Dan rakyat lebih ingat siapa pakai apa, daripada siapa bicara apa.
Di Belanda, Esther dilarang memakai blus Palestina. Di Indonesia, justru orang berlomba memakai baju yang paling politis.
Mungkin perbedaannya ada di sini: di Belanda, politik takut pada simbol. Di Indonesia, politik mencari nafkah dari simbol.
Esther akhirnya tetap bicara. Tapi pesan yang paling keras bukan isi pidatonya. Melainkan bajunya. Blus itu. Yang akhirnya lebih nyaring daripada mikrofon.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI