Mohon tunggu...
Lya Fransiska
Lya Fransiska Mohon Tunggu... Hanya manusia biasa yang sedang mencoba berbagi informasi

Orang yang suka menyendiri dan mencoba berinteraksi lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekolah yang Hidup dalam Harmoni: Implementasi Tri Hita Karana dalam Arsitektur dan Pendidikan SMA

4 Oktober 2025   17:51 Diperbarui: 4 Oktober 2025   17:51 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain Taman Sekolah Adiwiyata - Nusagates (Sumber : https://gonzalo-g.blogspot.com/)

Contohnya, SMA Negeri 3 Denpasar memiliki Palemahan Garden --- taman pembelajaran tempat siswa belajar sains lewat hidroponik, biopori, dan pengolahan kompos.

Dalam pendidikan, nilai Palemahan bisa dihidupkan lewat proyek eco-literacy:

  • Siswa belajar menghitung jejak karbon sekolah.
  • Membuat inovasi sederhana, seperti sabun dari minyak bekas atau eco-brick.
  • Mengintegrasikan isu lingkungan ke semua pelajaran.

Kegiatan seperti Green Challenge, Zero Plastic Week, atau Hari Alam Sekolah membiasakan siswa untuk berpikir ekologis dan bertindak nyata.

Integrasi THK dalam Kurikulum SMA

Kurikulum Merdeka memberi ruang besar untuk memasukkan nilai-nilai THK dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Beberapa tema yang sangat relevan:

  • Kearifan Lokal dan Harmoni Sosial menggali filosofi daerah, seperti THK, sebagai sumber nilai kehidupan.
  • Gaya Hidup Berkelanjutan menggabungkan sains, ekonomi, dan etika ekologis.
  • Kewirausahaan Hijau memadukan kreativitas, tanggung jawab sosial, dan inovasi lingkungan.

Guru dapat menjadi fasilitator yang menanamkan nilai THK melalui pembelajaran reflektif: menulis jurnal harian tentang rasa syukur, membuat proyek kolaboratif lintas mata pelajaran, hingga mendesain ruang kelas hijau bersama siswa.

Sekolah yang menanam pohon bersama lebih dari sekadar kegiatan simbolik --- itu adalah pendidikan yang hidup.

Sekolah Berjiwa Harmoni: Sinergi Arsitektur dan Pendidikan

Ketika desain fisik dan nilai pendidikan bersatu dalam semangat Tri Hita Karana, sekolah akan menjadi ekosistem belajar yang hidup.

  • Bangunan menenangkan jiwa (Parahyangan).
  • Ruang sosial menumbuhkan empati (Pawongan).
  • Lingkungan hijau mendidik kepedulian ekologis (Palemahan).

 Kepala sekolah menjadi arsitek budaya, guru menjadi perancang nilai, dan siswa menjadi penjaga harmoni.

Hasil akhirnya bukan sekadar lulusan dengan nilai tinggi, tetapi manusia muda yang sadar diri, peduli sesama, dan menghargai bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun