Pengunjung dapat mengakses embung setiap hari, tak terbatas waktu, hanya dikenakan biaya parkir ekonomis (sekitar Rp2.000), menjadikannya destinasi favorit untuk menikmati senja bersama keluarga, teman, atau sekadar sendiri
Rencana dan Komitmen Pemerintah
Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, menyatakan kesiapan Pemerintah Kota untuk mengambil alih pengelolaan embung guna menjadikannya ikon wisata kota. Direncanakan penambahan fasilitas seperti penerangan malam hari dan kebersihan serta tata ruang yang lebih tertata
Namun saat ini, embung masih berada dalam pengelolaan BBWSO dan Pemprov DIY. Pemerintah Kota telah menyampaikan minat berupa pengelolaan "pinjam pakai", meski aset tetap tetap di bawah Pemprov DIY. Penandatanganan naskah kerja sama diperkirakan segera berlangsung
Tantangan: Fasilitas dan Pengelolaan
Meski ramai, beberapa pengunjung mengeluhkan kurangnya pemeliharaan. Laporan BPK menyebut bangku taman rusak, sampah menumpuk, dan beberapa area dipenuhi semak belukar, khususnya di ujung barat embung.Ini menunjukkan isu berkelanjutan terkait sumberdaya pengelolaan, yang hingga kini belum berjalan optimal karena status aset yang belum beralih.
Potensi Ekonomi dan Budaya
Kawasan embung juga digunakan untuk meningkatkan penghidupan lokal. Di sekitar embung terdapat komunitas perajin batik pewarna alam. Paguyuban Batik Tulis Langensari (PBTLS) yang menyelenggarakan kegiatan edukasi dan atraksi langsung di lokasi embung Rencana penanaman tanaman pewarna alami akan menyempurnakan konsep ekowisata budaya ini.
Diharapkan, embung menjadi "wisata edukasi batik pewarna alam" yang tidak hanya menarik pengunjung tetapi juga memberi peluang pelatihan regenerasi budayawan muda