"Kita nggak melepas nama brand (bakery, resto) tersebut, karena posisi Eman sebagai platform penyalur makanan surplus dari tenant-tenant itu sendiri. Jadi secara tidak langsung customer akan mengetahui kualitas roti dari tenant aslinya," jelas Corine.
Untuk tenant sendiri, EMAN memberikan kartu eman sebagai proteksi ganda. Kartu tersebut berisikan nama tenant, tanggal diambil dan best before makanan tersebut. Selain itu, Eman senantiasa mengingatkan customer-nya untuk menyimpan makanan ke dalam kulkas bila tidak dimakan hari itu.
Dijadikan platform untuk berbagi
Di awal pendirian EMAN, mereka tidak menyangka akan mendapatkan feedback positif dari masyarakat di mana konsep bisnis ini dinilai solutif untuk mengatasi masalah food waste. Bahkan, ada customer yang membeli produk dari Eman meng-upload produk tersebut dengan memberikan caption jujur akan kepuasan pelayanan dan produk, sambil mendukung program EMAN.
Hal berkesan selama di Eman adalah ketika platform tersebut dijadikan tempat berbagi. Tidak jarang, ada customer sengaja membeli untuk diberikan kepada driver yang mengambil. "Ketika kita pesenin gojek dan dapet siapa drivernya terus dikasih tau kalau ini buat bapak, reaksinya so heartwarming. Mereka berterima kasih sambil cerita kalau nggak pernah dapat makanan merk ini dan akan dibagiin ke keluarga. Jadi, ya, seneng dengernya," cerita Corine saat ditanya pengalaman berkesannya.
Bukan hanya itu, EMAN juga mendatangi salah satu sekolah gratis di Surabaya untuk berbagi di momen Natal 2020 kemarin. Mereka senang bisa berbagi sesuatu walaupun bukanlah hal yang besar. Secara tidak langsung platform ini turut meningkatkan kepedulian kepada makanan dan masyarakat sekitar.