Mohon tunggu...
Muhammad Abdunnaim Alghiffari
Muhammad Abdunnaim Alghiffari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi UNISSULA

Sedang sibuk nongkrong dan kuliah LDR

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Memecah Gelembung Algoritma Pandemi Covid-19

20 Mei 2021   09:23 Diperbarui: 20 Mei 2021   22:31 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di sisi lain ada orang-orang yang lebih memilih untuk mengikuti konten dan informasi seputar hiburan dan gaya hidup saja. Konten dan tayangan seputar liburan, bepergian, menyambangi tempat-tempat makan sering bertengger di lini masa dan halaman jelajah mereka. Ketika ada berita mengenai covid-19 pun berita tersebut memuat kabar positif, tentang menurunnya angka positif dan bebasnya negara lain dari pandemi, misalnya. Akun teman-teman dari orang-orang ini kemudian juga menampilkan hal serupa dan kian mengondisikan pikiran mereka bahwa covid-19 adalah hal yang biasa saja ; semuanya masih berjalan baik.

Suara-suara senada orang-orang lain yang bersahutan seakan memplaster tembok ruang ini menjadi lebih tebal, sehingga jikalau pengguna menemukan informasi genting mengenai covid-19, ia tetap akan memertahankan anggapan sebelumnya. Kondisi baru akan berubah ketika orang terdekat mereka ternyata positif Covid-19 dan mereka bisa menyaksikan sendiri kebenarannya.

Terdapat juga ruang-ruang lain yang di dalamya bergema bahwa Covid-19 sebenarnya tidak nyata. Sebagian masyarakat mungkin akan menanggap orang-orang ini kurang melek, namun itulah yang terjadi ketika seseorang sudah terjebak dalam ruang gema.

Bukannya kurang melek, orang-orang ini sebenarnya juga mempunyai kesempatan dan sarana media yang sama dalam mengakses informasi dan kabar. Namun Informasi dan kabar yang mengaliri lini masa mereka berbeda dengan orang-orang di ruangan lain. Muatannya bisa berupa konspirasi-konspirasi Covid-19 beserta berbagai penjelasan logisnya, berita tentang menurunnya angka positif akibat vaksin ternyata merupakan pengaruh dari tes-tes yang menurun, dan kabar-kabar kontroversi lain. Orang-orang lain dalam satu ruangan akan mengamini hal tersebut dan akhirnya keyakinan mereka semakin kuat.

Sejatinya Informasi dan kabar yang hadir  tidak selalu absolut bersifat homogen atau berisikan satu jenis saja. Cakupan substansi dari informasi dan kabar tersebur masih tetap beragam, kendati ketika seseorang sudah berada di dalam echo chamber, berlaku juga mekanisme psikologis "bias confirmation" dimana orang-orang hanya mau membaca, memahami, dan mempercayai informasi dan kabar yang ia mau dan sejalan dengan pandangan awalnya. Diselipkannya fitur "tidak tertarik" yang terdapat di halaman jelajah beberapa media sosial, semakin menjauhkan orang-orang ini dari keberagaman dan keberimbangan informasi dan fakta yang beredar di lingkungan digital mereka.

Selain new media, media massa konvensional seperti televisi juga sebenarnya memiliki peranan dalam mengondisikan pikiran masyarakat. Namun informasi yang ditayangkan bersifat beragam dan tidak hanya menuruti satu golongan preferensi saja karena frekuensi yang digunakan adalah frekuensi publik. Peranan media massa disini dijelaskan dalam teori kultivasi, dimana seseorang yang terus-menerus terpapar oleh sebuah informasi di layar kaca, ia akan memercayai informasi tersebut sebagai sebuah kebenaran di dunia nyata. Tetapi kurangnya sarana komunikasi dua arah dan diskusi langsung yang menjadi keunggulan new media menjadikan kultivasi hanya berlaku di beberapa kalangan saja. Bagaimana pun semua jenis media akan berdampak pada pembentukan sikap dan tindakan masyarakat di tengah Pandemi Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun