Contohnya, SMA Negeri 3 Denpasar memiliki Palemahan Garden --- taman pembelajaran tempat siswa belajar sains lewat hidroponik, biopori, dan pengolahan kompos.
Dalam pendidikan, nilai Palemahan bisa dihidupkan lewat proyek eco-literacy:
- Siswa belajar menghitung jejak karbon sekolah.
- Membuat inovasi sederhana, seperti sabun dari minyak bekas atau eco-brick.
- Mengintegrasikan isu lingkungan ke semua pelajaran.
Kegiatan seperti Green Challenge, Zero Plastic Week, atau Hari Alam Sekolah membiasakan siswa untuk berpikir ekologis dan bertindak nyata.
Integrasi THK dalam Kurikulum SMA
Kurikulum Merdeka memberi ruang besar untuk memasukkan nilai-nilai THK dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Beberapa tema yang sangat relevan:
- Kearifan Lokal dan Harmoni Sosial menggali filosofi daerah, seperti THK, sebagai sumber nilai kehidupan.
- Gaya Hidup Berkelanjutan menggabungkan sains, ekonomi, dan etika ekologis.
- Kewirausahaan Hijau memadukan kreativitas, tanggung jawab sosial, dan inovasi lingkungan.
Guru dapat menjadi fasilitator yang menanamkan nilai THK melalui pembelajaran reflektif: menulis jurnal harian tentang rasa syukur, membuat proyek kolaboratif lintas mata pelajaran, hingga mendesain ruang kelas hijau bersama siswa.
Sekolah yang menanam pohon bersama lebih dari sekadar kegiatan simbolik --- itu adalah pendidikan yang hidup.
Sekolah Berjiwa Harmoni: Sinergi Arsitektur dan Pendidikan
Ketika desain fisik dan nilai pendidikan bersatu dalam semangat Tri Hita Karana, sekolah akan menjadi ekosistem belajar yang hidup.
- Bangunan menenangkan jiwa (Parahyangan).
- Ruang sosial menumbuhkan empati (Pawongan).
- Lingkungan hijau mendidik kepedulian ekologis (Palemahan).
 Kepala sekolah menjadi arsitek budaya, guru menjadi perancang nilai, dan siswa menjadi penjaga harmoni.
Hasil akhirnya bukan sekadar lulusan dengan nilai tinggi, tetapi manusia muda yang sadar diri, peduli sesama, dan menghargai bumi.