lupa bagaimana caranya tertawa. Karena banyak para pemikir mengatakan bahwa tawa itu menyehatkan tidak hanya untuk tubuh tapi juga jiwa kita.
Hal ini juga aku alami. Setelah pada bulan April dan Mei tahun ini secara berturut-turut ibu kandungku dan bapak mertuaku harus pergi untuk selama-lamanya menyisakan kesedihan bagi keluarga kami. Ditambah lagi kami tidak bisa pulang kampung untuk melihat wajah bapak mertuaku untuk yang terakhir kali karena saat itu penyebaran virus covid sedang tinggi-tingginya.
Harusnya rencana kami libur akhir tahun ini akan pulang kampung ke Wonogiri untuk menengok ibu mertua sekaligus melihat makam almarhum bapak mertuaku. Rupanya Tuhan berkehendak lain. Keluarga kami harus dihadapkan untuk menerima ujian penyakit Covid 19.
Namun aku berfikir positif. Mungkin ini cara Allah untuk memberi kami peringatan lebih awal. Jika sampai kami sekeluarga pulang kampung dan tidak menyadari bahwa kami dalam kondisi sakit mungkin lebih berbahaya lagi efeknya bagi ibu mertua dan saudara-saudara lain yang ada di kampung.
Dan seperti tulisanku di awal. Dalam kondisi sulit, kita jangan pernah sampai melupakan bagaimana caranya tertawa. Allah rupanya juga punya cara untuk menghiburku mungkin juga untuk lebih menyehatkan tubuh dan mentalku dengan cara membuatku tertawa.
Dari mulai pertama kali aku masuk rumah sakit yang ditunjuk pemerintah untuk menangani pasien terkonfirmasi positif sepertiku ada saja berbagai hal lucu yang menimpaku. Yang lebih tepatnya membuatku menertawai berbagai hal bodoh mungkin ada juga yang orang yang mengatakannya sebagai kesialan yang menimpa diriku.
Pertama aku sampai di rumah sakit setelah sebelumnya diisolasi di rumah singgah Dinsos Tangerang adalah sekitar pukul 6 sore. Itu juga aku harus menunggu lumayan lama terlebih dahulu di ruang IGD yang cukup penuh dengan pasien Covid lainnya. Rupanya penyebaran virus ini sedang tinggi-tingginya di wilayah Kota Tangerang. Beberapa kali di jalan raya berseliweran mobil ambulan yang mengangkut pasien Covid 19.
Waktu itu yang terpikir olehku adalah masalah makan. Kebetulan perutku sudah mulai menyanyikan lagu keroncong tempo dulu karena lapar. Sayangnya ketika kutanyakan pada perawat menurut mereka waktu pembagian makan sudah lewat jadi kemungkinan tidak dapat jatah makanan dan minuman air mineral. Waduh alanat puasa sampai pagi ini.
Tapi sepertinya si perawat iba juga melihatku. Terbukti dia berhasil mendapatkan satu dus makanan kelebihan jatah pasien untukku. Kebetulan ternyata syarat administrasi telah selesai dan sudah tersedia juga kamar kosong sehingga aku bisa pindah ke kamar.
Ruangan tempatku lumayan bersih tersedia untuk tiga orang pasien. Sesampai di ruangan aku langsung membuka makanan yang diberikan. Tampilannya sih cukup enak kelihatannya. Si perawat yang masih ada di ruanganku mempersilakan aku untuk makan.
Aku segera menyantap hidangan yang tersedia. Baru sesuap saja masuk ke mulut rasanya aku ingin memuntahkannya. Tapi malu juga sama si perawat yang telah bersusah payah mencarikanku makanan. Menu yang kusantap sepertinya adalah untuk pasien darah tinggi dan mungkin pengidap diabetes karena sama sekali tidak diberi bumbu apa-apa jadi terasa anyep dan hambar di lidahku.
Ketimbang malu dan tidak enak hati aku berusaha sebisaku menelan makanannya. Yang penting sedikit-sedikit bisa mengganjal perutku. Dan ketika si perawat sedang sibuk berbicara dengan pasien lain di kamarku, aku segera menyelinap untuk membuang sisa makananku ke tempat sampah. Aman untungnya si perawat tidak begitu memperhatikanku. Hahaha. Lelucon pertama yang tidak lucu tapi cukup menghiburku.
"Suster tolong sediakan minum saya ya. Dari siang saya belum minum, habis makan pula. Seret nih tenggorokan" kataku menghiba.
"Aduh pak. Sudah tidak ada jatah air mineral lagi kalau sudah malam. Tapi nanti coba saya carikan minum ya." Si perawat berkata seraya melangkah keluar ruangan.
Pasien yang satu ruangan denganku rupanya menyimak percakapan kami. Ia menawarkan satu botol air mineral kepadaku. Segera saja kusambut niat baiknya. Dan langsung kuteguk untuk menghilangkan rasa hausku.
Satu hal yang kulupa, aku tidak memberitahu si perawat bahwa telah mendapat air minum. Dan beberapa saat kemudian si perawat masuk ke kamarku tergopoh-gopoh dengan segelas air minum di tangannya. Aku tak sempat menyembunyikan botol air mineral yang kupegang.
"Ini Pak minumnya. Lho Bapak sudah dapat minum itu. Kenapa nggak bilang sih. Saya sampai tadi mutar-mutar cari minum buat Bapak" si perawat tampak sedikit merajuk.
"Eh iya. Tadi Bapak ini memberikan botol minumnya untuk saya. Maaf ya. Tapi terima kasih lho. Suster baik dan cantik lagi. Ini langsung saya minum air dari suster" aku berkata sedikit merayu sambil meneguk habis air di gelas yang perawat tadi berikan.
Si perawat berlalu dan keluar dari kamarku. Meninggalkan aku yang hanya bisa cengar-cengir sendirian. Mengingat kejadian yang baru saja betlangsung.
Keesokan harinya. Ada lagi kejadian seru lainnya. Sewaktu aku masuk kamar mandi ternyata embernya kosong. Karena disana memang tidak ada bak mandi untuk menampung air. Kucoba beberapa kali untuk memutar keran air tapi tidak bisa mengalir.
Aku segera menghubungi perawat melalui nomer whatsapp yang sebelumnya telah diberikan karena bel panggil memang sedang bermasalah. Ternyata yang datang adalah perawat yang semalam.
"Suster, ini kerannya rusak sudah saya coba dari tadi tapi tidak bisa"
"Masak sih. Kemarin masih bisa kok" si perawat kemudian masuk ke kanar mandi "Ini bisa Pak. Cara pakainya bukan diputar tapi agak ditarik ke atas. Ini ada untuk air hangatnya juga"
Waduh bikin malu saja ini pikirku. Sambil tanganku tak sadar menggaruk-garuk kepala.
"Maaf suster. Maklum ndeso. Di rumah nggak ada keran yang kayak gini" kataku sambil 'nyengir kuda'. Si suster pergi sambil tersenyum simpul.
Kejadian konyol ternyata kembali terjadi. Seorang tetangga yang baik hati ingin mengirimkan beberapa makanan dan juga susu untukku. Karena jarak rumahku cukup jauh ke rumah sakit tempatku dirawat, akhirnya ia mengirimkannya melalui jasa kirim ojek daring. Kebetulan saat itu ia punya harga promo jadi biayanya cukup murah.
Terus terang aku memang belum pernah mengirim ataupun menerima kiriman barang sebelumnya melalui jasa ojek daring. Jadi tidak begitu tahu prosedurnya. Hanya saja saat itu aku memang mendapat pesan sms yang berisikan link untuk mengecek status pengiriman.
Di sana bisa kulihat posisi ojek dan perkiraan jam sampainya. Di bawahnya ada tulisan 'pesanan sudah masuk', 'pengantaran merawat' dan 'pengemudi dalam perjalanan'. Hampir dua jam kemudian kulihat tulisan berubah menjadi 'barang sudah diambil' disertai gambar barang kirinannya.
Aku berfikir barang pasti sudah sampai. Segera kuhubungi perawat untuk bantu mengecek ke satpam di bawah. Kukatakan ada kiriman barang untukku melalui ojek daring katanya sudah sampai dan diterima di bawah.
Beberapa saat si perawat mengecek ternyata menurut petugas satpam belum ada kiriman untukku. Aku sempat ngotot mengatakan bahwa barangnya katanya sudah diterima. Tapi si perawat bersikeras mengatakan sudah beberapa kali minta petugas mengecek tapi memang belum ada barang seperti yang dimaksud.
Aku akhirnya menghubungi si tukang ojek dengan nada sedikit jengkel karena menduga pasti terjadi kesalahan tempat pengiriman. Tapi ternyata menurut si ojek barang memang belum sampai karena dia masih harus mengirim ke enam tempat terlebih dahulu. Berarti yang error link laporan pengiriman dari sistem ojek daringnya pikirku.
Setelah menunggu beberapa lama si ojek mengabarkan bahwa barang sudah diterima. Iseng aku cek lagi melalui link yang disediakan. Muncul dua tulisan lagi 'pengemudi sedang dalam perjalanan' dan 'barang sudah diantarkan' disertai foto barang yang sudah diterima satpam.
Aku baru menyadari kebodohanku sambil tertawa dalam hati. Ternyata yang kubaca di awal itu maksudnya barang baru diambil dari tetanggaku. Dan gambar yang pertama adalah foto kirimanku sewaktu diambil si ojek dari rumah tetanggaku. Hahaha. Padahal aku sudah terlanjur marah-marah kepada perawat dan tukang ojeknya.
Mungkin Tuhan memang sedang berusaha menghiburku dan mengingatkanku untuk tidak lupa caranya tertawa.
Meninggalkan tahun 2020 dan menyambut tahun baru 2021 aku berharap Indonesia kembali sehat di segala bidang. Dan walaupun dalam kondisi sesulit apapun. Kita tidak lupa caranya untuk tertawa. Karena tertawa itu sehat dan bagus untuk memperbaiki fisik dan mental.
Selamat tinggal tahun penuh kesedihan dan kesulitan. Selamat datang tahun penuh harapan.
Tangerang, Januari 2021
Mahendra Paripurna