Di tengah ramainya pemberitaan tentang vaksin yang kabarnya telah tiba di Indonesia, (hal ini tentu bagaikan angin segar di sela kian meningkatnya jumlah pasien yang positif terdampak pandemi), aku justru harus rela berpisah dengan putriku karena covid-19.
Dari semenjak lahir, terhitung sudah 2 kali putriku dirawat di rumah sakit karena sakit yang cukup parah. Dan aku selalu hadir untuk menemaninya selama perawatan hingga sembuh total. Aku mengorbankan waktuku untuk tidak bekerja dan mengambil jatah cuti dari kantor. Rasanya juga tidak tenang bekerja jika anak sedang dalam kondisi sakit.
Tapi kali ini berbeda aku terpaksa melepas anakku untuk menjalani isolasi seorang diri di tempat yang disediakan oleh dinas kesehatan kota Tangerang. Hasil swab yang diikuti sebelumnya di puskesmas wilayahku mengindikasikan puteriku positif covid-19.
Awalnya putriku sempat mengeluh batuk, pilek, dan sempat demam serta muntah. Ia juga mengeluhkan penciumannya yang mulai kehilangan pengenalan tentang bau. Saat itu waktu sudah malam jadi aku tidak memeriksakannya ke dokter.
Paginya aku tidak masuk kerja untuk memeriksakan anakku dan kesehatanku juga ke puskesmas wilayahku. Kebetulan aku juga sudah beberapa hari sedang dalam kondisi kurang sehat.
Dokter yang memeriksa kami kemudian menjadwalkan keesokan hari untuk datang kembali ke puskesmas dan melakukan swab. Setelah memperoleh sejumlah obat, kami pun pulang ke rumah.
Jumat pagi, aku dan anakku datang ke puskesmas. Ternyata banyak juga orang yang swab hari itu. Ada 30 orang dan kami berada di urutan paling akhir. Proses pengambilan sampel swab lewat hidung dan mulut tergolong cepat.
Saat itu kondisi kesehatan anakku setelah minum obat telah lumayan membaik tapi memang penciumannya masih bermasalah. Sedangkan aku sebenarnya lebih parah dari anakku.
Dari perkiraan 3-7 hari ternyata hasil swab yang kami peroleh datang lebih cepat. Hari Minggu aku sudah mendapat hasil swab yang dikirim melalui pesan WhatsApp. Aku dan putriku dinyatakan positif covid-19.
Hari Senin kami datang ke puskesmas kembali untuk menjalani pemeriksaan awal. Di sini dilakukan pengambilan darah, tensi, dan juga pengecekan jumlah oksigen yang ada di tubuh. Untuk aku ditambah dengan cek jantung juga. Selanjutnya kami diperbolehkan pulang.
Sorenya aku mendapatkan pesan WhatsApp lagi, bahwa anakku ditunggu di puskesmas pukul 3 sore untuk menjalani isolasi di Rumah Singgah Dinsos Kota Tangerang. Ada mobil ambulans yang akan mengantar dari Puskesmas Paninggilan.
Berat rasanya melepas putriku ke tempat isolasi. Suasana haru menyelimuti keluarga kami. Tapi demi kebaikan dan kesehatan bersama apa boleh buat. Aku mengantarnya sampai puskesmas hingga mobil ambulans membawanya pergi.
Fasilitas ruangan sangat minim dengan tempat tidur tingkat dua dan fasilitas televisi serta lemari kecil. Tidak ada pendingin ruangan ataupun kipas. Anakku lebih memilih menurunkan kasur dari tingkat atas ke lantai karena kebetulan dia berdua dengan seorang ibu di sana.
Selain itu kondisi pintu yang tidak memiliki anak kunci membuat perasaan juga tidak tenang jika harus meninggalkan ruangan. Hal ini sempat ditanyakan oleh ibu yang satu ruangan dengan anakku ke petugas dan jawabnya memang anak kuncinya sengaja tidak diberikan.
Fasilitas kamar mandi di tempat anakku juga cukup minim. Satu kamar mandi digunakan ramai-ramai untuk beberapa kamar. Jadi harus bergantian menggunakannya. Selot penutup kamar mandinya juga dalam kondisi rusak dan sulit untuk dikunci.
Jika dihitung-hitung ini sudah hari ketiga aku tidak bertemu dengan putriku, rasanya kangen juga. Biasanya rumah ramai dengan celotehnya, yang sesekali ditimpali dengan keributan kecil dengan adiknya yang memang suka mengusilinya.
Mudah-mudahan masa isolasi segera berlalu dan pulih kembali kesehatannya sehingga bisa berkumpul lagi seperti sedia kala. Dan semoga fasilitas tempat isolasi yang disediakan oleh pemerintah daerah khususnya Kota Tangerang juga semakin diperbaiki demi kenyamanan dan keamanan masyarakat yang menjadi pasien rawat inapnya.
Waspadalah. Karena pandemi Covid-19 adalah bahaya nyata yang siap mengincar siapa saja yang kondisi tubuhnya sedang lemah ataupun yang tidak menerapkan imbauan 3M dari pemerintah. Jaga baik-baik diri, keluarga, dan lingkungan sekitar kita masing-masing.
Tangerang, Desember 2020
Mahendra Paripurna