Mohon tunggu...
Lutfillah Ulin Nuha
Lutfillah Ulin Nuha Mohon Tunggu... Wahabi Lingkungan

Tumbuh sehebat do'a ibu | Menjadi ruang bagi ide-ide yang dianggap terlalu idealis untuk dunia yang sibuk menghitung untung-rugi |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jejak Ken Arok: Ambisi, Visi, dan Revolusi dari Kalangan Jelata

2 Agustus 2025   18:14 Diperbarui: 2 Agustus 2025   18:14 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejak Ken Arok (Ilustrasi: Luffy Neptuno)

Ketika Ambisi Bertemu Visi

Yang membuat saya kagum bukan hanya keberanian Ken Arok merebut kekuasaan, tapi juga keberhasilannya membangun fondasi dinasti. Kerajaan Tumapel yang kemudian berkembang menjadi Singhasari adalah warisannya. Dari situ lahir tokoh-tokoh besar lain seperti Anusapati, Kertanegara, hingga Raden Wijaya yang kelak mendirikan Majapahit.

Bayangkan, dari seseorang yang bahkan identitas asalnya dipertanyakan, Ken Arok justru menjadi pendiri dinasti yang mewarnai peta sejarah Nusantara. Apakah itu tidak luar biasa?

Saya percaya, untuk membangun kerajaan tidak cukup hanya dengan ambisi tetapi dibutuhkan visi, dan Ken Arok bagaimana pun caranya terbukti punya visi besar tentang tatanan kekuasaan yang ingin ia wujudkan. Ia bukan perusak; ia pembangun. Ia bukan perampok kekuasaan; ia pengukir sejarah.

Cermin Bagi Mereka yang Terpinggirkan

Setiap kali saya memikirkan Ken Arok, saya tidak melihatnya sebagai penjahat sejarah. Saya melihatnya sebagai pahlawan dari kalangan tertindas. Ia bukan tokoh putih bersih seperti dalam dongeng, tapi juga bukan penjahat seperti dalam moral kisah hitam-putih.

Ken Arok adalah manusia utuh, rumit, dan penuh paradoks. Tapi justru karena itu, ia sangat relevan. Ia mengajarkan saya bahwa dalam hidup ini, bukan soal dari mana kita berasal, tapi sejauh mana kita bersedia melangkah melampaui batas-batas yang diwariskan pada kita.

Bagi saya pribadi, kisah Ken Arok mengajarkan satu hal penting yakni bahwa kekuasaan bukanlah kutukan jika digunakan untuk mengubah nasib bersama. Bahwa sekalipun lahir dari lumpur, manusia tetap bisa mekar seperti teratai, sepanjang ia tidak menyerah.

Refleksi


Ken Arok adalah bagian dari sejarah bangsa kita yang terlalu sering dilihat dari satu sisi. Tapi jika kita mau jujur, di balik segala kontroversinya, ada teladan yang bisa kita petik. Tentang tekad, keberanian, strategi, dan keyakinan bahwa siapa pun bisa mengukir sejarahnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun