Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Permafrost (Part 2)-Novosibirsk

10 Februari 2020   10:08 Diperbarui: 10 Februari 2020   10:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

     Malam hari setelah pulang dari bermain ski, tubuh Valerya mengalami panas yang cukup hebat. Orangtuanya menganggap hal itu sebagai hal biasa. Sehingga mereka hanya mengompres dan memberi Valerya obat penurun demam. Perlahan panas di tubuh Valerya berangsur-angsur menurun. Orangtuanya mulai tenang melihat putrinya bisa tidur nyenyak malam itu.

     Namun takdir berkata lain. Keesokan pagi saat ibu Valerya mengantarkan sarapan ke kamarnya, wanita itu menemukan Valerya mengalami pendarahan hebat di hidung, mulut dan telinganya. Mereka segera menghubungi dokter pribadi keluarga. Dr. Alena Koltsov. Seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang bertugas di Rumah Sakit Saint Petersburg.

Namun sayang, virus itu telah menyerang aliran darahnya. Menimbulkan gangguan pembekuan darah, merusak dinding pembuluh darahnya sehingga memicu pendarahan hebat pada organ tubuhnya. Valerya akhirnya meninggal sebelum pertolongan medis datang.

     Dua jam kemudian, Dr. Alena Koltsov akhirnya tiba dirumah Valerya. Ia meminta maaf atas keterlambatannya. Sebab saat mereka menghubunginya, ia sedang ada pertemuan dengan direksi rumah sakit yang tidak bisa ia tinggalkan. Orang tua Valerya bisa menerima alasan dokter itu. Ia tidak menyalahkannya. Sebab setengah jam setelah mereka menghubungi dokter itu, Valerya sudah tidak bernyawa lagi.

     Sebagai dokter keluarga Valerya, Dr. Alena Koltsov merasa ikut kehilangan. Ia telah menjadi dokter keluarga itu sejak Valerya masih kecil. Hubungan diantara mereka sudah sangat dekat.

"Maafkan aku Nyonya, aku terlambat menolongnya."

"Tidak apa-apa dokter. Ini bukan salahmu."

"Dimana jasad Valerya sekarang? Aku ingin melihatnya."

"Maafkan aku dokter, ayahnya telah membawanya ke rumah duka." ucap ibu Valerya.

     Sore itu, pemakaman Valerya dihadiri oleh teman dan kerabatnya. Sebelum dimakamkan, mereka saling memberikan penghormatan terakhir untuknya. Ekspresi para pelayat nampak aneh. Bukan ekspresi kesedihan. Melainkan ekspresi jijik. Mereka berusaha menyembunyikan ekspresi mereka dengan menggunakan sapu tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun