Mohon tunggu...
Lyvia Letisha
Lyvia Letisha Mohon Tunggu... Siswa

Hai! Welcome to my kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Book

Menyampaikan Amanat Melalui Novel Romansa Hello, Cello

20 November 2022   23:01 Diperbarui: 20 November 2022   23:02 13365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri

Menyampaikan Amanat Melalui Novel Romansa Hello, Cello. : Analisis Pendekatan Objektif Sastra

  1. Pendahuluan

Nadia Ristivani atau yang lebih dikenal sebagai Ijo pemilik akun Twitter @ijoscripts menulis karya-karyanya dalam bentuk alternative universe yang diunggah di akun Twitter milik pribadinya (@ijoscripts) sebelum akhirnya menerbitkan karya-karyanya tersebut dalam bentuk buku novel. Alternative universe merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut cerita fiksi di aplikasi Twitter. Tahun ini, Nadia Ristivani menerbitkan buku ketiganya berjudul Hello, Cello. Buku yang masih menjadi satu seri dengan dua bukunya yang lain (The Camarro dan Hilmy Milan) mengisahkan tentang kisah hidup salah satu tokohnya, yaitu Cello. 

Hello, Cello. memiliki jumlah halaman sebanyak 428 halaman. Sampul buku yang dapat dibolak-balik menjadi daya tarik tersendiri. Buku ini memiliki dua jenis sampul, yaitu sisi biru tua untuk Cello dan sisi biru muda untuk Helga. Harga buku Hello, Cello. termasuk standar, yaitu sebesar Rp99.000. 

  1. Sinopsis Novel Hello, Cello. 

Novel yang ditulis oleh Nadia Ristivani ini bercerita tentang kisah cinta klasik dua orang remaja yang masih belum berdamai dengan masa lalunya, yakni Cello, laki-laki yang dicap sebagai womanizer dengan Helga, perempuan yang selalu rendah diri dan selalu memaklumi laki-laki yang pernah menyakitinya karena menganggap hal itu sebagai sebuah karma. Keduanya bertemu karena sebuah ketidaksengajaan. Semuanya berawal dari sebuah pesan yang secara tiba-tiba dikirimkan Cello kepada Helga, yang tentu saja membuat Helga bingung sekaligus senang. Karena notabene Cello hanya mendekati perempuan-perempuan cantik bak model papan atas. Namun ternyata, isi pesan tersebut bukan tertuju kepada Helga, melainkan temannya, Una. 

Tak disangka pesan yang bermula untuk menanyakan Una menjadi berkelanjutan. Seperti meminta tolong untuk menemani bertukar pesan hanya karena takut dengan hantu, membahas plot sebuah drama, atau sekedar mengobrol. Hingga, secara tidak sadar keduanya menjadi dekat. Kedekatan Cello dan Helga tentu disadari oleh teman-teman mereka. Semua orang bisa melihat dua sejoli ini sudah jatuh pada satu sama lain. Kecuali Cello dan Helga sendiri karena menurut Helga, semua yang dilakukan Cello hanya hal-hal biasa yang sudah sering Cello lakukan kepada banyak perempuan lainnya. Di sisi lain, Cello juga bingung dengan dirinya sendiri. 

Berbagai rintangan harus dilalui Cello dan Helga. Namun bedanya, rintangan ini berasal dari dalam diri mereka sendiri. Demi tidak menyakiti diri mereka masing-masing dan tentu saja satu sama lain, mereka harus berubah. Cello yang harus berubah ke dirinya sendiri bukan menjadi womanizer karena terpaksa dan Helga yang berubah menjadi orang yang percaya diri dan menyayangi dirinya sendiri.

  1. Kajian Teori Pendekatan Struktural

Semi (1993:67) mengatakan bahwa pendekatan struktural dinamakan juga pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian pada karya sastra sebagai struktur yang otonom. Jadi dalam penulisannya, sastra objektif harus dianalisis berdasarkan pemahaman terhadap karya sastra itu sendiri. Teori kritik sastra objektif adalah kritik yang menilai sebuah karya sastra sebagai sesuatu  yang bersifat mandiri, yang pada dasarnya bertumpu pada karya sastra itu sendiri (Ratna, 2007:72).

Menurut KBBI, objektif merupakan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi. Pendekatan objektif melihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut seperti unsur-unsur intrinsik sastra. Menurut Wellek dan Warren (Nurgiyantoro, 2018) unsur intrinsik merupakan unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri. Dalam novel, unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan pesan moral.

  1. Kritik Sastra Novel Hello, Cello. 

        A. Jenis Novel

Novel yang berjudul Hello, Cello. merupakan salah satu contoh novel bergenre romansa. Novel dengan 30 bab ini menyajikan cerita yang ringan dengan adegan-adegan romansa yang beda dari buku-buku romansa lainnya karena bukan hanya romansa, namun, banyak sekali pesan-pesan moral yang disampaikan pada novel ini. Contohnya gua gak mau lo selalu nyalahin diri lo sendiri karena hal yang sama sekali bukan salah lo. Gak semua hal yang terlihat salah di dunia ini, itu salah lo dan gak semua yang lo lakuin itu salah. Selain itu, karakter-karakter pada novel juga dibuat tidak sempurna, seperti layaknya manusia dalam kehidupan nyata.  Hal ini dapat dilihat dari salah satu tokohnya, yaitu Helga yang kerap kali insecure. Insecure merupakan perasaan cemas, ragu, atau kurang percaya diri.

       B. Tokoh dan Penokohan

Berikut akan saya paparkan dua tokoh utama yang terdapat dalam novel Hello, Cello. 

  1. Cello

Marcello Este atau yang lebih dikenal sebagai Cello merupakan tokoh utama pria dalam novel Hello, Cello. Ia terkenal dengan sebutan womanizer karena sering memberi harapan palsu kepada perempuan-perempuan yang pernah diajak bicara. Padahal nyatanya, ia menjadi womanizer karena memaksakan diri. Selain itu, ia sendiri tidak pernah berniat memberi harapan palsu karena Cello sendiri hanya ingin berteman dengan perempuan-perempuan yang diajak bicara. Hal ini dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut.

Setiap gue punya ketertarikan beneran ke perempuan, gue selalu dianggap cuma main-main. Katanya gue playboy. Padahal, dulu gue belom jadi playboy, masih label dari orang-orang aja yang awalnya cuma dijadiin candaan. Terus, setelahnya, gue ngerasa buat apa gue cuma dapet ruginya doang. Sekalian aja gue jadi orang yang selalu mereka sebut. 

Gak semua cewek yang gue ajak ngobrol emang  pengen gue deketin romantically, Hel. Kadang gue cuma pengen temenan aja, tapi dianya malah kebawa perasaan.

Perkataannya ini merubah cara pandang saya sebagai pembaca terhadap tokoh Cello. Menurut saya, tokoh Cello termasuk ke dalam tokoh protagonis. Selain karena pengakuannya yang "memaksakan diri untuk menjadi seperti cap dari orang-orang", pendapat ini juga diperkuat dengan Cello yang digambarkan sebagai laki-laki yang perhatian, humoris, dan selalu memikirkan banyak cara agar dapat menyenangkan Helga tanpa disangka modus. 

  1. Helga 

Serafina Helga Pramidita atau Helga merupakan tokoh utama wanita dalam novel Hello, Cello. Ia merupakan gadis yang ceria dan selalu menomorsatukan orang lain dibanding dirinya sendiri. Dibalik keceriaannya, ternyata ada banyak sekali hal yang berusaha ia sembunyikan. Salah satunya seperti rasa sakit hati sehingga selalu merasa kurang percaya diri yang sedikit banyak timbul karena keluarganya sendiri, terutama mamanya. Hal ini dapat dilihat dari perkataan mamanya, "Dia tuh emg kebiasaan. Pake baju kayak pemalas. kelihatan kan, emang suka malas-malasan juga di rumah."

Walau begitu, Helga tetap sayang kepada mamanya dan terus menjadi pribadi yang menyebarkan energi positif tanpa memedulikan kejadian pilu yang menimpanya. Menurut saya, sudah jelas terlihat bahwa tokoh Helga termasuk ke dalam tokoh protagonis. Selain peristiwa diatas, pendapat ini juga didukung dengan perkataannya sebagai berikut.

Seluruh dunia bisa tau gue marah, tapi bukan berarti seluruh dunia harus maklumin kemarahan gue. Seluruh dunia bisa tau gue marah, tapi bukan berarti gue bisa seenaknya proyeksiin amarah gue ke orang yang gak seharusnya. Karena di dunia ini yang punya hati dan perasaan bukan cuman gue.

       C. Alur

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju. Mulai dari perkenalan tokoh-tokohnya. Lalu dilanjut dengan pertemuan Cello dan Helga. Kemudian menceritakan proses pendekatan kedua tokoh utamanya tersebut, sampai pengakuan dari masing-masing tokoh. Setelah itu dilanjut dengan masalah baru, yaitu rintangan yang harus dilalui keduanya agar tidak saling menyakiti dirinya masing-masing juga satu sama lain. Sampai akhirnya menceritakan nasib akhir dari Cello dan Helga. 

      D. Latar 

  1. Latar Tempat

Latar tempat pada novel ini cukup beragam, antara lain rumah Helga, kampus, restoran, rooftop apartemen Cello, dan SKY (tempat berkumpul Cello dan teman-temannya). Namun, ada dua tempat yang paling ikonik dari novel ini, yaitu JazzKarta Festival dan Sudirman. Kedua tempat ini menjadi saksi bisu kisah cinta keduanya

      E. Bahasa 

Bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah Bahasa Indonesia umum sehingga mudah dipahami. Namun, ada beberapa bagian yang memakai Bahasa Inggris. Salah satunya adalah sebagai berikut.

Some days, I just feel alone and am too tired to even speak, but I still count on you cause you will speak all day and that makes me feel great again. 

  1. Penutup

Novel ini menceritakan kisah romansa klasik dengan disisipkan nilai-nilai moral, Nilai-nilai moral tersebut mengacu pada permasalahan yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti rasa kurang percaya diri, selalu menyalahkan diri sendiri, mengutamakan kebahagiaan orang lain diatas diri sendiri, sampai permasalahan dibanding-bandingkan dan direndahkan oleh orang lain. Salah satu pesan moralnya seperti "nomor-satuin orang lain di atas diri sendiri cuma nyambut cikal bakal luka." Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, novel ini berawal dari cerita yang diunggah di aplikasi Twitter. Oleh sebab itu, tentu saja ada beberapa bagian yang berbeda. Namun, hal tersebut justru menjadikan novel ini semakin menarik karena lebih detail. 

Menurut saya pribadi, novel Hello, Cello. termasuk novel romansa yang tidak cringe. Cringe adalah sikap menekuk wajah karena jijik, geli, kaget, dan takut. Dengan demikian, novel ini saya rekomendasikan untuk remaja berusia 15 tahun ke atas karena usia semuda itu kerap mengalami rasa insecurity yang sama. Novel ini juga dapat meningkatkan suasana hati pembaca karena ada banyak adegan lucu yang sangat menghibur. 

DAFTAR PUSTAKA

Darusalam, A. P. (n.d.). https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/3931/8/11.%20UNIKOM_Arizky%20Pahmi%20Darusalam_Bab%20II.pdf 

Home. (n.d.). Diambil pada November 19, 2022, dari https://ikamustika444-wordpress-com.translate.goog/2012/11/10/pendekatan-objektif-salah-satu-pendekatan-menganalisis-karya-sastra/?_x_tr_sl=id&_x_tr_tl=en&_x_tr_hl=en&_x_tr_pto=sc 

Ivira, D. V. (2018, Juli 17). KRITIK SASTRA OBJEKTIF TERHADAP NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA. https://repository.unsri.ac.id/12252/1/RAMA_88201_06111002039_0001105703_0004105903_01_font_ref.%20pdf.pdf 

TEORI OBJEKTIF. (2009, November 16). ADIEL. Diambil pada November 19, 2022, dari http://adiel87.blogspot.com/2009/11/teori-objektif.html 

TEORI SASTRA STRUKTURALISME DALAM KARYA SASTRA PUISI. (2016, Oktober 15). Gery Doc. Diambil pada November 19, 2022, dari http://gerydoc.blogspot.com/2016/10/teori-sastra-strukturalisme-dalam-karya.html# 

Ristivani, N. (2022). Hello, Cello. PT. Bukune Kreatif Cipta. 

  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun