Memiliki keluarga yang bahagia dan berfungsi secara sehat merupakan dambaan setiap orang hal ini lantaran, keluarga itu luar biasa; kita mencintai mereka namun mau tidak mau ada saatnya kita merasa tidak cocok, lain, dan kurang terhubung dengan mereka. mungkin karena perbedaan pendapat dan keyakinan, atau ada hal-hal lain berkaitan dengan perkataan dan tingkah laku yang dianggap tidak sejalan sehingga menyebabkan rasa sakit dan trauma satu sama lain. hal ini ditulis oleh Meilinda Sutanto pada buku family constellation.
Â
Keluarga sendiri ialah lingkungan pertama yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan seseorang sehingga banyak orang menganggap keluarga dalam arti lain sebagai tempat untuk pulang dan kembali paling nyaman, tempat untuk mengutarakan perasaan yang dialami, tempat berbagi kebahagiaan, canda dan tawa. Hal itu jika setiap pertumbuhan dan perkembangan individu berjalan dengan baik maka besar kemungkinan didalamnya terdapat peran orang tua dan fungsi keluarga yang dijalankan sebagaimana mestinya, yang mampu mendukung secara penuh setiap proses perkembangan individu. Karenanya keluarga harus dapat berfungsi dengan baik. Namun kenyataan nya tidak semua keluarga dapat menjalankan fungsi/peran yang diembannya, bahkan di media sosial seperti X, banyak sekali orang yang mencurahkan emosi terkait keluarganya dimana curahan tersebut merujuk kepada ke disfungsionalan keluarga dalam menjalankan peran pentingnya.
Â
Dalam buku family constellation pun dijelaskan bahwa pada umumnya keluarga disfungsional memiliki kesulitan dalam berkomunikasi secara sehat, berempati rendah, tingkat kritik tinggi, bahkan memungkinkan untuk terjadinya kekerasan atau pengabaian, dan cenderung mengakar dalam dinamika keluarga yang tidak sehat. Sebaliknya menurut Friedman (1998), yang merupakan seorang pakar bidang psikologi keluarga, mengatakan ciri-ciri keberfungsian keluarga ialah kesediaan orangtua untuk mendengarkan anak, kesungguhan orangtua dalam melindungi anak, pemenuhan orangtua atas kebutuhan psikososial anak, sikap saling mencintai dan terbuka antaranggota keluarga, komunikasi antaranggota keluarga yang berjalan dengan baik, kemampuan keluarga dalam beradaptasi dengan perubahan, serta kemampuan keluarga untuk mengatasi masalah.
Â
Lalu bagaimana seseorang bertahan didalam keluarga yang disfungsional?
Â
Menurut Sutanto (2023), selama seseorang masih tinggal bersama dengan anggota keluarga disfungsional, sungguh sulit untuk tidak merasa kesulitan akan situasi yang terjadi. Memahami bahwa situasi yang terjadi disfungsional ialah langkah awal yang baik untuk menumbuhkan suatu hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan orang lain diluar keluarga. Lakukanlah praktik perawatan diri yang baik. Praktikan batasan yang sehat terhadap diri dan keluarga. Batasan sehat disini bukan berarti pemblokiran terhadap keluarga. Namun batasan disini ialah menerima mereka apa adanya tanpa membenci dan menjauh dari mereka. oleh karena itu hendaknya bangun kesadaran bahwa setiap orang tua adalah manusia.
Â
Menurut Meilinda Sutanto pada buku family constellation, berikut adalah karakteristik yang sering ditemukan dalam keluarga disfungsional.