Mohon tunggu...
Herlya Inda
Herlya Inda Mohon Tunggu... Administrasi - Momhomeschooler

I am the ordinary mom, love Kids, Playing, sometimes writing bout me & Kids activity and homeschooling. visit my blog at https://www.herlyaa.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabuburit Asik di Pojokan Kamar

4 Mei 2020   21:36 Diperbarui: 4 Mei 2020   21:36 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi duduk di kamar (sumber : pixabay)

Ngabuburit seketika tenar ketika memasuki bulan Ramadan.  Dalam pengertiannya, ngabuburit berasal dari kata dasar dalam bahasa Sunda yaitu burit. Kata burit artinya sore.  Ketika diberi imbuhan, kata burit menjadi ngabuburit  yang artinya melakukan kegiatan di sore hari.

Berhubung ada darah Minang, saya mau kasihtau kalau diminang juga ada istilah serupa yang dikenal dengan malengah puaso, yang berarti melakukan kegiatan untuk mengalihkan rasa haus dan lapar karena berpuasa dalam menunggu waktu masuk magrib.

Bisa jadi di berbagai daerah juga memiliki istilah yang unik dan berbeda dalam menunggu waktu berbuka puasa.

Yesterday until today

Tahun lalu, sebelum pendemik menyerang banyak negara di dunia, kegiatan ngabuburit bagi kebanyakan orang dihabiskan dengan berburu takjil.  Selain itu nongkrong bareng sambil menikmati sore menunggu bedug bertalu.  Meskipun beberapa orang lainnya tetap tidak terpengaruh untuk keluar rumah.  Kegiatan ibadah tadarusan pun dilanjutkan, sambil 'beguyur' mengkhatamkan Al Qur'an atau mengikuti ceramah di Masjid.  Di sisi lain para ibu-ibu lebih memilih memasak di sore hari demi masakan terhidang masih hangat siap dikonsumsi seluruh anggota keluarga.   Ada pula yang memilih untuk berbaring santai, membaca buku, menonton atau bermain game.

Sebelum pendemik, semua pilihan kegiatan dapat dilakukan.  Selama kegiatan tersebut tidak membatalkan atau mengurangi pahala dalam berpuasa.  

Bagaimana dengan saat ini? Saat pendemik mewabah?  Buka puasa bersama tentu saja tidak bisa dilaksanakan di luar rumah.  Berbuka puasa bersama hanya sebatas keluarga dan orang terdekat yang kesehariannya sudah sering bersama.  Berburu takjil tidak bisa semaunya, menjaga jarak membuat sistem drive thru minim resiko dibandingkan berdesak-desakan.  Pasar bedug yang setiap tahun buka, bisa jadi saat ini tidak akan ditemukan kembali, kecuali bebebrapa booth berjarak dekat rumah si penjual demi menghidupkan asap dapur sekaligus membantu orang-orang yang kesulitan menyiapkan makanan bagi dirinya sendiri.  Apalagi olahraga gym yang biasanya kebanyakan dilakukan beberapa orang yang terbiasa nge-gym di fitness centre hingga adzan berkumandang, saat ini harus dihentikan kecuali punya alat sendiri di rumah.  Artinya untuk sementara ini, kegiatan yang bisa dilakukan di rumah tentu saja menjadi lebih idola untuk dilakukan.

Di rumah selain ibadah, ngabuburit enaknya ngapain aja? Banyaklah! Eksplorasi rumah buat ngerubah desain sudut rumah, atau kamar kamu? Membaca buku di pojokan sambil ngedengerin musik atau podcast? Bisa juga nulis diary atau sekalian ikutan nulis THR Kompasiana seperti saya, hehe... , menyalurkan hobi hingga menghasilkan sesuatu, seperti menjahit, merajut, crafting, coret-coret bermakna dan gambarnya bukan hanya bisa dipajang di tembok, siapa tahu justru laku terjual? mencoba menu baru sambil ngoprek-ngoprek dapur, atau sekalian buat konten di media sosial.

Masalahnya mungkin bukan ada atau tidak ada kegiatan, namun kecocokan antara kaum introvert dan ekstrovert dalam melakukan kegiatan tersebut.  

Saya sebagai kaum introvert yang di didik secara ekstrovert tetap memilih duduk dipojokan ketika semua kewajiban saya saat itu selesai.  

Diluar urusan ibadah, membaca, searching dan coret-coret cukup menyenangkan dan membuat waktu berlalu tanpa terasa. Meskipun tidak masalah jika saya ikut hadir bareng di kegiatan ramai dalam aplikasi zoom bersama teman-teman dikomunitas.

Pertemuan di zoom salah satu komunitas (dokpri)
Pertemuan di zoom salah satu komunitas (dokpri)

Di awal-awal puasa saya juga sempat di minta menjadi pengisi kegiatan online oleh lentera jiwa, salah satu biro psikologi di Palembang.  Karena sebagai seorang ibu, saya merasa cukup sibuk memasak menu berbuka saat sore, maka waktu yang dipilihpun pagi hari.  Sayangnya signal, jaringan, dan mungkin peralatan kurang support pada saat itu, menyebabkan kegiatan kurang maksimal. Over all tetap menyenangkan karena menambah pengalaman bahwa pertemuan secara online perlu perangkat perang mumpuni agar sukses.  Badewei,  kalau masih pagi termasuk ngabuburit gak ya? Hahaha....

ss flyer dari ig lentera jiwa 
ss flyer dari ig lentera jiwa 

Bagaimana dengan teman-teman yang cenderung ekstrovert ya? Bisa jadi pembatasan pertemuan seperti saat ini kurang mengenakkan.  Namun saya yakin setelah beberapa waktu berlalu, semoga lebih dapat menyesuaikan.

Tomorrow

Masih ngambang kapan pendemik ini berakhir, masih 2/3 waktu lagi untuk menyelesaikan masa Ramadan, bisa jadi kegiatan rutinitas saya tetap tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya.  Hanya ada satu tambahan kegiatan yang harus fokus saya lakukan yaitu meneruskan program bunda cekatan di bagian akhir dan menyelesaikan pelajaran bahasa Jepang yang dulu pernah dimulai.  Saya tidak mau berekspektasi terlalu tinggi, yang penting menyenangkan untuk dilakukan dan target dapat menyelesaikan di pojokan kamar tanpa merasa malas-malasan seperti menuntaskan ibadah puasa yang belum tahu, apakah tahun depan saya dapat bertemu kembali. Aa!! Zettai ni Ganbaru zo!!

Bagaimana kegiatan ngabuburit kamu?

kompasianer palembang (sumber fb kompal)
kompasianer palembang (sumber fb kompal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun