Di forum inilah dibahas isu-isu strategis seperti liberalisasi perdagangan, kerjasama digital lintas batas, kebijakan energi hijau, hingga reformasi struktur ekonomi pascapandemi. Maka wajar jika sebagian pihak khawatir kehadiran figur K-pop bisa "mencairkan" nuansa kebijakan yang selama ini dianggap eksklusif.
Namun, pendekatan Korea Selatan ini sebetulnya sangat visioner dan berpotensi besar jika dikemas dengan narasi yang tepat. G-Dragon adalah wajah dari sektor ekonomi kreatif Asia yang selalu berada di puncak, dan mungkin satu-satunya "ekspor non-migas" yang bisa membuat ratusan juta mata dunia melirik Gyeongju 2025.
APEC bukan hanya forum teknokrat, tapi juga platform multipihak yang menampung pemimpin bisnis, pelaku UMKM, inovator, startup, dan tentu saja, generasi muda. Dan faktanya, kelompok usia 18--35 tahun di wilayah APEC kini mencakup lebih dari 800 juta jiwa, dengan kontribusi ekonomi yang kian masif.Â
Menurut data McKinsey (2023), Gen Z dan milenial di kawasan Asia-Pasifik berkontribusi hampir 40% terhadap konsumsi digital dan lebih dari USD 2 triliun terhadap belanja konsumen tahunan. G-Dragon, dengan branding kuat di industri fesyen, hiburan, hingga digital art, mewakili segmen ekonomi baru yang selama ini sulit dijangkau oleh forum-forum seperti APEC.Â
Ia wajah dari ekonomi kreatif itu sendiri, yang menurut laporan UNESCO, menyumbang lebih dari USD 1,5 triliun per tahun secara global, dan tumbuh 2,5x lebih cepat dari sektor manufaktur tradisional.
Di Asia, pertumbuhan ekonomi kreatif dipimpin oleh sektor musik, gaming, desain, dan konten digital. As we know, semua itu merupakan ekosistem tempat G-Dragon hidup dan berkarya.
Jadi, jika G-Dragon hanya muncul sebagai selebritas poster boy tanpa narasi yang kuat tentang konektivitas ekonomi, inovasi lintas budaya, dan keberlanjutan generasi muda, maka memang efeknya bisa dangkal, sebatas gimmick.
Tapi jika kampanye ini berhasil membumikan isu APEC, seperti inklusi digital, perdagangan lintas negara, green economy, dan transformasi UMKM, maka ini bisa menjadi studi kasus baru dalam diplomasi ekonomi abad ke-21.
Dan ini bukan sekadar teori. G-Dragon adalah aset ekonomi nyata. Sebagai contoh, kolaborasinya dengan Nike untuk sneaker "Kwondo 1" ludes terjual dalam hitungan menit, mencetak penjualan global bernilai jutaan dolar hanya dalam satu kali kampanye.
Ketika ia masih aktif dengan BIGBANG, tour "MADE" tahun 2015 menghasilkan lebih dari USD 70 juta, menjadikannya salah satu tur artis Asia dengan pendapatan tertinggi dalam dekade itu.
Di bidang seni digital dan NFT, G-Dragon menjelajah proyek yang menjangkau pasar baru di sektor blockchain, yang nilainya diproyeksikan melampaui USD 230 miliar global pada 2030. Semua ini membuktikan bahwa influencer budaya seperti G-Dragon adalah pelaku ekonomi digital lintas sektor.