Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media, PR, Ghotswriter, Paralegal. Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" | https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Soal Tambang Ilegal di Bolmong Selatan: Jebakan Berita dan Rp 20 Juta di Swiss-Bellhotel

11 Juni 2025   01:36 Diperbarui: 11 Juni 2025   01:36 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jebakan Berita dan Rp 20 Juta di Swiss-Belhotel (ilustrasi ai)

Jurnalisme, Tambang, dan Titik Abu-Abu

Ada hal-hal yang tidak terlihat oleh publik. Dalam dunia jurnalisme, godaan terbesar justru bukan tekanan, tapi negosiasi moral di batas samar antara idealisme dan pragmatisme. Wartawan bukan makhluk suci, tapi bukan pula pelaku kriminal otomatis.

Nas belum tentu bersalah. Tapi juga belum tentu bersih. Sama halnya dengan Frk. Bisa jadi ia hanya menjalankan perintah atasan. Bisa pula ia punya kepentingan pribadi. Semuanya masih kabur. Dan dalam dunia kabur itu, publik hanya bisa mengandalkan satu hal: transparansi.

Polresta Manado tentu punya alasan untuk mengamankan Nas. Tapi apakah itu murni laporan, atau intervensi? Apakah benar ada pemerasan, atau hanya jebakan agar berita tak tayang?

RB juga punya hak membela nama baiknya. Tapi benarkah semua berita Nas salah? Jika ya, mengapa tidak ditempuh jalur hak jawab sebagaimana diatur UU Pers?

Akhirnya, Kita Bertanya: Siapa yang Menjebak Siapa?

Kisah ini belum selesai. Mungkin tak akan pernah benar-benar selesai. Tapi yang pasti, wartawan Nas bukan satu-satunya yang terjebak. Kita semua, sebagai publik, terjebak dalam jaring keraguan dan kepentingan.

Di satu sisi ada dugaan tambang ilegal, di sisi lain ada dugaan kriminalisasi wartawan. Di antaranya ada nama-nama yang terusik dan institusi yang terseret.

Dan di tengah semua itu, jurnalisme berdiri di atas abu-abu. Tak sepenuhnya benar. Tak sepenuhnya salah. Tapi tetap penting. Tetap perlu.

Karena tanpa jurnalisme, siapa yang akan menulis cerita seperti ini?

---

Catatan Penulis:
Tulisan ini tidak bermaksud menghakimi pihak mana pun. Semua pihak berhak atas asas praduga tak bersalah. Nama disebut dengan inisial meskipun sudah tersebar dari sumber terbuka dan pengakuan masing-masing pihak. Namun demikian Jika ada klarifikasi dari pihak yang disebut, dengan terbuka akan memuatnya secara proporsional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun