Nilai religius. Segala bentuk keuntungan di warkop baik dari segi finansial dan bertambahnya relasi tidak lepas dari kehendak Tuhan. Maka dari itu, warkop tidak pernah lepas dari nilai-nilai religius. Nilai religius lebih identik dengan nilai-nilai keagamaan yang lebih menitikberatkan pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan sesama manusia. Contoh nilai religius ini adalah ibadah, berdoa, bersyukur, peduli terhadap sesama dan lainnya. Harapan dari praktik nilai ini di warkop adalah keberkahan dalam usaha warkop.
Dalam praktiknya, pengusaha warkop biasanya memulai usahanya, Â mengawali dengan doa dan diakhiri dengan rasa syukur. Doa ditujukan sebagai bentuk penghambaan dan rasa tiada berdaya menentukan apa dan berapa yang diperoleh. Maka dari itu bersandar pada Tuhan di balik doa menjadi jalan utama.
Rasa syukur pengusaha warkop sebagai bentuk pujian pada Yang Mahakuasa terhadap apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Besar kecilnya keuntungan harus disyukuri, dengan begitu rezeki akan berkah dan bertambah. Selain keuntungan finansial, pengusaha warkop juga dapat bersyukur karena bertambahnya pelanggan yang kemudian menjadi relasi. Dari pelanggan yang satu dengan pelanggan yang lain inilah nantinya bertambah keuntungan dan relasi.
Puncaknya adalah usaha warkop sebagai bentuk ibadah. Dalam artian, warkop bukan sekadar untuk memeroleh keuntungan belaka. Warkop sebagai praktik religius hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan dengan pelanggan sebagai bagian dari makhluk sosial. Warkop yang dijadikan sebagai tujuan ibadah dan sosial seperti keuntungan dibelanjakan untuk hal-hal yang diridhoi Tuhan. Misalnya, membantu orang yang membutuhkan, sumbangan acara keagamaan, perbaikan tempat ibadah dan lainnya.
Akhirnya menjadi sebuah catatan nilai baik akan memberikan citra baik terhadap usaha warkop, begitu pun sebaliknya. Sama halnya dengan kopi yang dijual, citarasa kopi sudah dapat dinilai saat seruputan pertama. Warkop pun sama, warkop mulai dinilai saat mata memandang ke warkop tersebut. Warkop bersih dan pelayanan ramah menjadi nilai pertama sebelum kopi masuk ke mulut. Jika baik, pelanggan dengan sukarela masuk dan ngopi. Jika buruk, pelanggan akan pindah ke lain hati.
.