Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nilai-nilai Penting di Warung Kopi

18 Desember 2020   19:39 Diperbarui: 18 Desember 2020   19:47 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warkop | Gambar oleh KOMPAS.com/Tria Sutrisna

Nilai religius. Segala bentuk keuntungan di warkop baik dari segi finansial dan bertambahnya relasi tidak lepas dari kehendak Tuhan. Maka dari itu, warkop tidak pernah lepas dari nilai-nilai religius. Nilai religius lebih identik dengan nilai-nilai keagamaan yang lebih menitikberatkan pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan sesama manusia. Contoh nilai religius ini adalah ibadah, berdoa, bersyukur, peduli terhadap sesama dan lainnya. Harapan dari praktik nilai ini di warkop adalah keberkahan dalam usaha warkop.

Dalam praktiknya, pengusaha warkop biasanya memulai usahanya,  mengawali dengan doa dan diakhiri dengan rasa syukur. Doa ditujukan sebagai bentuk penghambaan dan rasa tiada berdaya menentukan apa dan berapa yang diperoleh. Maka dari itu bersandar pada Tuhan di balik doa menjadi jalan utama.

Rasa syukur pengusaha warkop sebagai bentuk pujian pada Yang Mahakuasa terhadap apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Besar kecilnya keuntungan harus disyukuri, dengan begitu rezeki akan berkah dan bertambah. Selain keuntungan finansial, pengusaha warkop juga dapat bersyukur karena bertambahnya pelanggan yang kemudian menjadi relasi. Dari pelanggan yang satu dengan pelanggan yang lain inilah nantinya bertambah keuntungan dan relasi.

Puncaknya adalah usaha warkop sebagai bentuk ibadah. Dalam artian, warkop bukan sekadar untuk memeroleh keuntungan belaka. Warkop sebagai praktik religius hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan hubungan dengan pelanggan sebagai bagian dari makhluk sosial. Warkop yang dijadikan sebagai tujuan ibadah dan sosial seperti keuntungan dibelanjakan untuk hal-hal yang diridhoi Tuhan. Misalnya, membantu orang yang membutuhkan, sumbangan acara keagamaan, perbaikan tempat ibadah dan lainnya.

Akhirnya menjadi sebuah catatan nilai baik akan memberikan citra baik terhadap usaha warkop, begitu pun sebaliknya. Sama halnya dengan kopi yang dijual, citarasa kopi sudah dapat dinilai saat seruputan pertama. Warkop pun sama, warkop mulai dinilai saat mata memandang ke warkop tersebut. Warkop bersih dan pelayanan ramah menjadi nilai pertama sebelum kopi masuk ke mulut. Jika baik, pelanggan dengan sukarela masuk dan ngopi. Jika buruk, pelanggan akan pindah ke lain hati.
.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun