Mohon tunggu...
Lutfi Koto
Lutfi Koto Mohon Tunggu... Lainnya - Long life learning - Education
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Always learning - Always education

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menunggu tapi Tidak Membosankan

15 Agustus 2022   20:56 Diperbarui: 15 Agustus 2022   21:15 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semua orang setuju jika melakukan sesuatu tepat waktu lebih menyenangkan daripada menunggu. Pengalaman menunggu yang gua ingat adalah menunggu dosen mengajar. Saat kuliah di Harvard University gua dapat tugas dari dosen untuk meneliti tentang pembelajaran Budaya Alam Minangkabau di Universitas Andalas (UNAND), Indonesia.

Gua ketemu sama Prof. Luk Salim, salah satu Dosen yang mengajar di jurusan Budaya Alam Minangkabau. Beliau sangat kooperatif dan banyak mengajarkan gua tentang ilmu yang belum pernah gua dapatkan di Harvard University. Selama 2 minggu di Padang gua merasa nyaman.

Disana orang-orang sangat toleransi. Gua pernah diajak makan malam sama Prof Luk di salah satu Rumah Makan di Padang, Lamun Ombak. Gua hepi karna di rumah makan itu gua ditraktir makan sepuasnya. yang bikin gua bahagia bukan karena di traktir, tapi gua bahagia karena gua udah dianggap seperti keluarga.  

Saat itu gua makan malam bersama istri dan anak-anak Prof. Luk Salim. Bayangin gua yang jauh datang dari Amerika meneliti ke Padang dan gua bertemu dengan orang yang baik dan menganggap gua seperti keluarga sendiri. Kebahagiaan ini bagi gua tidak bisa dinilai dengan uang.

Pengalaman menunggu gua dimulai 2 hari setelah makan malam. Gua lupa liat jadwal mengajar Prof. Luk. Gua salah tulis jika hari itu Prof Luk mengajar dari jam 9 sampai 12 siang. Waktu itu gua sedang on the way ke UNAND dari hotel jam 8.49 WIB. Akhirnya gua tetap menunggu Prof Luk selama 2 jam. Dua jam menunggu terasa cepat karena gua menulis pengalaman menyenangkan gua selama di Padang. Hal ini mengusir rasa bosan gua dan Ga kerasa tulisan gua udah 10 halaman. 

Gua fikir cerita gua layak untuk dibaca teman gua di Harvard. Gua menghubungi Barrack untuk cek e-mail dan membaca tulisan gua, dan Bravoo... dia tertarik. Barrack merupakan salah satu teman gua yang bapaknya punya perusahaan percetakan buku di Meadville, City in Pennsylvania. 

Dia menawarkan gua untuk mengeksplore kota Padang lebih detail karena tulisan gua yang 10 halaman tadi ditawari untuk dijadikan buku. Barrack tertarik untuk mengembangkan tulisan gua menjadi sebuah buku dan segera mengunjungi Padang. 

Gua senang karena gua ga pernah bayangin tulisan gua yang 10 halaman dibayar jutaan dollar untuk dikembangkan menjadi buku yang nantinya akan diterbitkan oleh Perusahaan milik ayah Barrack. Menunggu yang menghasilkan jutaan dollar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun