Assalamualaikum Wr, Wb. Perkenalkan nama saya Mahardhika El rizk Muhammad, mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Manajemen Dakwah semester 3 dengan NIM 12405041040037.
Dalam materi yg ke-4 kali ini pada mata kuliah Filsafat Dakwah yang di ampu oleh bapak Drs. Study Rizal LK, MA di semester 3, saya akan meresume tentang materi tersebut.
Makalah berjudul "Metode dan Pendekatan Dakwah" membahas bagaimana dakwah sebagai proses menyeru manusia kepada kebenaran dilakukan dengan strategi, metode, dan pendekatan yang sesuai dengan zaman. Dakwah dinilai berhasil bukan semata karena isi pesan yang disampaikan, melainkan juga oleh cara penyampaian yang bijaksana, sistematis, dan kontekstual. Rasulullah SAW menjadi teladan utama dalam hal ini, dengan menggunakan metode hikmah, mau'izah hasanah, dan mujadalah yang menekankan kebijaksanaan, nasihat yang baik, serta dialog yang santun.
Setelah Rasulullah wafat, dakwah dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin yang berfokus pada penguatan keimanan dan perluasan wilayah Islam. Abu Bakar menegakkan keutuhan umat melalui penegasan kewajiban zakat dan pengumpulan Al-Qur'an; Umar bin Khattab memperluas wilayah dakwah melalui keadilan dan pemerintahan yang tertib; Utsman bin Affan menstandarkan mushaf Al-Qur'an untuk menjaga kemurnian ajaran; dan Ali bin Abi Thalib menegaskan pentingnya ilmu serta akhlak dalam menghadapi konflik umat.
Pada masa Bani Abbasiyah, dakwah berkembang pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan. Pendekatan dakwah dilakukan melalui penerjemahan ilmu, pembentukan lembaga pengetahuan seperti Bayt al-Hikmah, dan munculnya para filsuf Muslim seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina yang menggabungkan akal dengan wahyu dalam memahami kebenaran. Masa ini menandai dakwah sebagai upaya intelektual yang berfungsi memperkuat peradaban dan nilai-nilai Islam.
Memasuki era kontemporer, dakwah menghadapi tantangan baru berupa arus informasi yang cepat, sekularisasi, serta perubahan nilai masyarakat akibat perkembangan teknologi. Dakwah kini harus adaptif, kreatif, dan mampu memanfaatkan media digital seperti YouTube, TikTok, maupun podcast sebagai sarana penyebaran nilai Islam. Pendekatan dakwah modern harus bersifat ilmiah, rasional, dan komunikatif agar dapat menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan media digital.
Pendekatan keilmuan dalam dakwah menekankan integrasi antara wahyu, akal, dan pengalaman sosial. Rasulullah SAW mencontohkan dakwah berbasis ilmu melalui pendidikan dan analisis sosial, sedangkan para filsuf seperti Al-Kindi, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd mengembangkan dakwah filosofis yang menyatukan iman dan rasio. Di era modern, tokoh seperti Seyyed Hossein Nasr menegaskan perlunya mengembalikan ilmu pada nilai-nilai spiritual agar dakwah mampu mengatasi krisis moral dan spiritual manusia modern.
Contoh penerapan nyata terlihat dalam dakwah Wali Songo yang menggunakan pendekatan budaya, serta dakwah digital masa kini yang dikembangkan oleh pendakwah seperti Hanan Attaki dan Nouman Ali Khan. Keduanya menunjukkan bahwa keberhasilan dakwah terletak pada kemampuan menyesuaikan metode dengan konteks zaman tanpa meninggalkan esensi ajaran Islam.
Kesimpulannya, dakwah adalah proses ilmiah, spiritual, dan sosial yang terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Filsafat dakwah mengajarkan bahwa keberhasilan dakwah bergantung pada keseimbangan antara rasionalitas dan spiritualitas, antara ilmu dan iman, serta antara tradisi dan inovasi. Dengan demikian, dakwah modern perlu hadir sebagai gerakan pencerahan yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan tantangan dunia kontemporer.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI