Mohon tunggu...
Lutfillah Ulin Nuha
Lutfillah Ulin Nuha Mohon Tunggu... Wahabi Lingkungan

Tumbuh sehebat do'a ibu | Menjadi ruang bagi ide-ide yang dianggap terlalu idealis untuk dunia yang sibuk menghitung untung-rugi |

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menembus Batas Inovasi: Cahokia Rice & Misi Sunyi Arek Malang

4 Agustus 2025   18:38 Diperbarui: 4 Agustus 2025   18:38 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menembus Batas Inovasi: Cahokia Rice & Misi Sunyi Arek Malang (Foto: Alumni UB)

Cahokia Rice mengandung protein 50 persen lebih tinggi dari beras biasa, indeks glikemiknya rendah, tahan penyakit, dan dapat dipanen hingga 7.560 kilogram per hektar. Setiap hektar Cahokia dapat menghasilkan sekitar 150 kilogram protein murni. Bandingkan dengan daging sapi yang per hektar padangnya hanya mampu menghasilkan 30 kilogram protein. Ini bukan hanya prestasi ilmiah, tetapi lompatan sosial.

"Kami sengaja tidak menggunakan GMO agar bisa diterima oleh masyarakat luas. Kami ingin varietas ini menjadi jembatan, bukan tembok."

Kini Cahokia Rice sudah dikomersialkan di Amerika Serikat dan dipatenkan secara resmi. Namun Prof. Herry membuka peluang kolaborasi agar varietas ini juga bisa dikembangkan di Indonesia. Baginya, sains seharusnya tidak mengenal batas negara, ia harus menjadi milik bersama.

Diaspora yang Tidak Lupa Pulang

Sebagai Presiden Indonesian Diaspora Network United, Prof. Herry tidak hanya mengurusi laboratorium dan riset. Ia juga menjadi penghubung antara ilmuwan Indonesia di luar negeri dengan berbagai institusi dalam negeri. Ia percaya bahwa kolaborasi global hanya akan bermakna jika berdampak pada tanah kelahiran.

Ia memfasilitasi beasiswa, pertukaran pelajar, pengiriman peneliti, serta program-program sosial di daerah tertinggal. Salah satu yang paling berkesan adalah pengabdiannya di Papua, di mana ia secara langsung mengajar anak-anak dan memberi motivasi bagi para guru. Semua dilakukan dengan rendah hati dan tanpa eksposur media.

"Kami ini bukan yang hebat-hebat. Kami hanya orang-orang yang kebetulan belajar lebih dulu dan ingin membantu yang lain menyusul."

Baginya, nasionalisme tidak harus lantang. Kadang ia cukup hadir dalam bentuk sederhana. Pengiriman benih unggul, mentoring mahasiswa doktoral, atau mendampingi guru-guru di pelosok.

Ilmu Tidak Minta Panggung

Di era ketika gelar sering dijadikan panggung, Prof. Herry memberi contoh lain. Bahwa ilmu yang benar tidak menuntut sorotan. Ia cukup hadir, bekerja, dan memberi manfaat. Ia tidak sibuk membanggakan pencapaian, tapi sibuk menanam bibit-bibit perubahan yang kadang tak terlihat.

Bagi saya pribadi, ini pelajaran penting. Bahwa yang membuat seseorang besar bukanlah di mana ia berada, tapi apa yang ia lakukan dari tempat itu. Bahwa menjadi diaspora tidak selalu berarti pergi meninggalkan, tapi bisa juga menjadi cara untuk memberi lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun