Mohon tunggu...
Lusiana Desy
Lusiana Desy Mohon Tunggu... Mulawarman University

I'm a management lecturer at Mulawarman University, passionate about writing on diverse topics, especially economics, with sharp, solution-oriented insights. I also love crafting literary works, weaving imagination and emotion into meaningful words. Join me to explore fresh ideas, from economic analyses to evocative poetry!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Batubara Indonesia di ujung tanduk: Mengapa Dunia Mulai Meninggalkan Kita?

11 Juli 2025   18:00 Diperbarui: 11 Juli 2025   11:51 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: diolah oleh penulis 

Pemerintah Indonesia tak tinggal diam. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara Asia Tenggara, seperti Vietnam, Filipina, dan Bangladesh, yang menunjukkan pertumbuhan permintaan sebesar 15% pada 2025. Selain itu, hilirisasi batubara, seperti pengembangan gasifikasi menjadi dimethyl ether (DME), menjadi prioritas untuk meningkatkan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan pada ekspor mentah.

Di sisi lain, permintaan domestik, terutama dari industri smelter nikel, diproyeksikan naik 3% pada 2025, mencapai 48,6% dari total produksi batubara. Ini menjadi penyelamat sementara di tengah lesunya pasar ekspor. Namun, tantangan tetap ada: bagaimana Indonesia bisa bersaing dengan negara seperti Mongolia, yang memiliki keunggulan geografis, atau Rusia, yang menawarkan harga diskon?

Jalan Keluar dari Krisis

Krisis ini bukan akhir dari industri batubara, tetapi sebuah wake-up call. Indonesia perlu berinovasi, mulai dari meningkatkan kualitas batubara hingga memperluas pasar ke negara-negara berkembang di Asia Selatan dan Afrika. Selain itu, efisiensi operasional dan kebijakan HBA yang lebih kompetitif harus menjadi prioritas agar batubara Indonesia tetap relevan di pasar global.

Bagi pelaku usaha, kini saatnya beralih ke strategi jangka panjang, seperti investasi di sektor energi terbarukan atau diversifikasi bisnis. Batubara mungkin masih menjadi backbone ekonomi Indonesia, tetapi tanpa langkah strategis, “kiamat batubara” bisa menjadi kenyataan yang lebih nyata dari prediksi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun