Siapa yang tidak suka liburan? Rasanya setiap mahasiswa pasti menanti-nanti momen libur semester untuk melepas penat dari rutinitas kuliah yang melelahkan. Tapi sayangnya, keinginan untuk traveling sering kali terbentur dengan kenyataan pahit bernama "kantong kering". Sebagai mahasiswa, kita memang harus pintar-pintar memutar otak mencari cara liburan yang tidak menguras tabungan atau bahkan tidak perlu mengeluarkan uang sama sekali. Nah, di sinilah konsep volunteer tourism atau yang biasa disebut voluntourism menjadi solusi menarik yang patut kita pertimbangkan.
Volunteer tourism pada dasarnya adalah kegiatan traveling ke suatu tempat sambil menjadi relawan untuk membantu komunitas lokal atau organisasi tertentu. Bedanya dengan liburan biasa, kita tidak hanya datang, foto-foto, lalu pulang. Kita justru terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat setempat, memberikan kontribusi nyata, sekaligus mendapatkan pengalaman yang jauh lebih berkesan dibanding sekadar wisata konvensional. Yang lebih menarik lagi, sebagai imbalan dari tenaga dan waktu yang kita berikan, biasanya kita akan mendapatkan akomodasi gratis, bahkan makanan gratis juga. Bayangkan saja, dua pos pengeluaran terbesar saat liburan langsung terpangkas habis. Kita hanya perlu menyiapkan budget untuk transportasi dan sedikit uang saku untuk jajan atau eksplorasi di waktu luang.
Mengapa Volunteer Tourism Menarik untuk Mahasiswa?
Mari kita jujur saja, sebagai mahasiswa, kita sering kali berada dalam dilema antara ingin jalan-jalan tapi dana terbatas. Apalagi kalau melihat timeline media sosial yang penuh dengan foto-foto teman yang sedang liburan ke tempat eksotis, rasanya iri juga kan? Namun volunteer tourism menawarkan win-win solution yang jarang kita temukan dalam bentuk liburan lainnya.
Pertama dan yang paling jelas, voluntourism memangkas biaya liburan secara signifikan. Kita semua tahu bahwa penginapan dan makan adalah dua komponen yang paling boros saat traveling. Sebuah hotel atau hostel sederhana saja bisa menghabiskan seratus ribu hingga beberapa ratus ribu per malam. Belum lagi biaya makan tiga kali sehari yang bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Dengan menjadi volunteer, dua pos besar ini langsung gratis. Kita tinggal fokus menyiapkan uang untuk transportasi menuju lokasi dan sedikit uang jajan. Dengan begitu, liburan yang tadinya membutuhkan budget lima hingga sepuluh juta rupiah, bisa kita nikmati dengan hanya dua hingga tiga juta saja.
Kedua, dan ini yang sering terlupakan, adalah nilai tambah untuk CV kita. Di dunia kerja yang semakin kompetitif, memiliki IPK tinggi saja tidak cukup. Recruiter sekarang mencari kandidat yang memiliki soft skills, pengalaman organisasi, dan kepedulian sosial. Pengalaman volunteer, apalagi kalau dilakukan di luar kota atau bahkan luar negeri, menunjukkan bahwa kita punya initiative, kemampuan adaptasi, dan tidak takut keluar dari zona nyaman. Bayangkan saat interview kerja nanti, ketika ditanya tentang pengalaman berorganisasi, kita bisa cerita tentang bagaimana kita pernah mengajar anak-anak di desa terpencil atau membantu konservasi penyu di pantai. Cerita seperti itu jauh lebih memorable dibanding sekadar menyebut jabatan di organisasi kampus.
Ketiga, volunteer tourism memberikan kita kesempatan untuk belajar skill baru yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Misalnya, kalau kita volunteer di hostel, kita bisa belajar tentang hospitality management dan customer service. Kalau volunteer di pertanian organik, kita belajar tentang sustainable living. Kalau mengajar anak-anak, kita mengasah kemampuan public speaking dan komunikasi. Semua skill ini sangat applicable dalam dunia kerja, apa pun bidang yang nanti kita geluti. Networking yang kita dapatkan juga sangat berharga karena kita akan bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, baik sesama volunteer dari negara lain maupun komunitas lokal.
Yang paling personal adalah pengalaman self-discovery yang sulit dinilai dengan uang. Saat kita keluar dari zona nyaman, tinggal di tempat baru dengan budaya berbeda, dan menghadapi tantangan yang tidak biasa, kita akan belajar banyak tentang diri sendiri. Kita menjadi lebih mandiri, lebih terbuka terhadap perbedaan, dan lebih menghargai apa yang kita miliki. Pengalaman seperti ini adalah investasi untuk personal growth yang akan membentuk karakter kita di masa depan.
Memilih Program dan Tempat yang Tepat
Setelah memahami mengapa volunteer tourism menarik, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara memulainya? Memilih program dan tempat volunteer yang tepat adalah kunci agar pengalaman kita benar-benar bermanfaat dan menyenangkan. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar tidak salah pilih dan malah kecewa di tengah jalan.