Kalau kamu mahasiswa Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), besar kemungkinan kamu sudah familiar dengan istilah Agile, Scrum, atau sprint. Kita belajar itu dalam mata kuliah Manajemen Proyek Perangkat Lunak atau saat bikin proyek tim di kelas.
Tapi pernahkah kamu membayangkan bahwa metode Agile yang kita anggap "khusus buat programmer" ternyata sudah digunakan oleh insinyur mesin, teknisi mobil listrik, bahkan pabrik manufaktur?
Itulah yang membuat saya tercengang saat membaca artikel "Software Engineering Methods in Other Engineering Disciplines" oleh Jeff Gray dan Bernhard Rumpe (2018). Artikel ini sebenarnya editorial pendek, tapi isinya bikin mikir dalam: software engineering, khususnya metode Agile, sudah jadi gaya kerja lintas disiplin teknik.
Dari IT ke Dunia Nyata: Agility di Bengkel Mobil Listrik
Salah satu kisah yang dibahas di artikel ini adalah tentang StreetScooter, mobil listrik yang dikembangkan di Jerman. Uniknya, tim pengembangnya bukan cuma programmer, tapi insinyur teknik mesin. Dan tahukah kamu metode apa yang mereka gunakan?
Agile.
Dalam wawancara di TV Jerman, Profesor Gnther Schuh (yang memimpin proyek ini) bilang: "Kami tidak mengikuti cara konvensional teknik mesin yang kaku. Kami pakai prinsip ilmu komputer."
Apa artinya? Mereka bekerja iteratif. Mereka uji langsung. Mereka feedback cepat. Dan hasilnya: mobil listrik itu bisa diproduksi lebih cepat dan fleksibel dibanding mobil biasa.
Agile Bukan Cuma Buat Ngoding
Ini pelajaran besar bagi kita mahasiswa RPL: Agile bukan cuma metode manajemen proyek TI. Agile adalah cara berpikir.