Mohon tunggu...
Mutia Ramadhani
Mutia Ramadhani Mohon Tunggu... Mutia Ramadhani

Certified author, eks-jurnalis ekonomi dan lingkungan, kini berperan sebagai full-time mom sekaligus novelis, blogger, dan content writer. Founder Rimbawan Menulis (Rimbalis) yang aktif mengeksplorasi dunia literasi dan isu lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

G-Dragon, Ekspor Non-Migas Korea Paling Berkilau di KTT APEC 2025

24 Juli 2025   12:35 Diperbarui: 25 Juli 2025   14:15 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
G-Dragon, Duta APEC 2025 (Sumber Gambar: Instagram/@xxxibgdrgn

Ketika dunia masih bergulat dengan pemulihan pasca-pandemi, disrupsi rantai pasok, hingga pergeseran geopolitik Asia-Pasifik, saya membaca satu berita hari ini di Korea Herald, dan menurut saya cukup mengejutkan. 

Bintang K-pop G-Dragon, atau Kwon Ji-yong, resmi ditunjuk sebagai duta kehormatan untuk KTT APEC 2025 yang akan digelar di Gyeongju, Korea Selatan.

Sekilas, keputusan ini mungkin terlihat seperti marketing biasa. Tapi setelah ditelaah lebih dalam, menurut saya ini langkah diplomasi ekonomi yang cerdas dan strategis bagi Negeri Gingseng. Sebuah pernyataan besar, bahwa ekspor non-migas terbaik Korea bukan barang, tapi manusia bernama G-Dragon.

APEC bukan sebatas forum kepala negara sebagaimana citranya selama ini. Saya langsung terkenang masa-masa jadi jurnalis ekonomi dahulu.

Selama sepekan penuh, 1-8 Oktober 2013, meliput langsung KTT APEC di Bali, dari ruang media hingga lorong-lorong hotel tempat para pejabat tinggi dunia mondar-mandir.

Kenangan liputan eksklusif APEC 2013 (Foto: docpri)
Kenangan liputan eksklusif APEC 2013 (Foto: docpri)

Kenangan liputan eksklusif APEC 2013 (Foto: docpri)
Kenangan liputan eksklusif APEC 2013 (Foto: docpri)

Saya teringat ketika Presiden Meksiko tiba di bawah pengamanan ketat, atau ketika CEO dari Alibaba berbicara tentang masa depan e-commerce di kawasan Pasifik yang waktu itu belum seramai sekarang.

Di sinilah saya menyadari, APEC bukan sekadar diplomasi politik, melainkan panggung raksasa tempat 21 ekonomi terbesar di lingkaran Pasifik merundingkan masa depan perdagangan bebas, kolaborasi regional, dan inovasi berkelanjutan.

Dan sekarang, melihat G-Dragon didapuk sebagai wajah APEC 2025, saya membayangkan betapa jauh arah forum ini berkembang. Lebih inklusif, lebih dinamis, dan mungkin juga lebih... pop.

G-Dragon sebagai Representasi Nilai APEC: Konektivitas dan Keberlanjutan

Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menjelaskan bahwa G-Dragon dipilih karena dianggap mewakili nilai inti APEC, yaitu konektivitas dan keberlanjutan.

Leader grup BIGBANG ini adalah simbol kreativitas lintas batas dan ikon global yang bisa menjembatani audiens dari generasi muda, kreator, hingga pelaku industri.

Bagi Korea Selatan, konektivitas bukan cuma soal kabel bawah laut atau pelabuhan logistik. Sebagaimana diketahui, Korea Selatan tidak memiliki cadangan besar minyak bumi, gas alam, atau batu bara. Mereka sangat bergantung pada impor energi dan bahan mentah dari luar negeri.

Hal ini membuat negara ini tidak memiliki keunggulan komparatif alami seperti Indonesia (dengan tambang dan hutan), atau negara Timur Tengah (dengan minyak).

Maka, saat negara ini bicara soal konektivitas, sudahlah pasti berkaitan dengan pengaruh budaya, bagaimana satu individu bisa menjadi jembatan ekonomi yang tidak kasat mata. 

Dalam tiga dekade terakhir berkarier, G-Dragon adalah produk unggulan ekspor Korea Selatan di sektor budaya, sama pentingnya dengan semikonduktor di sektor teknologi.

Dengan basis penggemar lintas benua dan rekam jejak komersial yang mencetak miliaran won, G-Dragon adalah aset yang nilainya terus naik, bukan di bursa saham, tapi di benak publik global.

Dia selama ini telah membuktikan dirinya musisi sekaligus brand hidup, produk budaya yang telah menembus pasar Asia, Eropa, bahkan Amerika Latin. 

Dalam satu dekade terakhir, ia telah menjadi wajah dari Chanel, Nike, Hyundai hingga startup NFT. Dengan basis penggemar lintas benua, G-Dragon adalah figur ideal untuk mengomunikasikan pesan APEC dalam bahasa yang lebih pop.

Diplomasi Ekonomi ala Korea Selatan

Penunjukan G-Dragon ini sejatinya bukan kebetulan. Ia adalah bagian dari pola besar "soft power diplomacy" Korea Selatan yang telah lama menjadikan budaya populer sebagai senjata utama dalam strategi ekonomi global.

Jika BTS menjadi wajah K-pop generasi keempat yang mendunia, maka G-Dragon dan grupnya, BIGBANG, adalah pelopor nyata dalam menjembatani budaya Korea dengan pasar Asia, Eropa, dan Amerika Latin pada masanya.

Masih lekat di ingatan publik bagaimana Super Junior, 2PM, dan BIGBANG menjadi tiga grup K-pop pertama dari agensi Big 3 yang menjejakkan kaki di Indonesia, membuka jalan bagi gelombang konser K-pop berikutnya di Tanah Air. 

Mereka bukan hanya tampil di panggung, tapi membentuk awal dari ekosistem fandom yang kini tumbuh subur, lengkap dengan merchandise, pariwisata konser, hingga industri kreatif lokal yang dinikmati anak-anak muda saat ini.

Konser BIGBANG di Jakarta pada tahun 2012, misalnya, adalah awal dari transformasi perilaku konsumsi budaya anak muda Indonesia, yang kemudian berdampak pada naiknya permintaan produk Korea, mulai dari fashion, skincare, makanan, hingga bahasa dan pendidikan.

Itu juga sebabnya G-Dragon acap disebut salah satu solois K-Pop yang menjadi arsitek awal ekspansi kultural Korea di Asia, dan hingga hari ini, tetap relevan sebagai simbol kreativitas yang menembus batas negara dan generasi.

Dalam konteks ini, memilih G-Dragon sebagai duta kehormatan APEC 2025 adalah langkah strategis yang memperluas definisi economic diplomacy.

Bukan lagi perkara lobi antarnegara, negosiasi tarif, atau pembukaan pasar, tapi tentang bagaimana menciptakan narasi ekonomi yang melekat di benak generasi muda. Narasi yang tidak dibangun dengan pidato formal, melainkan dengan musik, visual, bahasa desain, dan pengalaman emosional.

Menurut Korea Foundation, ekspor budaya Korea atau hallyu menyumbang lebih dari USD 12 miliar pada 2022, dan efek dominonya terasa ke berbagai sektor, mulai dari pariwisata, pendidikan, FDI (Foreign Direct Investment), hingga perdagangan digital.

Di banyak negara, termasuk Indonesia, fandom K-pop bahkan telah menjadi pasar tersendiri, lengkap dengan daya beli dan orientasi gaya hidup yang membentuk preferensi ekonomi baru.

Maka penunjukan G-Dragon sebagai wajah APEC 2025 adalah investasi jangka panjang dalam ekuitas budaya Korea, sekaligus respons atas tantangan baru dalam membangun keterhubungan ekonomi di era digital, di mana pengaruh seorang artis bisa melampaui duta besar.

KTT APEC 2025 di Kota Budaya

KTT APEC 2025 akan digelar di Gyeongju. Lokasinya saja adalah kota warisan budaya yang dulunya adalah ibu kota Dinasti Silla. Gyeongju menyimpan jejak sejarah Korea ribuan tahun lamanya. Di sana, peradaban dan teknologi masa lalu berpadu dengan visi masa depan digital dan hijau.

APEC tahun ini juga menjadi panggung penting bagi Korea Selatan untuk membuktikan diri pasca dinamika politik dalam negeri yang sempat mengganggu reputasi globalnya di era Presiden sebelumnya.

Perdana Menteri Kim Min-seok bahkan menyebut KTT ini sebagai momen "membuktikan kekuatan demokrasi dan martabat budaya Korea kepada dunia."

Dalam kerangka ini, penunjukan G-Dragon menjadi bagian dari "narrative crafting" yang cerdas. Korea Selatan ingin tampil sebagai negara yang kuat secara teknologi, industri, juga memimpin dalam bidang kreatif, inklusif, dan berkelanjutan.

Sebagai duta kehormatan APEC, G-Dragon akan tampil dalam berbagai materi promosi, termasuk video global yang diproduksi oleh Shin Woo-seok, sutradara kreatif ternama dan pendiri Dolphiners Films. 

Ini berarti gaya visual yang artistik, sinematik, dan tentu sangat K-pop, kombinasi ideal untuk menyasar audiens Gen Z dan milenial di kawasan APEC yang jumlahnya mencapai ratusan juta jiwa.

Bukan rahasia lagi, generasi muda saat ini adalah influencer ekonomi. Mereka adalah konsumen budaya sekaligus pembentuk tren gaya hidup, penentu arah inovasi teknologi, hingga penggerak gerakan keberlanjutan. Dalam konteks ini, menjadikan G-Dragon sebagai juru bicara APEC bukan hanya efektif, tapi juga relevan secara ekonomi global.

Perspektif Ekonomi Global dengan Pop Culture

Secara global, penunjukan figur budaya populer ke dalam forum ekonomi bukan hal baru. Shakira pernah menjadi sorotan besar saat menerima Crystal Award di Word Economic Forum 2017 di Davos. Angelina Jolie pernah membawa narasi ekonomi inklusif beberapa kali di ajang serupa.

BTS pernah dihadirkan di Sidang Umum PBB 2021, dan BlackPink sebagai Duta COP26 untuk kampanye perubahan iklim di UK pada tahun yang sama. 

Dalam era pasca-pandemi, ekonomi dunia bergerak ke arah yang lebih experience-based dan story-driven. Produk tidak lagi bersaing hanya soal fungsi, tapi juga soal nilai emosional dan simbolik. Inilah mengapa budaya menjadi bagian penting dari keunggulan komparatif baru.

Negara seperti Jepang telah lama memanfaatkan karakter seperti Doraemon dan Hello Kitty untuk soft diplomacy mereka. Akan tetapi, Korea Selatan melangkah lebih jauh, menjadikan artis K-pop sebagai wajah dari forum global yang biasanya penuh jas dan dasi. Ini adalah cara baru mereka menyampaikan pesan ekonomi dengan bahasa visual, musik, dan gaya hidup.

Risiko? Tentu Ada, tapi Potensinya Tak Main-Main.

Tentu saja, penunjukan G-Dragon sebagai duta kehormatan APEC 2025 mengundang pertanyaan kritis di kalangan pengamat ekonomi dan diplomasi. Apakah forum sebesar APEC akan tergelincir menjadi sekadar branding exercise?

Kekhawatiran ini valid, terutama karena APEC selama ini dikenal sebagai arena serius yang mempertemukan kepala negara dari 21 ekonomi terbesar di dunia, dari Amerika Serikat, China, Jepang, hingga Australia. 

Di forum inilah dibahas isu-isu strategis seperti liberalisasi perdagangan, kerjasama digital lintas batas, kebijakan energi hijau, hingga reformasi struktur ekonomi pascapandemi. Maka wajar jika sebagian pihak khawatir kehadiran figur K-pop bisa "mencairkan" nuansa kebijakan yang selama ini dianggap eksklusif.

Namun, pendekatan Korea Selatan ini sebetulnya sangat visioner dan berpotensi besar jika dikemas dengan narasi yang tepat. G-Dragon adalah wajah dari sektor ekonomi kreatif Asia yang selalu berada di puncak, dan mungkin satu-satunya "ekspor non-migas" yang bisa membuat ratusan juta mata dunia melirik Gyeongju 2025.

APEC bukan hanya forum teknokrat, tapi juga platform multipihak yang menampung pemimpin bisnis, pelaku UMKM, inovator, startup, dan tentu saja, generasi muda. Dan faktanya, kelompok usia 18--35 tahun di wilayah APEC kini mencakup lebih dari 800 juta jiwa, dengan kontribusi ekonomi yang kian masif. 

Menurut data McKinsey (2023), Gen Z dan milenial di kawasan Asia-Pasifik berkontribusi hampir 40% terhadap konsumsi digital dan lebih dari USD 2 triliun terhadap belanja konsumen tahunan. G-Dragon, dengan branding kuat di industri fesyen, hiburan, hingga digital art, mewakili segmen ekonomi baru yang selama ini sulit dijangkau oleh forum-forum seperti APEC. 

Ia wajah dari ekonomi kreatif itu sendiri, yang menurut laporan UNESCO, menyumbang lebih dari USD 1,5 triliun per tahun secara global, dan tumbuh 2,5x lebih cepat dari sektor manufaktur tradisional.

Di Asia, pertumbuhan ekonomi kreatif dipimpin oleh sektor musik, gaming, desain, dan konten digital. As we know, semua itu merupakan ekosistem tempat G-Dragon hidup dan berkarya.

Jadi, jika G-Dragon hanya muncul sebagai selebritas poster boy tanpa narasi yang kuat tentang konektivitas ekonomi, inovasi lintas budaya, dan keberlanjutan generasi muda, maka memang efeknya bisa dangkal, sebatas gimmick.

Tapi jika kampanye ini berhasil membumikan isu APEC, seperti inklusi digital, perdagangan lintas negara, green economy, dan transformasi UMKM, maka ini bisa menjadi studi kasus baru dalam diplomasi ekonomi abad ke-21.

Dan ini bukan sekadar teori. G-Dragon adalah aset ekonomi nyata. Sebagai contoh, kolaborasinya dengan Nike untuk sneaker "Kwondo 1" ludes terjual dalam hitungan menit, mencetak penjualan global bernilai jutaan dolar hanya dalam satu kali kampanye.

Ketika ia masih aktif dengan BIGBANG, tour "MADE" tahun 2015 menghasilkan lebih dari USD 70 juta, menjadikannya salah satu tur artis Asia dengan pendapatan tertinggi dalam dekade itu.

Di bidang seni digital dan NFT, G-Dragon menjelajah proyek yang menjangkau pasar baru di sektor blockchain, yang nilainya diproyeksikan melampaui USD 230 miliar global pada 2030. Semua ini membuktikan bahwa influencer budaya seperti G-Dragon adalah pelaku ekonomi digital lintas sektor.

Dengan kata lain, risiko dari pendekatan pop culture memang ada, tetapi jika dikelola dengan narasi yang selaras dengan agenda strategis APEC, justru inilah cara terbaik untuk membuat diplomasi ekonomi lebih relevan dan partisipatif. 

Karena di era sekarang, kepercayaan publik dan partisipasi pasar tidak lagi dibangun lewat angka di spreadsheet, tetapi lewat cerita, representasi, dan figur yang dipercaya. Dan di titik ini, G-Dragon punya semuanya.

Jelang 100 hari menuju APEC 2025, Korea Selatan tampak serius. Infrastruktur disiapkan, undangan sudah dikirim ke semua negara anggota, dan inspeksi lapangan dilakukan setiap minggu oleh Perdana Menteri, tapi langkah paling simbolik dan berdampak luas mungkin justru penunjukan G-Dragon itu sendiri.

G-Dragon akan mewakili Korea Selatan, mewakili kemungkinan bahwa forum-forum ekonomi dunia bisa tampil lebih inklusif, lebih komunikatif, dan lebih terhubung dengan denyut kehidupan sehari-hari masyarakat muda global.

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun