Di balik gemuruh modernisasi dan geliat pembangunan di Sulawesi Tenggara, berdiri teguh sebuah suku tua yang masih menjaga nilai-nilai leluhur dan budaya lokalnya: Suku Tolaki.
Sebagai suku mayoritas di wilayah ini, Tolaki bukan hanya menjadi identitas etnis, tetapi juga simbol dari peradaban lama yang kaya akan filosofi hidup, seni, dan struktur sosial yang kompleks.
Warisan dari Kerajaan Konawe
Menurut sejarah lokal, Suku Tolaki merupakan keturunan langsung dari kerajaan-kerajaan kuno di jazirah tenggara Sulawesi, khususnya Kerajaan Konawe. Hingga kini, banyak tradisi dan sistem sosial masyarakat Tolaki yang masih diwarisi dari era kerajaan tersebut.
Nama-nama kampung seperti Unaaha, Pondidaha, hingga Abuki masih menyimpan jejak linguistik dan struktur sosial khas Tolaki.
Mosehe Wonua: Penyucian Negeri
Salah satu ritual adat yang masih lestari hingga saat ini adalah Mosehe Wonua, sebuah upacara adat untuk menyucikan negeri dari bencana dan marabahaya. Dalam upacara ini, tokoh adat memimpin serangkaian doa, penyembelihan hewan, dan prosesi simbolis yang menyatukan seluruh komunitas.
"Mosehe bukan sekadar tradisi, tapi ini bagian dari cara kami menjaga harmoni dengan alam dan leluhur," kata La Ode Sabil, seorang tokoh adat Tolaki di Kecamatan Abuki.
Bahasa dan Struktur Sosial yang Terjaga
Meski arus globalisasi perlahan mengikis penggunaan bahasa daerah, Bahasa Tolaki masih digunakan aktif dalam keluarga, forum adat, dan beberapa sekolah lokal. Bahasa ini kaya dengan metafora dan ungkapan filosofis, mencerminkan pandangan hidup masyarakat Tolaki yang egaliter namun berjenjang.