Dalam struktur sosial, Tolaki mengenal sistem Ombahe, yang membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial tertentu. Hal ini berdampak pada tata cara perkawinan, pewarisan, bahkan penempatan tokoh dalam upacara adat.
Pernikahan dan Mas Kawin Berlapis Makna
Pernikahan dalam adat Tolaki tak hanya menyatukan dua insan, tetapi juga dua keluarga besar. Prosesnya bisa memakan waktu berbulan-bulan karena adanya negosiasi Pabise (mas kawin) dan Panati (sistem perundingan). Pabise bisa berupa emas, perak, atau bahkan kerbau, tergantung pada status sosial mempelai.
"Kalau dulu, pernikahan bisa batal hanya karena gagal sepakat soal panati," kata Nani, seorang ibu rumah tangga di Lambuya yang masih menjaga tradisi keluarga besar Tolaki.
Seni Lulo yang Mendunia
Salah satu warisan budaya Tolaki yang kini dikenal luas adalah Tarian Lulo. Tarian ini dulunya merupakan simbol kebersamaan dan persatuan, kini sering ditampilkan dalam berbagai acara nasional bahkan internasional.
Namun, masyarakat adat mengingatkan bahwa di balik gerakan memutar tangan dan kaki itu, tersimpan nilai tentang harmoni sosial dan etika hidup bersama.
Antara Modernitas dan Pelestarian
Kini, masyarakat Tolaki tersebar tidak hanya di pedalaman Konawe dan Kolaka, tetapi juga menjangkau kota-kota besar. Mereka terjun dalam berbagai profesi dari birokrat, pengusaha, hingga akademisi. Meski demikian, semangat menjaga adat dan budaya tetap menyala.
Banyak komunitas muda Tolaki kini mendirikan sanggar budaya, forum pemuda adat, dan media sosial khusus pelestarian Bahasa Tolaki.