Mohon tunggu...
Nisa Lutfiana
Nisa Lutfiana Mohon Tunggu... Tutor - Okee saya seorang perantau yang tengah mencari penghidupan di perbatasan negeri ini :)

I know I'm not the only one. Belajar tak akan pernah mengenal waktu. Inilah sepenggal cipta dari rasa yang terjaga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

He is My Bro

15 Juli 2016   11:32 Diperbarui: 15 Juli 2016   11:36 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari http://sudahtahukahkalian.blogspot.co.id/2012/12/tiket-perjalanan-hidup-manusia-ke.html

Setiap orang memiliki tempat di memori orang lain dengan caranya masing-masing. Termasuk aku, yang menyimpan memori tentang seorang yang ku sebut kakak atau biarlah sedikit mengikuti tren dengan menyebutnya ma bro. Akan ku ceritakan tentang seorang yang belum lama ini ku kenal dengan tidak sengaja, tapi begitu membekas.

I.

Setahun yang lalu  demonstrasi may day oleh mahasiswa, bukan buruh tapi mahasiswa terjadi di Purwokerto. Aku yang terbilang baru memasuki dunia per-demonstrasian dibuat kaget dengan celetukan orang asing yang duduk disebelahku. “Siapa suruh kamu duduk?” begitu katanya. Lah si? Setelah long march panjang dan ku ambil beberapa dokumentasi keputusan ku untuk duduk di pinggir, menjauhi massa sepertinya salah. Maka langsung saja ku menanyakan posisinya yang duduk (juga). “Aku kan ngga ikut demo,” jawabnya santai, sambil lalu. Kampreet orang ini, saking kampretnya hingga masih ku ingat sampai sekarang.

II.

Setahun lalu, tepatnya setelah aku mengikuti Sekolah Ekonomi Politik yang diselenggarakan oleh UKM riset di Fisip Unsoed, Rhizome, Pondok Berhimpun juga mengadakan Sekolah Ekonomi Politik serupa namun dengan pembicara dan peserta yang berbeda (kecuali aku dan beberapa kawan yang sebelumnya ikut sekolah ekopol). Keterlibatanku dalam sekolah ekopol yang kedua tidak terlalu, hanya mengulang materi yang ku rasa masih belum mampu ku cerna dengan baik. Alhasil, keterlambatan kedatangan ku di penyampaian materi sudah menjadi biasa. Satu kali, aku mengikuti materi tentang Keynes yang sudah di tengah jalan pembahasannya. Eh, pembahasan Keyness diulangi lagi, padahal di sesi sebelumnya sudah. Yang membuat ku ingat adalah pembawaan pematerinya, dia membawakannya dengan gaya nya yang penuh semangat nan asik, hingga kantuk pun tak tega mampir. Ini membuat ku ingin terus mendengarkannya. Namun karena aku sudah membeli tiket konser ten2five, ku putuskan pulang lebih awal.

III.

Beberapa bulan lalu, aku beserta beberapa kawan dari Pondok Berhimpun berencana mengikuti aksi penolakan tambang semen di Karst Gombong Selatan. Tak dinyana aku sendiri yang belum memiliki partner motor, perjalanan 2 jam menuju rumah salah satu pemuda desa, Mas Agus membuat ku malas mengendari sendiri. Rencananya aku bersama Mas Dedi, namun dia batalkan keikutsertaannya karna alasan tertentu. Entah bercanda atau tidak, Mas Andaru enggan dipisahkan dengan Mas Gendolo. Sedikit bertanggung jawab, Mas Dedi mencarikan penggantinya. ‘Duh, seperjalanan dengan orang asing,’ pikirku.

Seperti biasanya, perjalanan dalam satu motor dengan orang yang tidak begitu dikenal dimulai dengan pembicaraan tidak serius memeceh kesunyian. Gawatnya setiap ocehan ku ditanggapi serius dan mengagetkan. Ya gimana tidak kaget, baru kenal, tapi setiap apa yang aku bicarakan dibantai habis, disalahkan pula. Alhasil lebih banyak diam, mengiyakan dan tertawa seperlunya.

Sesampainya di rumah Mas Agus, kedatangan kami disambus Mas Wawan yang telah di menginap di sana terlebih dahulu. Dari obrolan kami bersama Keluarga Mas Agus, mengertilah aku bahwa apa yang diucapkan partner perjalanan ku hanya lah ledekan saja. Malam ini sebelum aksi besok pagi, aku menjajikan akan datang lagi 2 minggu kemudian, belajar pertanian, melihat sawah mereka. Seperti biasa, malam ini diwarnai ledekan ketiga orang inih, Mas Andaru, Mas Gendolo, Mas Wawan dan parahnya dikuti juga oleh teman seperjalanan ku. Berawal dari sini, perjalanan selanjutnya kami lebih akrab dengan tawa.

IV.

Janji untuk datang lagi, nyatanya tidak bisa ku tepati, 2 minggu setelah aksi aku mulai disibukkan dengan praktikum dan tugas-tugas. Ah, seperti biasa Mas Andaru meledek ku akan janji yang tak kunjung ku penuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun