Mohon tunggu...
little fufu
little fufu Mohon Tunggu... Jurnalis - Pembelajar aktif

manusia sanguin kholeris yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Music

Suarakan dengan Bernyanyi: Cara Kreatif Untuk Menyampaikan Permohonan

27 November 2020   16:15 Diperbarui: 27 November 2020   16:39 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Aku pengen ayam geprek, Abi ayo kita mampir!"

Kalimat diatas adalah penggalan lirik dari lagu yang secara spontanitas tersusun oleh anak yang belum genap berusia 6 tahun. Kalimat tersebut diucapkan dengan cara bersenandung penuh harap, irama yang digunakannya pun tampak asing di telinga saya. Mendengar Putra yang baru saja bernyanyi seperti itu, membuat sesiapa yang medengarnya tertawa. Sakan-akan kami langsung tau maksud dan tujuan dari Putra bernyanyi seperti itu. Ya, lagu tersebut adalah lagu milik nya, lagu yang secara spontanitas terucap olehnya. Lagu yang disusun dengan membawa visi yaitu mengkode Abi nya untuk menepi di salah satu waruk geprek di sekitar sana.  

Kejadian tersebut terjadi sekitar beberapa minggu yang lalu, ketika saya diajak oleh Om dan Tante saya untuk ikut serta bersama mereka berlibur. Bukan tanpa alasan sebenarnya, piker saya karena adik sepupu saya yang menginginkan saya ikut bersama mereka. Ketika saya sedang menyusun artikel ini, mengingat kejadian tersebut membuat saya tertawa kecil yang menghasilkan ujung bibir saya naik ke atas. Benar, saya ingin mengangkat kisah tersebut sebagai topic artikel kali ini, yang rencananya akan saya isi tentang cara music menyentuh ranah kreativitas seorang anak.

Di awal, saya sudah menjelaskan bahwa lagu tersebut tersusun untuk merayu Abi nya. Rupanya, cara tersebut sering di gunakan Putra untuk mengutarakan keinginan nya dengan packaging yang berbeda. Hal tersebut saya ketahui ketika Umi nya memberikan sebuah fakta yang belum saya ketahui, "Putra itu mesti gitu mba, kalo dia pengen apa-apa mesti langsung dinyanyiin gitu sampe aku apa Abi nya denger mba, tapi cuma kalo dia minta yang kira-kira bakalan di tolak. Dia kalo pergi kemana-mana itu sukanya ngajak ngandok di warung geprek gitu lo mbak, padahal yo barusan maka biasanya".

Jujur, ketika mendengar fakta tersebut membuat saya semakin gemas dengan Putra, dia sejak dini sudah mampu menyusun strategi bagaimana cara menyampaikan sesuatu kepada orangtua nya yang dianggapnya akan mendapatkan penolakan. Perhatian saya saat itu terfokuskan pada tindakan Putra, tidak pada penolakan yang diberikan oleh Abi-umi nya. Menurut saya, apa yang dilakukan oleh Putra adalah cara berpikir orang kreatif. Menilik arti kreatif yang saya yakini, yaitu suatu kemampuan yang dapat menciptakan sesuatu yang baru dengan cara yang berbeda.

Mengingat arti kreatif tersebut, saya pun meyakini bahwa Putra adalah anak kreatif. Bagaimana tidak? Di umur yang belum genap 6 tahun tersebut, dia memikirkan strategi yang tepat untuk menyampaikan keinginan nya dengan cara yang berbeda, alih-alih memilih merengek, menangis sambil marah, Putra memilih menyampaikan keinginannya dengan cara yang berbeda.

Namun,bagaimana bisa Putra mendapatkan inisiatif tersebut?

Usut punya usut, setelah melalui berbagai macam wawancara antara saya dengan Putra saat itu, membawa saya pada satu kesimpulan. Meski sebetulnya jawaban yang saya dapat adalah jawaban yang absurd, tapi saya rasa di dalamnya memiliki value. Ingin tahu? Jadi begini.

Menurut kesimpulan saya, Putra hanya melakukan apa yang dia suka. Dia menyukai musik, dia menyukai kegiatan menggambar, dia menyukai hewan-hewan, dan masih banyak lagi sesuatu yang dia sukai. Musik, coba tebak jawaban apa yang Putra sampaikan ketika saya bertanya, "Kok kamu suka music?" Jawaban yang membuat saya tertawa sekaligus merinding itu adalah, "Lha, mba fafa suka nyanyi terus kok, makane aku ikut-ikut. Kayae mba fafa seneng gitu kalo nyanyi,makane aku juga ikut-ikut"

What? Se-klise itu? Jujur, mendengar jawaban tersebut membuat saya merasa takut. Rupanya benar adanya, bahwa anak melihat dan anak menyalin apa yang dia lihat. Jadi, saya takut apabila selama saya di dekat Putra saya memberikan contoh yang buruk.

Oke, kembali ke topic. Nah, dari sana dapat diambil beberapa kesimpulan yang dapat menjadi pembelajaran bagi kita, sebagaimana berikut:

  • Jangan halangi anak untuk melakukan apa yang anak suka selama itu baik, tugas orang tua atau orang dewasa yang ada disekitarnya adalah mengarahkan agar anak dapat meneruskan kesukaan anak tersebut pada hal-hal yang positif.
  • Anak adalah seorang peniru yang aktif. Apa yang mereka lihat adalah sebuah bahan belajar bagi anak. Itulah mengapa, jika disekitar kita terdapat anak kecil, kuasai diri kita.
  • Menjadi kreatif adalah sesuatu yang tidak bisa langsung didapatkan, melainkan sesuatu yang diusahakan. Pancing anak, beri anak stimulus yang dapat mengasah cara pikir anak. Stimulus anak dengan sesuatru yang menyenangkan atau kiranya yang anak suka, hal tersebut akan lebih mudah diterima oleh anak.

Banyak diantara kita yang masih menganggap bahwa menyukai musik adalah sesuatu yang dianggap tidak berfaedah. Nyatanya, terdapat contoh nyata yang dapat mengangkat derajat music yang masih memandang music sebelah mata. Nyatanya musik adalah musik. Musik adalah sarana untuk menyampaikan apa yang hendak ingin disampaikan oleh Sang penyanyi melalui lirik lagu. Diketahui bersama, bahwa tidak banyak orang yang dapat menyuarakan isi hati mereka. Banyak yang merasa lebih dapat menyuarakan isi hati mereka melalui puisi, cerita, melukis dan lagu. Layaknya Putra yang ingin mencoba menyuarakan keinginan nya yang diketahui akan mendapatkan penolakan, hanya saja tetap ingin mencoba.

Betapa pentingnya tidak mudah memandang segala sesuatu hanya dengan sebelah mata, bukan? Semua yang ada di dunia memiliki nilai tersendiri. Hanya saja, tidak semua orang dapat melihat itu. Cobalah mengajak pikiran kita untuk senantiasa terbuka, dan tancapkan di dalam pkiran kita bahwa semua memiliki nilai. Sekian.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun