Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Umat Belum Hayati Agamanya Secara Total

19 Agustus 2012   07:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:32 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agama tidak akan bisa diharapkan membawa perubahan positif bila umat tidak memiliki komitmen untuk melaksanakan ajaran-ajaran agamanya pada tingkat implementasi amal saleh. Keberagamaan kita tidak hanya dinilai pada tingkat iman tetapi harus teraktualisasi dalam bentuk amal saleh dan akhlakul karimah. Tanpa itu, seruan-seruan moral dan spiritual dari mimbar-mimbar hanya menjadi pemuas dahaga yang bersifat sesaat tidak memberi kemanfaatan nyata bagi kehidupan masyarakat.

[caption id="attachment_193974" align="aligncenter" width="480" caption="Drs.H.Syarifuddin Baso/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Hal itu diungkapkan Drs.H.Syarifuddin Baso, dalam khotbah Idul Fitri, 19 Agustus 2012 di Barcelona Beach, Akkarena, Kawasan Tanjung Bunga, Kota Makassar.

Justru fenomena seperti itulah, menurut Syarifuddin yang sekaligus bertindak sebagai imam, yang sekarang terlihat di masyarakat kita. Ketika gelora dakwah dan kegiatan-kegiatan agama dikemas dalam aneka bentuk dan metode begitu semarak mewarnai kehidupan masyarakat, namun dalam waktu bersamaan prilaku masyarakat tidak memperlihatkan perkembangan yang semakin saleh.

‘’Bahkan, seolah terjadi perlombaan antara ajakan kepada ma’rufat dengan praktik mungkarat, antara seruan kebajikan dengan perilaku kemaksiatan, antara seruan keadilan dengan praktik kezaliman dan seterusnya. Agama lebih banyak teraktualisasi lewat upacara-upacara ritual, tetapi tidak menampakkan aspek fungsionalnya di tengah-tengah umat. Agama belum terhayati secara total, secara kaffah. Kesemarakan beribadah, seperti shalat, puasa, dan naik haji belum secara signifikan terimbangi oleh kesalehan sosial dan kesalehan moral. Sebagian dari mereka yang melakukan praktik-praktik kemungkaran justru adalah orang-orang Islam yang bergelar haji dan rajin melakukan shalat,’’ katanya.

Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H/19 Agustus 2012 yang dilaksanakan di Barcelona Beach tersebut diprakarsai oleh managemen PT.GMTD Tbk pengembang perumahan, bisnis dan pariwisata di Kawasan Tanjung Bunga Kota Makassar. Shalat Idul Fitri yang dimulai tepat pukul 7.00 WITA tersebut diikuti ratusan jamaah karyawan PT GMTD dan masyarakat yang bermukim sekitar Kawasan Tanjung Bunga.

[caption id="attachment_193976" align="aligncenter" width="560" caption="Suasana usai shalat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H - 19 Agustus 2012 di Barcelona Beach, Akkarena Tanjung Bunga, Kota Makassar/Ft: Mahaji Noesa "]

13453602502053284015
13453602502053284015
[/caption]

Inilah satu-satunya dari ratusan lokasi pelaksanaan shalat Idul Fitri di Kota Makassar yang berhadapan langsung dengan pantai Selat Makassar. Mimbar shalat terletak bersisian dengan bibir pantai tempat rekreasi Barcelona Beach.

Menurut Syarifuddin, meskipun manusia lahir dengan fithrah, lahir dengan naluri keberpihakan yang kuat kepada keilahian, kepada kebenaran, kepada kesucian, dan keindahan, namun manusia pun dilengkapi dengan potensi-potensi negatif yang merupakan sisi gelap dalam dirinya, yaitu berbuat hal-hal yang melanggar fitrahnya.

Justru ketika manusia lengah dan lalai, maka akan dengan mudah masuk dalam perangkap syetan dan nafsunya sendiri sehingga fitranya ternoda. Fitrah yang ternoda secara terus menerus akan memperlemah kepekaan terhadap nilai-nilai kebenaran, kebajikan, dan kesucian. Gilirannya kemudian bisa tampil menjadi manusia yang dikuasai oleh nafsu-nafsu kebinatangan, seperti keserakahan, egoisme yang akut, kesombongan dan keangkuhan yang kronis, ambisi tak terkendali, tak mempan diberi nasihat, tak mampu mendengar teguran, bersikap tuli dan buta terhadap kritik dan saran, tak senang melihat orang lain sukses, tak terenyuh dengan penderitaan dan kemalangan orang lain, suka mengumbar nafsu angkara murka, rakus, dan tamak sekaligus kikir.

Merekalah yang disebut dalam al-Quran sebagai orang-orang yang buta, tuli dan bisu, orang-orang yang nurani dan akal sehatnya tidak lagi memancarkan sinar. Mereka adalah orang yang jelas-jelas melakukan pelanggaran hukum, kemaksiatan, kekejian, kezaliman, dan semacamnya di tengah masyarakat tetapi tetap senyum-senyum seolah tanpa dosa, seolah innocent, bahkan berusaha untuk melakukan manuver-manuver politik dan intrik-intrik hukum agar posisinya yang jelas bersalah dilegitimasi sebagai orang suci tanpa dosa. Inilah yang disebut penipuan hukum, legal divices, yang dalam bahasa agama disebut kemunafikan, kezaliman dan kefasikan yang masih banyak terjadi di negeri yang disebut religius dan berbudaya luhur ini.

Justru setelah mengikuti Diklat sebulan dalam bulan Ramadhan dan sukses melaksanakan sejumlah amaliyah ramadhan, menurut Syarifuddin Baso, dapat menjadikan jiwa orang-orang mukmin menjadi bersih dan suci, menjadi insan yang penuh cinta dan kasih kepada sesama, mengembalikan manusia kepada fithrah dengan menonjolkan sifat-sifat fithrawi yang penuh kearifan, kelapangan dada, kebesaran jiwa, kerendah hatian, kepekaaan terhadap kaum tak berdaya, kepedulian terhadap kesulitan orang lain, sikap persahabatan yang tulus terhadap sesama umat Islam, persaudaraan yang penuh cinta dan toleransi dengan sesama umat manusia, serta hidup secara damai dengan sesama makhluk di alam semesta.

Allahu Akbar…..Allahu Akbar…..Allahu Akbar

Lailaha Illalahu Allahu Akbar

Allahu Akbar wa Lilllahi ilham

SelamatIdul Fitri 1 Syawal 1433 H/ 19 Agustus 2012

Maaf Lahir dan Bathin !

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun