"Cetik buatanku ini sudah aku naikkan kekuatannya. Dalam waktu kurang dari satu jam, korban akan langsung meninggal tanpa meninggalkan bekas apapun. Tapi ingat, jangan sampai air cetik ini mengenai kulitmu dan meresap kedalam pori-pori kulitmu. Atau nyawamu akan melayang."
Pesan si balian diingat baik oleh Wayan. Itulah sebabnya ia meminjam jaket milik sopir Gojek yang mengantarnya tadi.
Dalam adu fisik sore itu, Ni Luh memberontak. Ia berusaha melawan Wayan yang mendorongnya ke ranjang. Satu tendangan membuat Wayan tersungkur ke lantai. Tas ransel milik Wayan terlempar.
Ni Luh berteriak sekencang-kencangnya. Namun Wayan menarik tubuh Ni Luh kembali. Ia membekap Ni Luh dengan bantal. Ni Luh tak mau kalah, ia mencekik leher Wayan sekuat tenaga dan mencakar-cakar wajah Wayan hingga membuat maskernya terlepas.
Wayan naik pitam, ia memukuli wajah Ni Luh dengan bantal seperti gerakan orang menusukkan pisau. Mereka terlibat adu fisik yang hebat.
Pandangan Rudi tiba-tiba teralihkan. Saat tengah asyik melukis, samar-samar Rudi melihat dua orang di balik tirai kamar Ni Luh. Rudi terhentak, ia bergegas keluar dari kamar. Sialnya, lift yang ada di unit lantai kamar Rudi sedang dipakai. Sehingga ia harus berjalan melewati anak tangga. Ia mempercepat langkahnya agar segera sampai di kamar apartemen Ni Luh.
Tugas Wayan selesai. Ia telah menuangkan isi botol tupperware ke mulut Ni Luh tanpa sisa saat wanita itu pingsan. Kamar apartemen telah rapi. Ia mengambil tas ransel dan botol miliknya. Setelah memakai masker, ia segera pergi meninggalkan Ni Luh meregang nyawa di ranjang.
Rudi akhirnya tiba di pelataran apartemen Ni Luh. Saat memasuki gerbang apartemen, Rudi berpapasan dengan seorang lelaki yang memakai jaket hijau. Ia menutupi wajahnya dengan masker. Ia sempat menatap Rudi sejenak. Lalu menganggukkan kepala dan pergi begitu saja.
"Aku sudah selesai mengantar makanan untuk nenekku, ini aku kembalikan jaketmu. Sekarang antar aku ke bandara." perintah Wayan.
Dengan pikiran tak karuan, Rudi berlari ke dalam apartemen Ni Luh. Teriakan sekuriti yang sedang berjaga di pos keamanan tidak dihiraukan olehnya. Ia bergegas masuk lift dan menekan tombol angka 3.
Sayangnya, nyawa Ni Luh tak terselamatkan. Rudi menemukan Ni Luh sudah tidak bernyawa di ranjang. Tak lama kemudian muncullah petugas sekuriti. Melihat ada korban di kamar itu, petugas langsung menelpon polisi dan mengamankan Rudi yang berdiri terpaku di depan jasad Ni Luh.
"Ni Luh..." gumam Rudi pelan.
***