Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Idul Fitri Menetes Air Mata

18 Juli 2015   16:34 Diperbarui: 18 Juli 2015   16:34 23613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Suasana beberapa saat sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1436 H di alun-alun eks MTQ k ota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"][/caption]

Lebih dari 10.000 jamaah shalat id (Idul Fitri) 1 Syawal 1436 H (Jumat,17 Juli 2015 M) yang memadati alun-alun eks MTQ di pusat kota Kendari, ibukota provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tampak sebagian besar terisak menetes air mata, saat khatib memanjatkan doa.

Melalui paparan khotbah Idul Fitri bertema ‘’Puasa Mencegah Manusia Bersifat Tamak (Keserakahan)’’ yang disampaikan DR Sukring Syamsuddin, M.Pd.i, Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam MUI provinsi Sultra menyampaikan pesan moril, bahwa serakah adalah salah satu dari penyakit hati dan mempunyai efek sosial yang berbahaya. Orang yang serakah selalu menginginkan sesuatu lebih banyak, tidak peduli apakah cara yang ditempuh dibenarkan oleh syariat atau tidak.

Bahkan untuk memenuhi keserakahannya, orang serakah seringkali tidak peduli walaupun harus mengorbankan kehormatan orang lain termasuk kehormatan dirinya sendiri. Baginya yang terpenting adalah bagaimana kebutuhan nafsu syahwatnya terpenuhi. Oleh karena efek bahayanya itu, bila tidak segera dibersihkan penyakit sosial ini dapat menimbulkan malapetaka. Keserakahan akan membuat mata hati dan pendengaran seseorang menjadi tumpul.

Serakah, katanya, juga menjadi pintu masuknya setan ke dalam hati seseorang, dan setan pun akan menghiasinya dengan sifat-sifat tercela lainnya. Lebih celaka lagi, orang yang serakah selalu menganggap baik apa yang dilakukannya, meski kebanyakan orang melihatnya sebagai suatu keburukan.

Justru diingatkan, ramadhan bulan puasa yang baru saja berlalu sebagai strategi untuk melahirkan manusia ideal yaitu manusia yang ikhlas, shaleh kuat hati nurani dan kesadarannya setara dengan ketinggian dan kecemerlangan otaknya yang tanpa noda. Hatinya tercurah pada keindahan dan kebeningan rohaninya, seirama dengan keperkasaannya menguasai bumi, gunung, dan angkasa raya. Di tangannya tergenggam semangat perjuangan, sedangkan dalam dadanya bersemi hati yang penuh kasih sayang, kepalanya berisikan otak yang encer yang haus berpikir, sanubarinya penuh cinta kepada Tuhan. Keterlibatan politiknya tidak menyeretnya kepada keangkuhan dan ria. Ilmunya tidak mengurangi cita keyakinannya. Kesalehannya tidak mengubah menjadi pertapa yang tak berdaya dan kesepian. Dia manusia pejuang dan ijtihad, manusia yang halus perasaan dan pemberani, menghimpun segala dimensi kemanusiaan yang utuh dan unggul.[caption caption="Gubernur Sulawesi Tenggara H Nur Alam tampak menerima ucapan selamat Idul Fitri bebas dari para jamaah usai mengikuti Shalat Id di alun-alun eks MTQ kota Kendari/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

Justeru sebagai umat tempaan ramadhan, Sukring Syamsuddin mengajak, agar mengimplementasikan taqwa sebagai refleksi diri ke dalam wujud nuansa kehidupan pribadi yang berkarakter, yakni manusia yang kokoh jati dirinya, jelas identitasnya dalam segala cuaca, ruang dan waktu. Bersedia memberi dan menerima kebenaran dan dimanapun datangnya, mau mengendalikan diri baik tatkala di atas puncak kekuasaan, puncak prestasi dan keberhasilan maupun dalam musibah, kejatuhan, kegagalan dan kemiskinan sekalipun. Kualitas taqwa seperti itu, katanya, dapat membuat keunggulan dan tampil sebagai pelopor pembangunan.

Pelaksanaan shalat Id di alun-alun eks MTQ kota Kendari dilaksanakan oleh PHBI Provinsi Sultra. Selain khatib Sukring Syamsuddin terdengar terputus-putus dan terisak ketika membaca doa yang merupakan bagian dari khotbah kedua. Sebagian besar dari lebih 10.000-an jamaah shalat id yang duduk tekun mengikuti penyampaian khotbah di alun-alun arah timur Tugu Persatuan yang dijuluki sebagai Monasnya kota Kendari tersebut, tampak ikut terisak, dan di deretan jamaah wanita bahkan terdengar banyak yang terseduh berlinang air mata. Gubernur Sulawesi Tenggara H Nur Alam yang mengikuti shalat id juga tampak terharu dengan mata berkaca-kaca.

[caption caption="Sepanjang tepian kolam alun-alun eks MTQ kota Kendari juga dipadati jamaah shalat Idul Fitri 1 Syawal 1436 H/Ft: Mahaji Noesa"]

[/caption]

Inilah petikan sebagian ucapan doa di khotbah kedua Sukring Syamsuddin yang mengharukan tersebut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun