Mohon tunggu...
Ramli AT
Ramli AT Mohon Tunggu...

Lahir dan tumbuh di Bantimurung, sejauh 39 Km di timur laut pusat Kota Makassar. Sangat menikmati kehidupan di kampungnya yang berdinding deretan bukit karst terjal yang kokoh, dan berpenduduk baik hati. Memudahkan diri berbahagia melalui paduan kerja keras, bersyukur, dan menumbuhkan kegemaran baru yang positif. Meski pun merasa berbakat pas-pasan, tetapi selalu berhasrat menulis untuk berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pasar Kaget, Apa Saja yang Dijual?

21 April 2010   23:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:39 3022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_123323" align="alignleft" width="300" caption="Suasana di Pasar Kaget Kukusan, perbatasan Jakarta (Foto: Ramli AT)"][/caption] Di beberapa kota-kota besar di Indonesia, pasar kaget telah menjadi fenomena perekonomian warga sehar-hari. Besarnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi ketersediaan lapangan usaha yang cukup, menyebabkan bekerja sebagai pedagang di pasar kaget menjadi salah satu pilihan.

Pasar kaget beroperasi hanya pada waktu-waktu tertentu, biasanya dengan memanfaatkan keramaian di suatu daerah. Misalnya, ada upacara atau ritual warga, atau mungkin ajang kampanye, maka keramaian itu biasa dimanfaatkan sekelompok orang untuk berdagang. Tetapi terkadang pula pasar kaget direncanakan oleh sekelompok pedagang untuk berjualan di tempat-tempat tertentu, tentu dengan mempertimbangkan potensi pasar di tempat tersebut. Itulah sebabnya mengapa kebanyakan pasar kaget tidak bersifat rutin, keberadaannya sedikit “mengagetkan” gitu lho.

Karena ada juga aktivitas keramaian yang sifatnya rutin, maka kehadiran pasar kagetnya pun menjadi ikut relatif rutin. Pasar kaget seperti ini pun tentu tidak terlalu mengagetkan lagi, dan bahkan menjadi bagian rencana kunjungan warga. Contoh seperti ini bisa ditemukan pada beberapa tempat yang secara rutin menjadi tempat konsentrasi massa, seperti di masjid-masjid besar seusai shalat jumat, atau ditempat-tempat yang yang setiap minggu pagi rutin dijadikan arena berolahraga sambil berekreasi. Sehabis berolah raga, mereka pun mampir di pasar kaget untuk mencari kebutuhan sehari-hari, atau sekedar mencicipi kuliner sederhana yang enak tenan sehabis menguras tenaga. Di sekitar beberapa masjid besar di Jakarta bisa ditemukan pasar kaget seperti ini seusai shalat jumat setiap minggunya. Di Makassar, fenomena yang sama juga terlihat di pelataran Masjid Al Markaz Al Islami.

Kelebihan dan daya tarik pasar kaget karena mekanisme jemput bola yang diterapkannya, yaitu mendatangi tempat berkumpul calon konsumennya. Selain itu, pasar jenis ini melibatkan banyak pedagang informal yang harga barangnya relatif terjangkau semua kalangan.

[caption id="attachment_123339" align="alignright" width="300" caption="Sebagian warga juga memanfaatkan untuk rekreasi, bahkan membawa bayi (Foto: Ramli AT)"][/caption] Karena kebanyakan konsumen pasar kaget dari kalangan menengah ke bawah, jenis barang yang dijual tentu disesuaikan dengan kemampuan ekonomi kelompok ini. Soal kwalitas, tampaknya pedagang di pasar kaget juga jeli menyiapkan jenis barang yang dibutuhkan dengan kwalitas yang cukup lumayan. Tetapi untuk barang-barang kebutuhan hasil pertanian lokal, seperti buah, aneka sayur dan umbi-umbian, serta berbagai hasil perikanan, di pasar kaget biasanya jauh lebih segar.

Harga yang ditawarkan pasar kaget biasanya relatif murah dibandingkan di pasar-pasar lain, apalagi jika perbandingannya adalah harga barang di pasar swalayan modern. Harga ini jauh lebih murah lagi jika barang itu berupa hasil produksi pertanian lokal. Sebagai contoh, buah jambu biji merah yang sekilo bisa sampai puluhan ribuan di pasar swalayan, di pasar kaget di sekitar Jakarta bisa didapatkan hanya dengan uang Rp 6.000,-. Harga ini pun masih mungkin turun, jika Anda masih tega menawar. Di berbagai swalayan di Jakarta, jenis buah yang banyak mengandung vitamin ini sangat jarang ditemukan dalam kondisi sangat segar, padahal kebunnya berada di sekitar Jakarta. Di pasar kaget, jenis buah-buahan seperti ini seolah baru dipetik dari pohonnya. Sangat segar untuk langsung dikonsumsi atau untuk dijus.

Buah jenis lain tentu juga tersedia, seperti rambutan, pepaya, duku, cempedak, belimbing, pisang, dan sebagainya. Tiga ikat rambutan yang beratnya kira-kira 2-3 kg biasanya hanya dijual Rp 5.000. Murah dan dijamin segar. Tetapi kini tidak lagi mengagetkan menemukan buah impor di pasar kaget, meski pun dengan harga yang tidak jauh dibanding di pasar modern. Selain buah impor, berbagai jenis barang produk Cina juga semakin mudah ditemukan, terutama barang elektronik dan mainan anak-anak.

Selain yang telah disebutkan sebelumnya, barang-barang kebutuhan apa lagi yang bisa ditemukan di pasar kaget? Secara umum, hampir semua jenis barang yang biasa ditemukan di pasar konvensional juga bisa didapatkan di pasar kaget. Jenis barang yang hampir tidak pernah ditemukan hanyalah yang berukuran besar dan rawan benturan. Maklum, pedagang pasar kaget sangat mobil. Setiap saat mereka pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk berdagang sambil membawa serta barang dagangannya, sehingga berjualan barang berukuran besar dan rawan benturan sangat merepotkan dan beresiko. Makanya jangan pernah mencari televisi -- apalagi yang berukuran layar lebar -- di pasar kaget. Tetapi jika remote control televisi Anda bermasalah, di pasar kaget biasa disediakan berbagai merek dengan harga miring.

Untuk sekedar melihat-lihat sepintas suasana dan jenis barang dagangan di pasar kaget, silakan menikmati beberapa hasil jepretan amatiran berikut yang diambil di pasar kaget di Kukusan, sebuah pemukiman di Depok yang berbatasan langsung dengan Jakarta. 22 April 2010,

Muhammad Ramli AT

[caption id="attachment_123675" align="alignleft" width="270" caption="Ada aneka pakaian jadi (Foto: Ramli AT)"][/caption]

[caption id="attachment_123678" align="alignright" width="270" caption="Ada aneka alas kaki (Foto: Ramli AT)"][/caption]

[caption id="attachment_123683" align="alignleft" width="270" caption="Ini apa ya? Sepertinya saya kenal (Foto: Ramli AT)"][/caption]

[caption id="attachment_123687" align="alignright" width="270" caption="Ada aneka mainan anak-anak (Foto: Ramli AT)"][/caption]

[caption id="attachment_123697" align="alignleft" width="271" caption="Kelinci membikin si Dede gemes (Foto: Ramli AT)"][/caption] [caption id="attachment_123699" align="alignright" width="270" caption="Ada aneka buku bacaan (Foto: Ramli AT)"][/caption] [caption id="attachment_123700" align="alignleft" width="270" caption="Ada aneka sayuran dan buah (Foto: Ramli AT)"][/caption]

[caption id="attachment_123703" align="alignright" width="270" caption="Ada aneka ikan hidup, seperi lele ini (Foto: Ramli AT)"][/caption] [caption id="attachment_123706" align="alignleft" width="270" caption="Arena bermain anak pun ada (Foto: Ramli AT)"][/caption] [caption id="attachment_123711" align="alignright" width="270" caption="Jika perut mulai keroncongan, tersedia pula aneka kuliner khas kaki lima (Foto: Ramli AT)"][/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun