Mohon tunggu...
Riski Situmorang
Riski Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa | Ilmu Komunikasi | Universitas Sumatera Utara

Mahasiwa S-1 Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara dengan Keterampilan Desain Grafis dan Copywriting. Memiliki Hoby membaca, Membuat desain, Traveling. dan Sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dari Uang Saku ke Finansial Freedom: Strategi Mahasiwa M

12 Oktober 2025   05:09 Diperbarui: 12 Oktober 2025   07:43 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Mahasiswa sedang Belajar di Depan Laptop Sambil meminum Secangkir Kopi (Sumber: DreaminaAI/Riski)

Dari Uang Saku ke Financial Freedom: Strategi Mahasiswa Membangun Proteksi Finansial Sejak Dini

Masa kuliah sering dianggap sebagai masa paling bebas dalam hidup seseorang. Tidak ada tekanan pekerjaan, tidak perlu mikir bayar cicilan rumah, dan masih bisa minta uang ke orang tua kalau kepepet. Tapi tunggu dulu, apa benar masa kuliah itu cuma soal bersenang-senang dan fokus belajar saja? Kenyataannya, justru masa kuliah adalah golden time untuk mulai membangun fondasi finansial yang kuat. Sayangnya, banyak mahasiswa yang baru sadar pentingnya proteksi finansial setelah lulus dan menghadapi realita kehidupan yang jauh lebih kompleks.

Bicara soal uang memang tidak mudah, apalagi buat mahasiswa yang kebanyakan masih bergantung pada kiriman bulanan dari orang tua. Rasanya aneh kalau harus mikirin asuransi atau investasi sementara uang saku aja pas-pasan. Tapi justru di sinilah letak kesalahannya. Kita sering berpikir bahwa perencanaan finansial itu urusan orang yang sudah punya penghasilan tetap, padahal mindset dan kebiasaan finansial yang terbentuk sejak masa kuliah akan sangat menentukan bagaimana kita mengelola uang di masa depan.

Realita Finansial Mahasiswa: Antara Idealis dan Realistis

Kehidupan mahasiswa itu unik. Di satu sisi kita dituntut untuk fokus pada akademik, aktif di organisasi, dan mempersiapkan diri untuk dunia kerja. Di sisi lain, kebutuhan finansial terus bertambah seiring dengan gaya hidup dan tuntutan perkuliahan. Biaya fotokopi, transport ke kampus, makan sehari-hari, pulsa dan kuota internet, plus sesekali nongkrong dengan teman sudah menghabiskan porsi besar dari uang saku bulanan.

Yang lebih memprihatinkan, banyak mahasiswa yang mulai terjebak dalam pola konsumtif tanpa sadar. Media sosial mempertontonkan gaya hidup glamor yang seolah-olah menjadi standar. Teman-teman pamer gadget terbaru, liburan ke tempat estetik, atau makan di restoran hits. Tanpa filter yang kuat, kita bisa terseret dalam pusaran FOMO. Akibatnya, uang saku yang seharusnya cukup untuk sebulan kadang habis dalam dua minggu pertama. Sisanya sering ditutupi dengan berutang ke teman, menggunakan pinjaman online dengan bunga tinggi, atau kembali meminta tambahan kepada orang tua. 

Namun ada juga realita lain yang tidak kalah berat. Sebagian mahasiswa justru harus bekerja sambil kuliah karena kondisi ekonomi keluarga yang terbatas. Mereka jadi freelancer, part timer di kafe, atau tutor privat demi bisa menutupi biaya hidup sendiri. Bahkan ada yang sudah mulai mengirim uang ke kampung untuk membantu adik-adik sekolah. Untuk kelompok ini, tekanan finansialnya berlipat ganda karena selain harus mengatur pengeluaran pribadi, mereka juga punya tanggung jawab pada keluarga.

Kedua kondisi ini menunjukkan satu hal yang sama, mahasiswa perlu memiliki literasi finansial yang memadai. Bukan hanya soal bagaimana mengatur pemasukan dan pengeluaran, tapi juga bagaimana melindungi diri dari risiko finansial yang bisa terjadi kapan saja. Sakit mendadak, kecelakaan, atau kondisi darurat lainnya bisa membuat rencana finansial yang sudah disusun rapi jadi berantakan. Inilah mengapa proteksi finansial bukan cuma urusan orang yang sudah mapan, tapi juga sangat relevan buat mahasiswa.

Mengubah Mindset: Dari Konsumtif ke Protektif

Langkah pertama menuju financial freedom adalah mengubah cara pandang terhadap uang. Selama ini, banyak mahasiswa yang melihat uang saku sebagai sesuatu yang harus dihabiskan. Dapat uang sejuta di awal bulan, dalam pikiran sudah terbagi untuk makan, jajan, hiburan, dan kebutuhan kuliah. Tidak ada slot khusus untuk menabung apalagi untuk proteksi finansial. Pola pikir seperti ini harus diubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun