Mohon tunggu...
mahasenduro
mahasenduro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

MI Al Azhar Senduro Strategi Civitas Cinta Alquran

13 Desember 2018   17:41 Diperbarui: 13 Desember 2018   17:54 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MI Al Azhar Senduro - Strategi Civitas Cinta Alquran. 

Hari ini banyak potret wajah polos murid madrasah al azhar senduro yang begitu menginspirasi. Saya menyadari tidak semua murid suka kosakata baru, apalagi kosakata "Ujian". Ini pertama kali saya berkontribusi dalam ujian munaqosyah, ujian membaca alquran dengan metode tilawati. Peran saya cuma satu yaitu bawa kamera untuk dokumentasi. Peran sederhana yang sesekali membuat saya lebih fokus memandang satu persatu ekspresi murid. Duduk di dekat jendela, saya dapat lebih jelas mengamati kecemasan murid yang dipanggil moderator acara. Wali murid lebih menjadi motivator agar anaknya lebih tenang, fokus menyelesaikan tugas dari penguji (munaqis). 

Para guru madrasah berada diluar ruangan untuk menyiapkan murid dalam runtut deret presensi yang telah ditentukan. Poin menarik itu, saya suka melihat tatapan polos murid yang kelihatan cemas tadi. Sepertinya dasar dari sebuah ujian adalah melawan rasa cemas. Cemas yang akhirnya terlihat kaku untuk berucap, bahkan ada yang sampai menangis. Murid sejatinya subjek paling penting dalam ujian ini. Mereka ibarat raja jagoan yang dipersiapkan guru untuk bisa lulus ujian. 

Setiap pagi pikiran mereka dibiasakan membaca alquran dengan metode tilawati. Lucunya untuk murid yang sudah bisa membaca, kok kayaknya kadang yang jadi cemas beralih ke wali murid?. Sebab ada perbedaan konsep apa itu definisi prestasi. Bisa jadi bagi murid, berani tampil itu sudah prestasi sedangkan bisa membaca adalah bonus dari dia melawan kecemasan. 

Sedangkan sebaliknya bagi wali murid, berani tampil saja itu belum cukup. Berada satu panggung dengan anak itu cara paling baik mengetahui psikologi belajar anak. Bisa dianggap momen romantis bagi keduanya. Sebab ujian yang didampingi wali murid akan membuat anak merasa dekat dan butuh saling pengertian. Saya mengambil potret, saya sempatkan berbincang dengan salah satu wali murid yang begitu tenang dan yakin suatu saat anaknya bisa dengan fasih membaca alquran.

"Bagus ustad, kalau ada seperti ini bisa jadi anak saya nanti lebih fasih membaca alquran daripada orang tuanya." Komentar salah satu walimurid.

Poin selanjutnya, dukungan wali murid dapatlah dijadikan kekuatan bagi murid agar mau berusaha giat lagi. Jika ada yang kurang tentu akan terus diperbaiki. Saya yakin, kita masih sangat jauh berhadapan dengan kualitas terbaik. Murid pun pasti menyadari ujian ini panggung pertama yang butuh waktu agar dapat mereka kuasai. Kita bisa bayangkan kan? 

Tidak semua yang masih belum fasih itu tidak pintar, sebab bisa jadi mentalitasnya yang belum mumpuni, atau juga pada saat itu juga moodnya kurang baik. Anak kecil memiliki sudut pandang berbeda dengan orang dewasa. Beruntung jika mereka masih memiliki kecemasan, gugup, sebab psikologi mereka masih memahami ada yang kurang yang butuh dipelajari lagi agar mampu menguasai materi. 

Ruang kelas dapatlah menjelma sebagai laboratotium intelektualitas bagi murid yang mau terus belajar. Poin saya, apapun hasilnya murid tetaplah idola di panggung ujian ini. Murid tidaklah dapat diberi nilai baik atau buruk hanya saat itu juga. Murid butuh proses, begitu pula guru juga butuh proses. Jangan sampai hari ini menjadi titik asing bagi murid. Butuh waktu untuk merasakan ujian akan terasa layaknya panggung ajang prestasi yang menggembirakan. 

Saya sempat senyum juga saat salah satu wali murid merasa beruntung setelah anaknya bisa membaca alquran di depan penguji. Betapa bahagia kan memiliki jagoan yang bisa baca alquran?, kebahagiaan itu yang juga harapannya dapat dibawa bekal dunia akherat bagi anaknya. Dapat membaca Alquran dengan fasih adalah program utama bagi madrasah al azhar senduro. 

Sebagai orang beragama islam, Saya menyadari betapa istimewanya pikiran para guru yang sudah berfikir maju mengenalkan Alquran kepada muridnya. Memperbanyak ruang untuk mengenalkan Alquran, itu sama saja dengan membuka pengetahuan murid bahwa agama itu sangat penting. Sehingga harapannya murid akan terus terasah ahlaknya, dibina dengan fokus kepada nilai kebaikan. Potret kamera saya masih berlanjut, Poin selanjutnya yang menarik di ruang ujian ini tidak ada suasana saling menjatuhkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun