Mengamati hiruk pikuk ibadah haji dan umroh, khususnya di momentum hari Arafah hari ini, saya menyaksikan dengan jelas bagaimana kedua ibadah ini, jauh melampaui dimensi spiritualnya, menjadi pilar penting dalam pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia. Haji dan umroh bukan sekadar perjalanan keagamaan, melainkan katalisator yang kuat dalam mendorong mobilitas sosial, memperkuat kelas menengah, dan memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan bangsa, khususnya dalam tata kelola pemerintahan. Pengalaman penelitian dan pengamatan mendalam selama bertahun-tahun, serta analisis terhadap data dan informasi yang kredibel, mengukuhkan pandangan ini sebagai sebuah realitas yang patut diapresiasi dan dikelola dengan bijak dan serius.
Haji, khususnya, memiliki sejarah panjang dalam membuka jalan menuju peningkatan status sosial dan ekonomi di Indonesia. Gelar "Haji" atau "Hajjah" yang disematkan kepada mereka yang telah menunaikan ibadah, merupakan pengakuan sosial yang berharga, menandakan pencapaian spiritual sekaligus simbol kemapanan. Proses persiapan dan pelaksanaan haji, yang membutuhkan perencanaan keuangan yang matang, juga memicu aktivitas ekonomi yang signifikan. Kebutuhan akan perlengkapan ibadah, transportasi, akomodasi, dan konsumsi selama di Tanah Suci, menggerakkan roda ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor terkait seperti biro perjalanan haji dan umroh, industri pakaian muslim, serta jasa keuangan syariah. (Azhari, 2015).
Peran ekonomi haji dan umroh dalam perekonomian nasional tidak dapat dipandang sebelah mata. Meningkatnya jumlah jamaah haji dan umroh seiring dengan pertumbuhan kelas menengah Indonesia, yang memiliki kemampuan finansial lebih baik, menjadi bukti nyata. Devisa yang masuk dari jamaah yang membelanjakan uangnya di Arab Saudi, peningkatan konsumsi domestik terkait persiapan dan pelaksanaan ibadah, serta pertumbuhan industri pendukung, semuanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Sektor transportasi, akomodasi, dan makanan, serta investasi pada sektor properti dan keuangan syariah mengalami peningkatan yang signifikan (BPS, 2022). Fenomena ini juga menciptakan multiplier effect yang positif di daerah-daerah, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Lebih dari sekadar dampak ekonomi dan sosial, haji dan umroh memiliki dimensi spiritual yang mendalam, yang memberikan pengaruh signifikan pada pembentukan karakter dan nilai-nilai yang positif dalam masyarakat. Pengalaman spiritual di Tanah Suci, yang menekankan pada kesederhanaan, persaudaraan, dan ketaatan kepada Tuhan, membentuk individu yang lebih peduli, jujur, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini sangat penting dalam membangun masyarakat yang berintegritas dan berkeadilan. Pengalaman berinteraksi dengan jamaah dari berbagai belahan dunia juga memperluas wawasan, menumbuhkan toleransi, dan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Spiritualitas haji, yang mengajarkan tentang pengorbanan, keikhlasan, dan kesabaran, menjadi fondasi yang kokoh bagi pembentukan karakter individu dan masyarakat yang berakhlak mulia.
Dampak spiritualitas haji bahkan meluas ke ranah tata kelola pemerintahan. Individu yang memiliki pengalaman haji cenderung memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas. Nilai-nilai ini menjadi landasan yang kuat bagi terciptanya pemerintahan yang bersih dan efektif. Mereka yang telah merasakan pengalaman spiritual di Tanah Suci diharapkan mampu mengaplikasikan nilai-nilai luhur tersebut dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin atau birokrat. Pengalaman haji dapat menjadi katalisator bagi perubahan positif dalam tata kelola pemerintahan, mendorong terciptanya birokrasi yang melayani masyarakat dengan lebih baik, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan demikian, haji tidak hanya memberikan manfaat bagi individu, tetapi juga berkontribusi pada perbaikan sistem pemerintahan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Namun, sektor haji dan umroh juga menghadapi tantangan. Biaya yang relatif mahal dengan waktu tunggu yang sangat panjang menjadi hambatan bagi sebagian masyarakat. Praktik-praktik eksploitasi oleh oknum biro perjalanan juga menjadi perhatian serius. Untuk memaksimalkan manfaat dari sektor ini, diperlukan kebijakan yang komprehensif. Pertama, peningkatan transparansi dan akuntabilitas melalui pengawasan ketat terhadap biro perjalanan dan pembangunan sistem informasi yang mudah diakses. Kedua, pengembangan produk keuangan syariah yang terjangkau. Ketiga, peningkatan kualitas pelayanan bagi jamaah. Keempat, pemberdayaan ekonomi lokal melalui pelatihan dan akses modal. Kelima, peningkatan edukasi dan literasi terkait haji dan umroh.
Singkatnya, haji dan umroh adalah kekuatan pendorong kemajuan bangsa. Melalui berbagai aspek ekonomi, sosial, dan budaya, kedua ibadah ini mendorong mobilitas sosial, memperkuat jaringan sosial, meningkatkan kualitas SDM, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan kebijakan yang tepat, haji dan umroh akan terus menjadi katalisator bagi kemajuan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan, serta memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera secara lahir dan batin. Mari kita jadikan perjalanan spiritual ini sebagai jalan menuju Indonesia yang lebih maju dan berkeadilan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI