Mohon tunggu...
Luthfie Ananda
Luthfie Ananda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Diam-diam

14 September 2018   10:00 Diperbarui: 14 September 2018   10:21 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kisah ini saya alami saat saya masih duduk di bangku perkuliahan. 

Perempuan itu bernama Indira, berhijab, ibadahnya rajin serta memiliki wajah rupawan yang merupakan nilai tambah dalam dirinya. Awal pertama bertemu Indira, saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Ya, kesan petama memang sangat membekas, namun patut disayangkan karena saya tidak pernah memiliki keberanian untuk berbicara ataupun bertegursapa langsung dengan-nya. Hanya melihat wajahnya saja sudah membuat mulut saya membisu dan salah tingkah. Sulit rasanya, untuk berkenalan pun rasanya sulit. Bahkan untuk mendapatkan pin BlackBerry-nya saja saya harus menunggu sampai ada temen yang mempromote dia, karena hanya itu satu-satunya cara agar saya bisa memiliki kontaknya.

Hal yang membuat saya tidak PD adalah penampilan saya sendiri yang membuat saya merasa bahwa untuk berkenalan dengannya sangat sulit. Saya itu sederhana, bahkan sampai sederhananya saya sering cuma pakai sandal ke kampus. Sebenernya bukan persoalan ekonomi saya takut untuk mendekati Indira, tetapi soal apa yang pernah saya alami di masa lalu. Saya takut hal itu akan terulang jika saya mendekati Indira. Maka saat itu saya putuskan, saya akan mencintainya dalam diam dan jika ada kesempatan buat saya itu tidak akan pernah saya sia-siakan.

Seperti kebanyakan orang yang cinta diam-diam, mereka pasti akan mencari tahu hal apapun yang disukai oleh orang yang mereka taksir. Seperti halnya saya, mencari-cari seperti apa kepribadian dia yang sebenernya? apasih yang dia suka? Walaupun saya tau bahwa dia tidak akan pernah memikirkan saya sama sekali. Sesulit inikah cinta diam-diam? Saya hanya bisa berkhayal dan memikirkan apa yang akan terjadi jika cinta yang selama ini saya pendam tersampaikan. Apakah kita akan menjadi sepasang kekasih seperti halnya dengan remaja lainnya? Kemudian saya bangun dari lamunan itu dan yakin bahwa khayalan saya sudah terlampau jauh. Iya jauh, bahkan kenalan saja saya tidak berani, apalagi menyatakan perasaan? Kenapa sih menyatakan cinta itu sulit? Bahkan bisa menyiksa siapapun yang memang memendam perasaannya. Seperti halnya saya dan orang-orang lain yang cinta secara diam-diam.

Sampai pada suatu malam, handphone saya berdering dan terpampang notifikasi dari "Indira". Saya senang bukan kepalang, sampai-sampai sudah membayangkan hal-hal yang mungkin dibilang sudah kejauhan.

"Hi sorry ganggu" sapanya yang kemudian langsung saya balas dengan cepat "Hi juga, engga ganggu kok. Ada apa? Tumben chat gw?"

Indira pun membalas "Lu Luthfie yang anak Multimedia kan?"

"Iya, bener gw Luthfie anak Multimedia"

"Bisa minta tolong ga? Flashdisk gw masa gabisa kebaca, lu bisa benerin ga?" balas Indira

Disaat itu pula saya sangat senang sekali, perasaan tersebut menggambarkan seperti "WOW GILA". Ya memang walaupun dia hanya meminta tolong untuk memperbaiki flasdisk-nya yang rusak, tetapi kalian akan tahu betapa bahagianya jika seseorang yang kalian taksir men-chatting kalian duluan. Permintaan tolong tersebut pun dengan mudah saya iya-kan.

"Oke kebetulan besok gw libur, ketemuan besok ya di kantin kampus jam 10!" jawab saya dengan semangat.

***

Keesokan harinya saya sengaja datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Alasannya sederhana, karena saya tidak ingin membuat perempuan yang saya taksir menunggu. Sudah lewat 15 menit dari waktu yang dijanjikan, tetapi dia belum kunjung datang juga. Mungkin buat kebanyakan orang menunggu adalah hal yang paling membosankan, tetapi menunggu bisa menjadi hal yang sangat menyenangkan jika yang di tunggu adalah sesuatu yang bisa membuat hati bergema. Akhirnya setelah menunggu hampir setengah jam dia pun tiba. Dia terlihat berjalan dari kejauhan dan setiap langkahnya membuat jantung saya berdetak kencang.

"Hai .." sapa Indira

"Ha.. haii.." jawab saya dengan nada gugup, karena ini adalah pertamakalinya saya bertatapan muka dengannya.

"Sorry ya lama, macet soalnya. Nih flashdisk gw, tolong di benerin yaa. Sorry nih gw gabisa nunggu, soalnya gw ada kelas. Gapapa kan?" Tanya Indira sambil menyerahkan flasdisknya.

"O.. okee.. iya, gapapa kok"

"Okedeh, makasih yaa" balas dia sambil tersenyum yang kemudian langsung bergegas untuk ke kelas.

Senyuman itu seperti membekas hingga membuat saya semakin bahagia dan membuat saya bertanya kepada diri saya sendiri "apakah ini kesempatan buat gw?"

Waktu pun berlalu, flasdisk miliknya juga sudah selesai saya perbaiki dan hal yang saya lakukan selanjutnya adalah menunggu dia menyelesaikan pelajaran pada hari itu. Saya pun men-chatting dia untuk memastikan kapan selesainya mata kuliah tersebut.

"Ra, matkulnya selesai jam berapa?"

"Matkulnya selesai jam 3 fi" balas Indira.

"Oh.. Oke, gw tunggu di kantin ya" jawab saya yang kemudian di balas "oke" olehnya.

Setelah lama menunggu dia, akhirnya dia datang dan langsung menghampiri saya.

"Gimana flashdisk gw? Udah bisa lagi?" Tanya-nya

"Udah nih, kemarin tuh gabisa kebaca gara-gara virusnya banyak."

"Ohh.. okedeh kalo gitu, thanks ya" lagi-lagi dia memberikan senyuman ke arah saya. Dan kemudian saya mencoba memberanikan diri untuk sekedar meminta nomor handphone-nya.

"Ra, umm.. gw boleh ga? Mm.. minta nomor handhone lu?"

"Boleh kok, nih nomor gw" jawabnya, lagi-lagi dengan senyuman yang kemudian saya balas dengan kata terimakasih dan kami pun berpisah saat itu. Namun, senyuman-nya seakan tak mau berpisah dan terus membayangi pikiran saya yang tentunya membuat saya bahagia. Indahnya hari ini.

***

Sejak saat itu saya jadi sering chatting dengannya. Mungkin ini pertanda baik dan mungkin sebuah kesempatan yang paling berharga. Walaupun hanya sekadar chatting hal itu akan terasa sangat menyenangkan, seakan jari-jemari tiada lelahnya untuk mengetikkan kata-kata, mata seakan tidak dibuat lelah karenanya. Namun hal itu hanya sementara, sebelum penyusunan skripsi menghantui para mahasiswa tingkat akhir.

Semenjak dimulainya penyusunan skripsi, hubungan saya dengan dia seakan menjadi menjauh dan kembali seperti dulu lagi, saat kita saling tidak mengenal satu sama lain. Kami sudah jarang chatting, bahkan bertemu pun kami sering tidak bertegursapa. Mungkin memang karena penyusunan skripsi ini membuat kami menjadi super sibuk. Sibuk bimbingan, sibuk revisi, sibuk mencari materi serta sibuk untuk latihan presentasi. Tapi apakah memang harus sesibuk itu? bukankah seharusnya kita bisa me-manage waktu agar bisa bersendagurau lagi?

Sampai tiba saatnya wisuda, ya wisudah adalah hal yang paling bahagia juga bercampur sedih. Bangga akan pencapaian saya, bahwa saya bisa lulus dan membanggakan kedua orang tua saya dan sedih karena saya juga harus berpisah dengan teman-teman yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan di universitas lain.

Hal yang paling tidak bisa saya lupakan adalah senyumannya disaat itu. Ya, saat dia meminta tolong saya untuk memperbaiki flasdisknya. Sayangnya tempat kami duduk berpisah cukup jauh, dia ada di barisan depan sedangkan saya ada di barisan belakang dan saya hanya bisa melihat dia saat namanya di panggil untuk naik keatas panggung. Pada saat itulah saya merasa bahwa ya, mungkin ini menjadi terakhir kalinya saya bisa melihat-nya. Walaupun dari kejauhan, tetapi tak apa, saya tetap bahagia. Wisuda adalah sebuah perpisahan, baik itu perpisahan dengan teman-teman maupun dengan dia dan hingga saat ini perasaan itu masih terpendam di lubuk hati ini.

Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Jika kau cinta, maka katakanlah cinta dan janganlah ragu. Karena jika kamu terus memendam perasaan itu, kamu hanya akan berinvestasi. Ya berinvestasi, tetapi investasi ini beda dengan invenstasi lainnya. Yaitu Investasi Kenangan (mungkin Indah atau mungkin menyakitkan).

 "Hey.. bagaimanakah kabarmu sekarang? Gw cuma bisa berharap kita bisa bertemu lagi dan gw gaakan sia-siakan kesempatan berikutnya. Untuk menyatakan perasaan ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun