Mohon tunggu...
Herlya Inda
Herlya Inda Mohon Tunggu... Administrasi - Momhomeschooler

I am the ordinary mom, love Kids, Playing, sometimes writing bout me & Kids activity and homeschooling. visit my blog at https://www.herlyaa.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diam dan Dengarkan

11 Maret 2018   03:27 Diperbarui: 11 Maret 2018   03:39 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Belajarlah sampai ke negeri antah barantah, Belajarlah sampai akhir hayatmu..., Belajarlah hingga kau muntah..., belajarlah di mana saja.. Belajarlah dengan siapa saja..., belajarlah dan terus belajar...." -anonim-

Kalimat-kalimat itu terus melekat dalam diriku.  Entah dan sejak kapan mulai terdengar di telinga.  Hanya sajaaku senang dengan kata belajar ketimbang sekolah.  

Jika mengingat ke belakang, awalnya anakku bersekolah di taman kanak-kanak  seperti anak-anak pada umumnya.  Namun karena saat itu aku sakit, dan mesti rutin fisioterapi, akhirnya akupun tidak dapat mengantar jemput anak.  Aku berpikir, masih tk, tidak apalah ditarik dulu.  Rencananya tahun berikutnya akan dimasukkan lagi.  Tapi kenyataan berkata lain.  Kegiatan yang dilakukan bersama anak dengan berbekal browsing internet, ternyata membuat kami keterusan dan semakin menikmati.  

Usia tk pun sudah terlewati.  Tahun ajaran baru menyambut di depan mata.  Sekolah-sekolah mulai membagikan brosur dan informasi.  Tak ketinggalan kamipun mulai ikutan survey.  Berkeliling beberapa sekolah terdekat dengan rumah bersama anak tentunya untuk memberikan bayangan bagaimana dan sekolah yang mana yang lebih dia minati.  Akhir masa promosi Sekolah berakhir.  Saatnya kami harus memutuskan.  Namun yang terjadi adalah dia berkata ingin bersekolah dengan umi saja.

"Wuaah..., harus mulai dari mana ini?" Pikirku langsung kalut.

Setelah banyak berkeliling, menjelaskan apa dan bagaimana jika bersekolah formil setingkat sekolah dasar, memperhatikan anak-anak yang setiap pagi berangkat sekolah dengan berseragam rapi, dan nyantanya itu tidak berarti apa-apa saat itu.  

"Kenapa Abang gak mau Sekolah? Tanyaku singkat.

"Abang gak mau dimarahin sama guru." Ujarnya pendek.

"Lho? Sekolah aja belum, tahu darimana Abang dimarahin?" Sahutku kembali.

"Tadi Abang lihat Ibu gurunya teriak-teriak aja.  Memangnya gak bisa ngomong pelan-pelan? Maunya marah-marah aja. " Jawabnya mulai memberi alasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun