Mohon tunggu...
Luthfy Avian Ananda
Luthfy Avian Ananda Mohon Tunggu... Penulis - Kuli Tinta

Pernah belajar di Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa yang Pantas Mendampingi Joko Widodo?

8 April 2018   14:32 Diperbarui: 9 April 2018   01:05 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri (Foto: kompas.com)

Sinyal Muhaimin Iskandar untuk tetap menunggu ajakan dari Joko Widodo sebelum memutuskan langkah selanjutnya ini diakui sebagai bentuk penghormatan, mengingat PKB saat ini masih tergabung dalam koalisi pemerintah sehingga pada 2019 nanti pihaknya juga masih memprioritaskan kubu PDIP dan kawan-kawan. Tetapi, Muhaimin Iskandar juga tidak menampik adanya ajakan partai politik dari luar pendukung Joko Widodo untuk berkoalisi. 

Apalagi dalam sebuah kesempatan dengan awak media ia mengatakan dimanapun tempatnya, ia tetap bertekad untuk menjadi calon wakil presiden. "saya sudah bersilaturahmi dengan banyak ulama di seluruh Indonesia, alhamdulillah beliau-beliau semua memberikan dukungan, intinya dimanapun saya berada baik di pendukung pemerintahan atau oposisi, saya tetap menjadi Wakil Presiden," ungkap Cak Imin. 

Langkah Ketua Umum PKB yang masih memprioritaskan koalisi pendukung Joko Widodo ini cukup wajar, karena dari segi kondisi, posisi yang dimiliki petahana bersama partai pendukung lainnya saat ini memang mempunyai nilai tawar lebih baik ketimbang koalisi oposisi yang belum mendeklarasikan satu nama pun untuk Pemilihan Presidan dan Wakil Presiden yang akan datang.

Muhaimin Iskandar tidak boleh terlalu percaya diri, karena sampai saat ini Joko Widodo sendiri masih menyimpan rapat nama yang akan ditunjuk untuk menjadi partner di 2019 nanti. Selain itu, Cak Imin juga bisa dipastikan tidak akan bersaing sendirian, karena beberapa tokoh besar sudah mulai diperbincangkan dan masuk dalam radar survei. Romantisme yang sepertinya akan kembali terjalin antara PDIP dengan Partai Demokrat perlu diwaspadai. 

Walaupun kedua belah pihak masih malu-malu untuk mengakui, namun kehadiran Joko Widodo dalam beberapa event besar yang diadakan oleh Partai Demokrat seperti memberikan sinyal kuat bahwa kedua king maker yakni Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono itu akan segera islah. Jika saja kedua tokoh besar itu jadi bersatu, maka ada satu nama yang akan dipromosikan, ia adalah Agus Harimurti Yudhoyono. Gelaran Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang lalu sepertinya hanya sebagai batu lompatan untuk putra sulung SBY ini. 

Menurut saya kontestasi saat itu hanya dilakukan sebagai langkah untuk menguji elektabilitas AHY di panggung politik tenah air. Hasilnya tidak mengecewakan, walaupun hanya menduduki urutan paling akhir di bawah Anies-Sandi dan Ahok-Djarot, namun mengingat Agus Harimurti baru pertama kali terjun ke dunia politik. Pilkada serentak pada 2017 itu pula yang pada akhirnya semakin melambungkan namanya. 

Sampai saat ini alumni Akademi Militer tersebut rutin bersafari ke pelosok Indonesia untuk "menjual diri". Kalau Partai Demokrat masih memegang prinsip tidak ada makan siang gratis dalam politik, maka bukan tidak mungkin Susilo Bambang Yudhoyono akan mengajukan syarat AHY sebagai calon wakil presiden untuk memuluskan langkah Demokrat berkoalisi dengan partai pendukung Joko Widodo. Apalagi elektabilitas AHY juga selalu muncul dalam berbagai survei.

Nama lain yang berpeluang masuk ke dalam peta persaingan bursa calon wakil presiden untuk Joko Widodo adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD. Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia tersebut sudah sejak Pemilihan Presiden 2014 yang lalu diisukan akan terjun ke dunia politik, namun ternyata hal tersebut belum juga terjadi sampai saat ini. 

Namun, beredarnya poster yang menyandingkan foto Joko Widodo bersama dengan Mahfud MD membuat ahli hukum tata negara itu kembali dirumorkan akan benar-benar mengabdikan diri kembali kepada rakyat Indonesia melalui panggung politik. Ketika ditemui dalam suatu kesempatan, Prof Mahfud memberikan jawaban yang terasa mengambang, tidak mengiyakan namun juga enggan untuk menolak kesempatan maju sebagai calon wakil presiden. "Sudah pernah ada komunikasi dengan parpol pengusung Jokowi, Alhamdulillah masuk walaupun saya tidak pernah ingin. 

Tapi saya tidak katakan tidak mau, karena nggak mau sombong," kata Mahfud. Pernyataan pria yang saat ini masih aktif sebagai dosen tersebut menimbulkan optimisme tersendiri dari kalangan pro Joko Widodo. Kehadiran Mahfud MD diyakini akan menguatkan kebijakan pemerintahan khususnya dalam bidang supremasi hukum dan kedekatan Mahfud MD dengan kalangan Islam akan menjadi senjata ampuh bagi pemerintahan Joko Widodo untuk mengikis isu diskriminasi identitas yang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi bangsa Indonesia. 

Salah satu contoh optimisme itu bisa kita temukan dalam kolom komentar akun Instagram resmi milik Mahfud MD yang berkata "wah kalau Prof Mahfud mendampingi Jokowi, saya yakin Indonesia akan maju hukumnya dan tidak ada lagi isu agama yang dibawa ke panggung politik," ujar salah satu akun pengguna Instagram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun