Mohon tunggu...
M Agung Nugraha
M Agung Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Saya merupakan seorang mahasiswa jurnalistik yang sangat tertarik untuk membuat sebuah informasi mengenai pariwisata, dan seni budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal dan Melestarikan Kesenian Domyak

18 Mei 2022   07:07 Diperbarui: 18 Mei 2022   09:42 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Selain dengan pesona wisata alamnya yang begitu indah Indonesia juga memiliki kesenian dan budaya yang begitu beragam. Bahkan Indonesia dijuliki sebagai negeri 1000 budaya. Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan dan kesenian masaing-masing contohnya di Kabupaten Purwakarta memiliki kebudayaan yang bernama Domyak.

Domyak kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di kaki gunung burangrang, Desa Pasirangin Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta. Kesenian domyak merupakan ritual pemanggilan hujan yang dilakukan dengan memainkan alat musik tabuhan seperti dogdog, bedug, kenong, gong, tarompet, dan angklung sambil diiringi tari.

Pada awalnya kesenian ini lahir pada 1920an dan bernama buncis namun telah berubah pada tahun 1990 menjadi Domyak yang berarti ngadodog yang merupakan alat music yang digunkan untuk mengiringi ritual, dan Rampayak yang berarti menari. 

Prosesi ini adawali dengan iring-iringan menuju mata air. Kemudian hal unik pada kesenian ini yaitu memandikan kucing sebagai ritual pemanggilan Hujan. Setelah prosesi ritual selesai kemudian dilanjutkan dengan hiburan-hiburan seperti penampilan tarian, mandi lumpur, dan ngibing pencak silat.

Kesenian Domyak ini telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Namun sangat disayangkan budaya ini kurang familiar dikalangan masyarakat Indonesia, budaya yang merupakan sebuah identitas bangsa yang dimana seharusnya kita mengenal budaya kita sendiri.

Akulturasi budaya luar menjadi salah satu faktor hilangnya budaya lokal, namun hal tersebut dapat kita cegah dengan cara mengimbangi antara mengenal budaya luar dan budaya lokal.  Tentu saja sebagai generasi penerus bangsa, kita sudah sepatutnya untuk mengenal dan melestarikan budaya tersebut agar tetap lestari dan tidak hilang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun